The Best Employee Part 14

The Best Employee Part 14
Midnight Show
Shinta
Gempa !!
Gempa !!
Ada apa ini?
BRUAAAAAKKK
BRUAAAAAKKK
Ini kesempatanku untuk lari. Aku harus selametin Luna dan lainnya. Tapi bagaimana caranya aku melakukannya. Dalam keadaan terikat begini bagaimana aku bisa melakukannya?
“Tenang. Semua keluar dari ruangan!!” suruh Randy.
“Jangan sentuh aku, Ran!!” bentaku ketika dalam keadaan seperti ini dia masih semoat meremas payudaraku.
“Sebentar lagi kau akan menyaksikan darahbsegar keluar dari kemaluanmu.” Bisiknya kembali memilin putingku
“Ssh.. brengsek kau!!” umpatku
Aku dan yang lainnya dituntun menuju ke pintu keluar. Sesampainya di luar mataku terbelalak melihat pemandang di luar. Pak Bejo mati tertusuk linggis panjang tepat di perut menembus hingga ke punggung.
“Bejo!!!?” Randy teriak histeris.
Dia menuju ke matat Bejo yang mati tragis. Entah siapa pembunuhnya, aku yakin mereka datang untuk menyelamatkanku dan lainnya.
DUG
DUG
DUG
Siapa itu? Tiba-tiba ada sekelebat bayangan hitam dari atas. Dia berlari menuju ke arahku.
BUKAN.
Dia mengarah ke arah Randy. Dia? Dia kan ninja yang tadi?? Siapa orang itu ??
“Kau??”
CRRRRRRRAAATTSTSSSSSS
Dalam sekejap ninja itu memenggal kepala Randy. Randy yang tal semoat menghindar jatuh seketika dengan luka leher yang nyaris putus saat terkena sabetan dua bilah pisau yang sangat tajam. Kemudian ninja itu menuju ke arah Teguh. Gerakannya sangat cepat, secepat kilat.
WUSSSSHH
“STOP!!!” teriak Teguh. “BERHENTI ATAU …” ancam Teguh menghunuskan pisau ke leher Mega
“Jangan!!” Mega memelas.
CRATTTTTTTTTSSSSSSS
“KAU YANG BERHENTI!!!” balas Ninja itu melemparkan dua bilah pisaunya ke arah Teguh
SRRIIIINKKKK
CRAPPP
CRAPPP
“KYAAAAAAAAA” Mega teriak histeris kala orang di sampingnyaa itu mati mengenaskan dengan luka tusuk di kepala dan mulutnya.
“Untung ngga meleset.” ucap lega si Ninja.
Ninja itu mencabut kembali pisaunya. Kemudian dia membalik badan.
“Siapa berikutnya?? Kau, kau , dan kau!!” tunjuk Ninja ke arah Agung, Marwan, dan Oppa.
“AMPUNNNNNN!!!”
CRAAAAAATTTSSSS
CRAAAAAATTTSSSS
Semua dihabisi si Ninja tanpa tersisa, kecuali semua yang bejenis kelamin wanita. Semua shock dan terdiam menyaksikan pembantai brutal oleh ninja itu. Aku hanya bisa berdiri mematung di tempat.
“OPPPAAAAAAAAA !! SIAPA KAU?? KENAPA MEMBUNUH KAKEK DAN PAMANKU!!” isak tangis Rena pecah mengetahui keluarganya tak bernyawa.
“Nona kecil? Kamu kan, yang menjebak kedua temannmu. Sebagai gantinya kau ikut bersamaku. Kau dan ibu cantik ini harus menerima ganjaran yang setimpal.” Ucap si Ninja menunjuk ke arah Rena dan Bu Nuri. “Luna dan Brenda, maaf, aku terlambat. Selanjutnya kalian akan diantar oleh temanku. Oya, Shinta pakailah pakaianmu. Yang lain juga.” ucap Ninja itu menyuruh kami berpakaian.
“Kau wanita??” tanyaku
“Aku pergi dulu.”
Ninja itu membawa Rena dan Bu Nuri, keduanya diikat. Tak lama kemudian, datang satu Ninja lagi. Dari posturnya dia seorang pria.
“Fiuh, dasar dibantai semua. Aku nggak disisain. Oke, sebelum kalian kuamankan, ada yang kurang nggak?” tanya Ninja itu.
