The Best Employee Part 05

0
1955

Part 05 – Swimming Sensation 2


Luna

[POV Luna]

Pagi ini aku melihat kak Sheila murung. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Dulu kak Sheila tak seperti ini. Dulu itu kak Sheila selalu ceria. Dan dulu itu kak Sheila ngga cantik sekarang kok masih ngga cantik.Hahahaha… Iya kan yang paling cantik di sini cuma Luna. Hehehehe..

Aku mengahampiri Kak Sheila. Kulihat diiris matanya seperti ada awan mendung. Dan pasti sebentar lagi hujan nih.

“Woy kak!! Melamun aja!! Sarapan sudah siap . Mandi dulu sono!”

Kakakku terhentak kaget. Matanya menatap ke arahku. Tatap terus Kak !! Emang aku lebih cantik darimu kan. Hehehe. Bagaimana sudah mengaku kalah ??

TITT TIIT TIIT..

Ah siapa sih pagi-pagi begini telepon. Aku menuju kamarku meninggalkan kak Sheila. Aku raih hapeku di atas meja rias. Di layarnya tetera nama ‘Rena’ . Ngapain ini anak ? Pasti mau nyontek PR !! Huh.

“Hallo!!”

“Hai bebeb!!”

“Bebeb palalo peyank! Ngapain telfon gue?”

“Ihh ga boleh nih gue telfon?”

“Gue ngeri kalo yang telpon elo!”

“Ngeri?”

“Iya takutnya elo lesbong!! Huahahah!”

“Ya ampun sayaaaang…. enggaaaak kok.”

“Terus kenapa?”

“Jalan yuk!”

“Tuh kan. Sumpah ya Ren!! Gue masih normal !!”

“Yaelah.. si kakek ngajakin renang nanti kita nginep sehari di Villa. Please yaah ikut. Nanti ada Viona dan Brenda juga ikut kok.”

“Cewek semua. OGAAAAH !!”

“Hello !!! Kakek gue cowo keleeesss.!!”

“NGGAK MAAAU !!!”

“Ya sudah gue bilangin ke anak anak kalo elo suka sama Ryan. Hahaha. ”

“Ihh… jangaaaan. Itu Rahasia lho Ren!!!”

“Makanya ayok ikut. Mumpung libur nihh!”

“Ahhh.. gue mager nih.”

“Oke Fix! Kira kira gimana yah reaksi Ryan.. hahahahahaha…”

“IYA UDAH GUE IKUT!!! Tapi gue bilang nyokap dulu kalo nginep” jawabku lalu menutup telpon dari Rena.

Dasar Rena selalu aja dadakan. Tapi kali ini dadakannya membuat sedikit hatiku berbunga. Akhirnya aku bisa melepas penat. Lumayanlah liburan di villa. Namun kok ada Pak Yudho sih ?? Gpp lah semoga Pak Yudho ngga iseng. Lagi pula kan, ada Rena dan temen-temenku lainnya. Yang jadi permasalahanku saat ini adalah ijin dari mamaku. Aku langsung mencari mamaku.

Di depan meja dapur kulihat mama sedang mengiris bawang. Padahal pengen banget nemenin mama. Tapi Rena akan mengancamku memberitahu anak-anak kalau aku menyukai Ryan. Ihhh Rena bikin kesel !!!!

Kulihat kakaku sudah rapi dengan kemeja putih dan celana jeans. Mau kemana dia ? Dasar tukang ngluyur !

“Kamu ngga sarapan dulu Shel?” tanya Mama pada kak Sheila.

“Ngga mah. Di tempat casting nanti ada catering.” Jawab kak Sheila.

“Bohong! Pasti mau makan sama pacarnya !” batinku

“Kamu itu casting melulu. Kapan lho filmnya akan tayang. Mama kan ga sabar ingin melihat kamu di layar tancap.” ucap Mama

“Bioskop Mah. Emang jaman sekarang masih ada layar tancep?? Hahahaha.” sahutku menyela pembicaraan mereka.

“Iyakan dulu Mama sama Papa waktu pacaran nontonnya kan layar tancep. Hehehe.” jawab Mama

Sedari tadi kulihat wajah kak Sheila murung. Aku tahu ada sesuatu yang disembunyikan. Ah bodolah.. paling juga masalah cowok. Ngomong ngomong tentang cowok . Tiba tiba aku teringat tentang Ryan. Ahh Ryan cakep banget sih.