“Tessa, di mana Tessa??” tanya Mega
“Aku di sini!!! Aku baik-baik saja. Aku sudah tahu semua. Akan kuceritakan besok saja. Kita harus meninggalkan tempat ini.” ucap Tessa datang tiba-tiba dengan pakaian compang-camping.
“Baiklah. Semua kemasi barang kalian. Kita menuju ke suatu tempat. Sebuah midnight Show.” suruh Ninja.
“Kamu siapa??” tanyaku pada ninja yang kutahu berjenis kelamin pria.
“Anda tidak perlu tahu. Yang terpenting sekarang kamu selamat Shin.” balasnya.
Suara ini aku, cara pengucapannya tidak asing. Apa dia Reza?? Reza apakah iti kamu?
“Reza? Apa itu kamu??” tanyaku menerka
“Masuk ke mobil sekarang! Reza tidak ada di sini.” ucapnya
“Dia bukan kakak, kak Reza suaranya nggak seperti itu. Aku hafal banget suaranya.” sahut Luna mendelik ke arah Ninja itu.
“Baiklah semua ayo bergegas. Brenda, maaf yah. Kita telat.” kata Ninja mengelus rambut Brenda
“Iyaah.” balas Brenda
Dia mengenal kita semua. Siapa dia sebenarnya. Sebenernya siapa mereka. Dua ninja misterius itu datang dengan tiba-tiba. Dan mereka sangat mengenal kami semua. Ahhh.. pusing.
Sekarang kami sedang menuju ke suatu tempat. Aku tak tahu kemana mobil ini akan membawa kami. Yang terpenting kita semua selamat dari Randy dan temannya.
¤¤¤
00.15 a.m,
“Sudah sampai. Sekarang istirahalah kalian di sini. Sembari kasus ini kelar, kalian bersantailah dulu di sini. Jika ada bahaya mendekat. Pencet alarm ini. Aku pergi dulu.” kata Ninja itu menunjuk sebuah tombol yang menempel pada dinding.
Sebuah rumah mewah degan semua fasilitas yang komplit. Milik siapa rumah ini?
“Tessa, ada apa sebenernya??” tanyaku pada Tessa.
“Aku ngantuk Shin, besok aja ceritanya. Aku ngga nyangka Bu Nuri teelibat masalah ini. Huft!” balasnya seolah menyembunyikan ini semua.
“Agung mati, dia juga terlibat??”
“Dia nggak mati. Tenang saja. Semua sudah dibereskan oleh si Ninja tuh tadi.”
“Kamu kenal??”
“Hoooam, aku ngantuk. Aku tidur dulu. Kalian silahkan pilih kamar sesuka kalian.” Tessa masuk ke dalam kamarnya dan tak menjawab pertanyaanku. Aku tahu dia tahu semua. Oke, jika kamu tidak memberitahuku akau akan cari tahu sendiri.
“Luna, kamu ikut saya.”
Aku sangat penasaran, ada apa ini sebenernya. Kutarik tangan Luna lalu kuajak Luna untuk mengecek isi rumah ini. Barangkali aku menemukan sesuatu yang dapat memecah rasa penasaranku.
¤¤¤
POV REZA
“Duh, mantan bossku ini kepo banget yah. Untung si Tessa nggak bocor. Baiklah, berikutnya kemana kita??” ucapku pada wanita yang pernah hadir di dalam selimutku ini.
“Uuuugh, malam yang panjang. Kita langsung otewe ke TKP. Semua susah diurus si Jaka. Lama tak berduet denganmu, Za.”
“Kau selalu cantik, Savira!” pujiku menatap wajah ayu Savira Ardhelia aka Blackrose.
“Bukan saatnya kau memujiku dan jangan terlalu dekat.” tolakmya lembut saat kupegang dagunya
“Huft.”
¤¤¤
1 Jam Sebelumnya,
Akhirnya setelah sekian lama aku diberi kesempatan menaiki motor super cepat ini. Hohoho,
Jimmy memberikan kunci motornya lalu pergi ke bandara menculik seseorang yang akan menghancurkan Robbu dan antek-anteknya. Sedangkan aku disuruh langsung menuju ke Villa. Berkat info dari Galang aku bisa satu jam lebih ceoat menuju ke Villa itu. Di sana aku bertemu Jaka. Jaka menyuruhku untuk membuntuti mobil yang membawa Savira. Belum sempat aku menyusul Savira ternyata dia sudah bisa bebas sendiri. Entah bagaiman caranya aku tak tahu. Savira pun segera menyusul demi menyelamatkan adikku. Dan kita nyaris terlambat gara-gara… Savira. Huh..
“Lama bener sih!!”
“Soak!! Gue udeh cepetin juga kalee. Yuk!!”
“Tunggu, kita rubah rencana. Habisi semua!! Aku akan bereskan nanti. Jimmy sudah berhasil menculik anak dari Robby. Lakukanlah dengan cepat. Kita harus menaklukan si Robby lebih kejam dari ini.”
“Dasar kalian. Nggak ada bedanya sama mereka.”
Aku sangat suka kalo dia lagi bicara. Hemm, ada yang beribah daeinya. Payudaranya agaknlebih gedhean dari yang dulu.
“Tambah montok aja sih, Vir.” kucoba dekatkan jariku namun dia berhasil menangkisnya lalu memeplintir tanganku.
“Mau gue patahin jari lo??”
“AUUUUU SAKITT!!”
“Udeh jangan ribut. Lakuakanlah tugas kalian segera!! Gue mau ngopi dulu.” sahut Jaka.
“Jaka JANCOK!!” umpatku
“Hussh jangan bawel. Sono lakukan tugas!!” suruhnya mendorong punggungku keluar.
Aku dan Savira lalu memakai baju ninja kami. Wow sepertinya keren nih. Akhirnya dapet seragam juga. Aku dan Savira mengendap masuk ke salah satu kamar. Disana kami melihat Tessa sedang ngewe dengan seorang lelaki paruh baya. Asil bener di Villa ngewe nih. Oh Savira pantatmu nyeplak banget pake baju gituan.
“Lo bawa alat pengubah suara ngga?” tanya Savira
“Udah beb!!” jawabku
“Beb? Gue tabok lo panggil gue Beb.”
“Galak amat. Lo nggak terangsanag gitu lihat mereka ngewe.”
“Za, disana adikmu sedang dalam bahaya. Pliss, Fokus!! Kebiasaan deh!!” Jawabnya ketus.
“Oke, jeng! Sensi amat sih. Huft.”
Buset dah. Itu bool sampe kena juga. Parah si cowoknya. Maniak banget! Dih, gemes. PANTAT OH PANTAT.
NYUT, tak sadar karena tak bisa mikir jernih tanganku meremas pantat Savira. Alhasil sebuah cubitan sangat keras hinggap di pinggangku. Oooohh…
“Sa.. kit tau!!”
“Makanya jangan mesum. Buruan sono lo hajar tuh cowok.”
“Ide bagus biar si cowoknya kentang yah.”
“Apaan si lo nggak jelas. Dihh,, males gue misi kea gini. Lihatin punya orang mulu. Huhu.” ucap pelan Savira tapi masih bisa kudengar. Dasar wanita masih punya nafsu juga. Lihatnya spaneng sampe nggak berkedip.
“Woy, lihatnya biasa aja. Punya gue lebih gedhe.” sindirku
“Grrrrhh..”
Sebelum macan betina itu ngamuk aku segera melemparkan suriken, ya suriken kali, memang ini senjatanya. Kan aku Ninja.
Wusssh…
CRAAAAATTSSS.
Maaf yah, Bang. Gak jadi ngecrots jadi ngecrats deh. Mampus lu!!
“Kyyyaaa.. kok dibunuh??” tanya Tessa merasa kecewa. Parah!!
“Gue nolongin lo, tolol!!”
“Tapi gue hampir sampe peak!!”
“Bodo amat!!”
“Aaaah… tanggung jawab!!!”
“Ckckck.”
“Ada apa??” tanya Savira mendekatiku.
“Lo sono !! Gue mau beresin nih mayat. Segera tepati janjimu nolongin adik gue.”
“Kok gue. Yah, giliran banyak malah gue. Awas ya lu kalo lama. Dan jangan cari kesempatan!!!” rengeknya merasa tugas ini tak adil. Emang gue pikirin. Hehehe.
“Iyaa bawel!!!” kataku lalu mendorongnya keluar.