“Ya sudah ya mah, Lun. Sheila pamit. Sudah di tunggu nih.” ucap kak Sheila berpamitan kepadaku dan mama .

Setelah kepergian kak Sheila kubuka hapeku. Kutemukan notife di grup. Teman- teman ‘Girl Squad’ sedang memebicarakan piknik di Villa. Girl Squad adalah gengku bersama Rena, Viona dan Brenda.

“Mama….” ucapku lalu mengahampiri mama.

“Ada apa sayang..??” tanya Mama.

“Boleh ngga Luna maen??” ucapku sambil menggembungkan pipiku

“Maen kemana ??”

“Rena ngajakin berenang di Villa dan nginep sehari . Ada temen-temen Luna yang laen kok.”

“Memang Luna bisa berenang ??”

“Bisa dong. Kan Papa yang ajarin. Maaah.. kapan sih Papa pulang. ”

“Bulan depan Papa mu akan datang. Sekarang dia sedang perjalanan dari Cina. Ya sudah kamu boleh maen tapi janji sama mama !”

“Janji apa ma?”

“Harus hati-hati. Jangan bikin masalah. Dan yang terakhir jangan pacaran.”

Huft.. yang terakhir itu bikin nyesek. Setelah mendapat persetujuan dari Mama, aku menuju kamarku. Ku buka almariku mencari pakaian renangku.

“Mana yah pakaian renangku. ??” gumamku sambil mengobrak-abrik pakaianku.

Hampir setengah jam aku mencari pakaian renangku. Tapi hasilnya nihil. Hasssssh… karena putus asa aku menelpon Rena. Barangkali ia masih punya stock. Ku ambil hapeku lalu menelpon momornya.

Tuuuut tuuut

[conection]

“Hallo Ren! Lo masih punya pakaian renang lagi ngga.”

“Ada banyak bebebku.. tenang aja ntar gue bawain satu buat lo.”

“Syukurlah. Jangan lupa ya Ren. Ngga enak banget kalo gue renang pakai kaos.”

“Bener banget beb. Apalagi sayang banget body lo yang bagus itu lo sembunyiin.”

“Apaan sih Ren. Ngacoo loo.!! ”

“Ya sudah entar tungguin di depan rumah ya.”

“Oke Ren. Byee. ”

[end call]

[table id=Lgcash88 /]

Aku kemudian mengganti pakaianku. Kulepas kaos putihku lalu kukenakan midi dress motif batik tanpa lengan. Tapi kulapisi lagi dengan cardigan rajut warna putih.

Setelah semua perlengakapan ku rasa sudah beres, aku menuju ke depan rumah. Kubawa tas ranselku yang isinya cuma pakaian ganti, handuk dan perlengkapan mandi.

“Luna. Ngga pamit sama Mama ??”

Ohh.. Shit. Ku hentikan langkahku. Lalu menoleh ke belakang, kulihat mamaku menghampiriku kemudian memeluk tubuhku. Hangat banget pelukan mama. Maafin Luna ya Mah..

“Luna pamit ya Mah.”

“Kamu hati hati ya sayang. Mama sayang Luna.”

“Luna juga sayang sama Mama. ”

Aku mendengar suara decitan mobil di depan pagar rumahku. Aku pun bergegas keluar dari rumah. Kulihat Rena keluar dari mobilnya. Dengan balutan long dress warna putih ia berjalan menghampiriku. “Silahkan nona manis.” Lalu membukakan pintu depan mobil. Aku langsung duduk di kursi depan. Di sampingnya kulihat Pak Yudho tersenyum ke arahku.

“Hallo Luna. Udah sarapan belom tadi ??” tanya Pak Yudho.

Pak Yudho adalah kakek Rena. Tapi aku memanggilnya Pak. Kulihat penampilan Pak Yudho tak kalah dengan anak jaman now. Dengan kaos hitam bergambarkan tengkorak, aku seperti melihat Pak Yudho di masa mudanya.

“Udah kok Pak.” jawabku singkat.

“Hai bebeb. Lo duduk di depan ya Beb. Kakek katanya kangen sama lo. Hahahahaha.” ujar Rena.

“Ihh.. ngaco loo Ren!! ”

“Hahahahaha.”

Sebelum kaki Pak Yudho menancapkan gasnya, ku lambaikan tanganku ke arah Mama. Mama membalasnya sambil tersenyum. Mobil akhirnya berjalan. Perjalanan ini membuatku mengantuk. Ahhmm hoaaaaam..

Sebelum ke tempat lokasi kami harus menjemput Brenda dan Viona. Karena kebetulan rumah mereka dekat satu komplek. Jadi, kami cukup menjemput di rumah Brenda. Karena Viona sudah memberikan informasi kalo ia sekarang berada di rumah Brenda.

Tak butuh sejam akhirnya kami tiba di rumah Brenda. Ku lihat Brenda dan Viona sedang duduk di teras rumah. Mereka membawa ransel masing masing. Kemudian Rena turun membukakan pintu mobil.

Sekilas penampilan Brenda Jevelline. Dia cantik tapi masih cantikan aku sih. Rambutnya lurus agak coklat. Tingginya hampir sama sepertiku. Bodynya ramping dan stylenya modis. Saat ini ia memakai maxi dress motif garis tanpa lengan.

Lanjutnya ada si Viona Almastyra. Dia cute dan pokoknya manis banget deh. Tubuhnya ramping dan berisi . Rambutnya lurus agak sedikit pirang . Yang membuatku takjub adalah ukuran payudaranya yang gedhe. Saat ini Viona memakai mini dress warna merah. Parah ! Dasar cabe !! Pahanya yang putih cukup menantang. Apalagi pria di sampingku sampai tak mengedipkan matanya. Pak Yudho !!! Ngeri juga jika ngebayangin dia waktu grepe-grepe pahaku. UHHHHHH.

[table id=AdsTbet /]

Dua jam perjalanan mobil jeep Pak Yudho akhirnya tiba di sebuah pemandian air panas. Rena, Brenda , dan Viona pun menyambutnya dengan penuh suka cita.

“Kok pemandian air panas ? Humm ” gumamku tak menduga akan ke tempat ini.

“Di sini selain ada pemandian air panas, ada kolam renangnya juga kok Lun.” ucap Pak Yudho seakan tahu apa yang sedang kupikirkan. Kemudian kami turun dari mobil lalu menuju loket masuk.

“Kita mandi dulu disini ntar sorean kita ke Villa. Villa kita disitu kok” ucap Pak Yudho menunujuk sebuah rumah megah.

Meskipun hari libur ternyata lokasi di sini tak cukup ramai. Karena lokasinya memang jauh dari perkotaan. Jalan yang dituju pun harus naik turun lembah.

Setelah membayar loket masuk yang semuanya dibayari oleh Pak Yudho, ternyata kita harus menempuh perjalanan lagi. Kira kira sejauh 500 m kita harus menaiki anak tangga karena lokasi kolam renang dan pemandian air panasnya berada di atas.

“Capek banget harus naik.” dengusku kesal.

“Mau Pak Yudho gendong ?” tanya Pak Yudho.

“Ngga perlu Pak. Kasihan Pak Yudho nanti. Hehehe.” tolakku sopan.

“Aku mau Pak.” sahut Viona sambil memasang wajahnya yang menggemaskan.

“Sini naik.” ucap Pak Yudho lalu membungkukkan badannya.

“Maaf ya Oppa. Capek kaki Vio kalo harus naik.” ucap Vio lalu meraih pundak Pak Yudho.

“Dasar Viona manja !!” celetuk Brenda

Anjiir.. pegel juga kakiku. Tapi rasa capek itu terobati setelah aku berada di atas ini. Aku melihat sekilling pemandangan pegunungan yang membuatku takjub. Ternyata di sini ada tiga kolam yang terpisah. Satu kolam mengelurakan kepulan asap dan berwarna hijau pekat. Dua kolam lagi yang berada di bawah ada kolam renang biasa. Satunya ada perosotan buat arena bermain anak-anak. Di samping kolam ada ruko ruko kecil yang menjajakan aneka makanan dan aneka souvenir. Tapi hanya satu yang buka. Yaitu, di dekat kolam renang bawah.