Sepeninggal Savira, aku harus tanggung jawab karena menggangu orang yang sedang bercinta. Dan mungkin ini adalah hukuman yang paling nikmat, kapan lagi bisa ngewein pacarnya temen sendiri.
“Lo siapa!!”
“Udeh jangan banyak tanya. Lo mau ini kan?”
“Astaga panjang banget???”
“Ngiler kan lo!! Dasar binal sekali kamu Tess.”
“Lo kenal gue!”
“Udeh, cepat bangunin punya gue. Gue belom ereksi meski kamu sudah telanjang. Karena tipe gue yang gedhe-gedhe.”
“Punya gue juga gedhe kaleee!!”
“Cepetan, bacot mulu nih. Gemes gue!!”
“Aaauhh… pelan. Katanya bukan tipe lo. Tapi maen nyosor aja ke toket gue.”
“Daripada ngga sama sekali. Quickly ya, kasihan temen gue war sendiri. Gue malah ambil buff di mari.”
“Maksudnya??”
“Hmmmmppphh.. gile putingnya langusng kenceng gini aku sedotin.” batinku sembari mengenyot puting Tessa.
“Hasssaashh… terus. Ihhh.. ayo katanya mau cepet. Masukin dong sayang. Dua lubang gue milk lu semua dah.”
“Dasar temen kerja binal!!! Terima ini.”
Sleeeeep
PLAK
PLAK
PLAK
PLAK
Tempo sedeng tapi stabil, yah lumayan longgar nih memek. Tapi mayan sih. Tembem dan hangat. Wow, asyik. Terus goyang, Tessa.
“Aaahh..ahhhh..ahhh..” desah Tessa ala bintang bokep.
“WTF, Lo berisik amat. Sono nungging. Belom pernah anal gue.”
“Lo temen kerja gue. Siapa???”
“Udah jangan bacot melulu sih!!”
“Aaauuh pelan. Kontol lo gedhe say!! Aaahhhhh!!”
Gilaaa !!! Kontolku kaya divacum ama boolnya nih. Sempit bener!! Jirrr!!
Setelah puas anal aku pengen segera mengakhiri bentuk tanggung jawabku ini. Kusodok meki Tessa dari depan. Sembari meciumi bantal empuk miliknya tiba-tiba topeng ninjaku ditarik olehnya. Aku panik, dia pun kuga tak kalah terkejut.
“REZAAAA???!!”
“TESSAA NAPA DILEPAS??!
“YA AMPUUUUN TERNYATA ?? UDAH LAMA AKU SUKA KAMU!! AYO HAJAR AKU SEPUASMU SAYANG!!”
“DIIIH.. INI AKU HAMILI SEKALIAN. PUASSS!!!”
“IYYAAA GANTENG!! CEPAT HAMILI AKU SAYANG!!!!”
PLAK
PLAK
PLAK
PLAK
Provokasi dari Tessa semakin membuat nafsuku meledak. Tak akan bertahan lama lagi nih.
“Aku mau keluar sayang.. ayo barengan cium bibirku ini..”
Dasar, gila banget nih pacarnya Riko. Sorry ya gaes, aku khilaf. Terlalu indah untuk ditinggalkan.
“Ooooouuuhhhh… IYAAAAAAAAAAHHHHHHHHHH!!!!”
“AAAAAAHHHHHH!!!!”
“AKU KELUAR SAYANG!!!! Hmffff…”
CROOOTS
CROOOTS
CROOOTS
CROOOTS
Haduh, pejuh yang aku tahan sejak dari Bali tumpah di wanita ini. Sial atau beruntung, tauklah. Kita sama-sama menikmatinya.
¤¤¤
Pukul 01.00 a.m,
“Rezaa.. lo kenapa??”
“Itu Shinta, kepo banget. Hahaha.”
“Hemm, oya Jaka ke mana??”
“Di luar tuh.”
“Kita berherak malam ini juga?”
“Nunggu kabar dari Jimmy. Kemungkinan sih mereka akan mudur acaranya. Mengingat salah satu sekutu mereka pada meninggal.”
“Hahahaha. Kampret tuh Robby. Gue nggak sabar mau masak jamurnya.”
“Buat apa??”
“Lo mau kaga??”
“Dihh.. jijik!!”
“Gue kasih makan anjingnya Jimmy.”
“Terus enaknya ngapain nih. Ngewe enak kalee Vir.”
“Udah jangan mesum. Cukup sekali gue kasih tubuh gue. Kalo lo pengen, nikahi gue dulu!! Berani nggak !!”
“…”
“DASAR COWOK!! Nyalinya cuma sebatas selakangan aja!!!”
“OKE!! Setelah ini..”
“Ragu amat.. lo masih punya cewek kan. Makanya lo ragu jawab pertanyaan gue.”
“Ada apa nih??”
“Gpp.”
“Nothing.”
“Ah iya. Ngomong-ngomong..”
“Apa??”
“Ada apa??”
“Gue penge berak. Mules oy..”
“BANGKE !!!”
“TAIK!!”
Untuk sementara kondisi cukup terkendali. Entah ditaroh mana tadi mayat para PK tadi. Oya, bukannya tadi Savira bawa dua wanita. Dih, dia malah tidur. Cepet amat. Ah.. kesempatan nih. Aku remas susunya ah..
Nyut.. mayan ada pertumbuhan.
“Ssh.. pergi lo anjing!! Jangan bikin gue emosi!”
“Buset kirain tidur. Oke deh. Kiss bye, mmmmuach.”
Sebelum dia tambah ngamuk aku segera berlari sebelum aku terkena cakaran dari kuku-kuku tajamnya. Sekilas aku menengok, dia tersenyum??
¤¤¤
“Uuuhhh.. maafin saya.. jangan siksa saya!!”
“Hoey lo apain anak orang.” Kataku ketika mendengar isak tangis Rena.
“Gatau nih. Padal gue cuma kasih dia kepuasan. Dia kan hobinya ngewe. Terus gue masukin dildo. Tapi kok dia malah rewel. Bukanya seneng. Gimana tuh Za?” jelas Jaka.
“Bu Nuri, anda tau kan. Anda itu hampir mencelakakan rekan kerja anda sendiri. Dan kamu Rena, lo tega banget sama temen sendiri. Brenda sampe harus kehilangan virginya karena Oppa lo?? Brengsek, awas aja kalo adek gue jadi korban !! Gue nggak akan segan walau kamu adalah wanita.”
“Maafin saya kak!! Hiksss..” isak tangis Rena semakin kencang.
“Dih, nggak tega Jak kalo nangis gini.”
“Udeh lo lihat aja, sebelum si Jimmy kemari aku mau nikmati STW dan gadis ini.”
“SADIS LO JAK!! LO EMBAT SEMUA???”
“Hahah, lo tadi kan udah ngewe sama Tessa kan. Giliran gue nih.”
“Gue tidur aja, males lihat kontol lo.”
“Bantu gue jir. Dua orang gak sanggup gue.”
“Ahhh.. gue sama Rena aja. Lo ama tante Nuri tuh. Hahaha.”
“Emang tipe gue yang STW. Hahaha.”
“FUCK YOU!!”
Aku lepas semua bajuku. Aku tarik Rena ke pangkuanku.
“Kenalin. Gue kakaknya Luna!! Mampus Lo!!! Gue bikin banjir lo lonte!!”
“Ampuuuuun.” kujambak rambut Rena. FYI, aku suka hardcore. Apalagi kalo sama musuh bikin adrenalinku semakin terpacu.
“Kita kok terkesan jadi penjahat yah??”
“Kejahatan dibalas kejahatan. Quote by Jimmy.. hehehe.” ucap Jaka.
“Dasar!!!”
Pukul 1 dini hari, mengawali hari dengan memek temen adek gue sendiri. Untung masih strong. Hahahaha. Semoga Savira udah tidur. Hihihi..
“Tiiiiitttt!!!”
Siapa sih ganggu orang enak aja. Ponselku berdering tidak tepat pada waktunya. Dan lebih sialnya yang telpom adalah pacarlu, Sandra. Bajindul Gaes!!
“Hallo??”
“Lagi di mana?? Aku mau ke rumah sakit nih.”
“Rumah sakit mana??
“Di jalan …”
“Bukan. Alu di jalan..”
“Kamu ngapain sih kaya orang kelelahan gitu.
“Mules mau ke WC..”