Lokasi ini ternyata cukup sepi pengunjung. Mungkin jumlahanya bisa ku hitung dengan jari. Baguslah ! Aku bisa berenang dengan bebas. Kemudian kami menuju ruang ganti yang berada di dekat kolam air panas.

“Eh Luna. Ini lo katanya suruh bawain pakaian renang.” tegur Rena memberikan tas kresek hitam.

“Makasih banget Rena sayaang.” girangku lalu meraih tas kresek tersebut.

Kulihat Brenda sudah memasuki ruang ganti. Sementara Viona baru turun dari gendongan Pak Yudho. Sedangkan Pak Yudho terlihat keletihan dengan keringatnya sebesar biji jagung. Dasar tega banget Viona. !

Setelah berada di ruang ganti kubuka semua pakaianku hingga menyisakan bra dan celana dalam. Lalu kubuka isi di dalam tas kresek, sebuah pakaian renang yang berwarna biru gelap.

“Pakai bra ngga ya?? Ah nggak usahlah. Lagian bahan pakaian renangnya cukup gelap.” batinku

Damn. Setelah ku lihat detail pakaian renang ini ternyata gak ada roknya. Ini mah seperti pakai bikini. Masa aku harus pakai pakaian ini ??

“Lunaaa buruan keluar !!”

Kudengar teriakan Rena dari keluar kamar ganti. Bodoh amatlah! Akhirnya aku harus menyerah dan memakai pakaian renang ini. Dan yang membuatku malu adalah aku harus tanggalkan celana dalamku juga. Ngga mungkin juga kan aku pakai celana dalam. Pasti ngga akan muat malah membuat risih.

Sekilas kulihat pantulan tubuhku di cermin. Seksi banget ! Bagaiman nanti Pak Yudho memandangku seperti ini. Putingku terlihat nyeplak sedangkan kemaluanku pun terlihat banget garisnya. Ihhh…

Sedikit cemas namun entah mengapa darahku berdesir seakan menikmati pakaian renang ini. Setelah keluar dari kamar ganti rasa ini semakin bertambah. Ohh.. aku malu banget. Namun perasaanku berangsur lega setelah kulihat pakaian renang Rena, Viona, dan Brenda.


Luna

Rena

Brenda

Viona

Kulihat Rena cukup seksi. Dengan balutan bikini yang lebih mirip memakai bra dan celana dalam, menampilkan perutnya yang rata. Rambutnya dikucir kebelakang hingga lehernya yang jenjang terlihat. Tak jauh berbeda dengan Rena, Brenda yang memiliki paras wajah yang sangat cantik ini memakai bikini yang serupa tapu beda warna. Dan yang membuatku tercengang adalah tali bra-nya diikat di leher. Dia mempunyai payudara yang lebih besar dariku. Lanjut, ada si Viona. Si manja satu ini juga memakai bikini. Badannya yang mungil tapi berisi. Sungguh mereka tak malu sama sekali memakai bikini di tempat umum. Memang sih tempat ini sepi. Ah ya sudalah…

Kulihat dari arah kamar ganti pria sesosok lelaki tua tambun berjalan mengahapiri kami. Dia adalah Pak Yudho. Agak ngeri sih jika membayangkan Pak Yudho. Apalagi dia sudah pernah menyentuhku. Dan bodohnya aku dulu mau saja. Apa kali ini Pak Yudho akan melakukan hal serupa? Kulihat Pak Yudho hanya memakai celana dalam. Dan terlihat sebuah tonjolan di bagian tengahnya. Ahhh.. tiba tiba darahku berdesir. Setelah cukup belajar tentang artikel dewasa, Aku harus lebih waspada dengan Pak Yudho.

“Aku ngga boleh terbawa nafsu. Ingat Lun dia sudah tua.!” batinku bergejolak.

Rena menarik tanganku. Lalu mengajakku ke kolam air panas. Dengan perlahan Luna turun lebih dulu. Sambil matanya merem melek Luna akhirnya merendamkan tubuhnya. Aku kemudian menyusulnya. Ahhh panas!

“Pelan pelan sayang.” ucap Luna.