“Ihh. Yaudah.. ”
Untung dia nggak rewel. Oke, sekarang saatnya midnight show!!
Kulihat Jaka sudah memanggalkan pakainnya. Hahaha, kontolnya pendek. Wkwkw. Panjangan punya gue. Pasti Bu Nuri nanti ngiri sama Rena. Wkwkw.
“Hallo, Rena. Tadi gimana sayang partynya. Seru yah sampe berdarah-darah. Wkwkw. Mulai sekarang kamu adalah budak. Bisa kan ngomong itu?”
“Huaaa… ampun kak!!”
“Ini baca!! Dan ngadep ke kamera!!”
“MULAI SEKARANG AKU ADALAH BUDAK!!!”
“Nice, sekarang sepongin kontol gue!! Jangan sampe lecet!!”
Anjay enak banget mulut si Rena. Lembut dan mungil. Kontolku serasa sesak di dalam mulutnya. Setelah puas dengan sepongannya, aku angkat tubuhnya. Kusuruh dia berpengangan di dinding. Kulumasi kontolku dengan air liur laku ku masukkan perlahan ke arah memeknya. Ouuughh..
BLESSS
“Pelan-pelan. Penuh banget di dalem. Ooooohhh… iyaaaah..” Rena mendesah tak karuan.
PLASSS
“Makanya jangan nakal jadi bocah!!”
“Enggak,, oooohh.. iyyyaaahh.. !!!”
Kubalikkan tubuh Rena lalu kremas payudaranya yang lumayan gedhe itu. Mantab bener tubuh ni anak pikirku.
“Aku nggak kuat.. ahhhh.. enak banget!!”
“Gue siksa malah keenakan. Dasar!! Tak kan kubiarkan lo orgasme lonte!!”
Kucabut kontolku lalu kubiarkan dia menderita karena rasa kentang goreng yang kuberikan.
“Yaaah.. kok di cabut. Masukin lagi. Aku janji akan jadi budakmu selamanya!!! Ahhhhh!!! Aku akan nurut tapi puaskan aku kak!!”
“Ketika wanita sange apa yang keluar di mulutnya tak pernah terpikirkan.” batinku memberi caption atas ucapannya.
“Oke deal!!”
BLESSSS
Kumasukkan lagi kontolku menghujam memeknya yang semakin becek. Kupercepat tempoku hingga dia menggeliat keenakan. Tak lama kemudian dia menarik leherku dan menggigit pelan telingaku. Buset, nafsuku semakin melambung. Rangsanganya sangat lihat bagai lonte kelas high.
“Oooossshhh.. Aaahhhhhhhhhhhhh… aku keluar……!!!!”
Rena mendapatkan orgasme, padahal aku belum apa-apa. Tak kan kubiarkan dia istirahat, semakin kupercepat kocokan konyolku di dalam memeknya. Dia semakin menggelepar dan menarik kuat tubuhku, kedua tanganya mencengkram pantatku .
“Dasar binal!! Bialng apa padaku!!!”
“Makasihhhh.. oouuuhhhh!!!”
Plak
Plak
Plak
Plak
Rena melumat dua putingku. Rasa dinginya menambah daya dobrakku.
“Iyyyyaaaaahhhh… aku mau keluar lagi kak!!! Cium aku sayang!!!”
Bibir Rena manyun mengharapkan sentuhan dari bibirku. Kukabulkan harapannya. Kulumat lidahnnya sembari meremas dua buah payudaranya. Luar biasa ini bocah!!
“Hmmmmpppphh.. keluar bareng ya, sayang!!
“Iyyaahh.. aku juga!!!”
CROOOOOOOTTTTTSSS
CROOOOOOOTTSSS
¤¤¤
Di sampingku Jaka dan Bu Nuri juga terkapar setelah bercinta 2 ronde. Belum ada kabar dari Jimmy, sepertinya aku juga harus istirahat. Aku berjalan meninggalkan mereka. Kulihat Savira tertidur oulas sambil memeluk boneka Jhonson. Dasar anak moba!!
Kulihat monitor cctv di rumah sebelah. FYI, aku berada tak jauh dari tempat kuamankannya Shinta dan yang lainnya. Mereka semua tertidur pulas kecuali si Luna. What the Hell!! Adikku kenapa???
APA YANG SEDANG DIA LAKUKAN!!
Bersambung