“Hahahaha. Ayo Brenda dan Vio ikut berendam juga.” ucap Pak Yudho lalu menggandeng dua temanku ini.

Setelah melihat Pak Yudho dan kedua temanku tadi sudah merendamkan tubuhnya. Aku akhirnya berani menurunkan sedikit kakiku meski panas tetap aku tahan. Dan lama kelamaan tubuhku mampu beradaptasi.

Ohhhh.. lama lama jadi anget juga. Aku tak berani berenang . Karena aku belum pernah berenang di air panas. Tiba tiba Pak Yudho menghampiriku. Aku agak mundur menghindarinya. Tapi kulihat wajahnya tak ada sedikit pun niat jahat padaku. Mungkin kata-kata dari kakaku membuatku agak sedikit parno dengan Pak Yudho.

“Eh Pak Yudho ada apa..?” tanyaku

“Enggak. Gimana lukamu kemaren. Udah sembuh ?” ucapnya padaku

“Udah kok Pak. Makasih ya.” jawabku.

“Luna kenapa tegang? Pasti gara gara kak Sheila ya. Tenang saja Luna. Jika kejadian kemaren membuatmu takut padaku bapak mohon maaf ya. Awalnya bapak kemaren kan cuma mijet. Bapak ngga tahu lho kamunya tiba tiba keenakan. Eh trus ngompol.. hahahahaha.” kekeh Pak Yudho

“Iyaa. Pak. Jangan di ceritain lah Pak. Luna malu. Saya yang minta maaf atas perlakuan kak Sheila yang ngga sopan.”

“Hahaha. Jadi luna ngga marah sama Pak Yudho?”

“Engga kok Pak. Hehehe.”

“Yakin?”

“Iyaaah..”

“Ah mana buktinya.”

“Ih Pak Yudho melucu dehh. Hahahaha.” tawaku sambil menowel pentilnya yang bergantungan. Entah kenapa tanganku iseng.

“Lho! Pak Yudho ngga nyetuh kok Luna nyentuh Pak Yudho.”

Ahhh bodoh. Apa yang aku lakukan. Aku hanya menggigit jariku karena malu. Kulihat Pak Yudho menatapku lebih tepatnya menatap belahan dadaku. Ohh.. tatapan itu membuat putingku mengeras dan nampak menonjol di pakaian renangku.

“Hayoo Pak Yudho lihat apa.! Luna cantik ya?” tanyaku memecah pandangannya.

“Cantik banget sayang. Kamu seksi banget” ucap Pak Yudho sambil mengelus elus rambutku.

Sayang ? Ah aku tersipu dengan caranya memanggilku. Entah kenapa aku senyum-senyum sendiri. Ahh biarin lah sesuka pria tua ini. Lagian dia orangnya tak seperti kak Sheila bilang. Buktinya ia tak membalas perlakuan jahilku.

“Kamu mau bapak gosok nggak?”

“Maksudnya ?”

“Ini punggungnya digosok. Kaya Rena sama Viona noh lihat.” ucap Pak Yudho sambil mengelus punggungku

“Hemm.. gimana ya Pak. Coba deh Brenda aja Pak.” ucapku sambil menjauhlan tangan Pak Yudho dari punggungku. Satu lagi tanganku menunjuk Brenda yang sedang menggosok kulitnya.

“Oke deh. Kalo kamu masih ngga percaya sama Pak Yudho. ” dengus Pak Yudho lalu menghampiri Brenda.

“Bukan gitu Pak. ” ucapku lalu menarik tangannya. Ahh pria tua ini baperan amat! Kenapa juga aku menariknya.

“Jadi boleh kan sayang ?”

“Ehm.. terserah Pak. ” jawabku spontan. Karena aku takut jika Pak Yudho marah.

Sial Pak Yudho pinter banget merayuku. Ia benar benar tak melewatkan kesempatan ini. Tangannya langsung meraih punggungku. Dan dia pasti tahu aku ngga pakai bra. Secara bentuk pakaian renangku ini terbuka sampai ke pinggang belakang. Dan tiba tiba ia memelukku. Apa ini ?

“Pak kok meluk Luna sih.!” ucapku lalu mendorongnya.

“Denger ya Lun. Aku tahu kamu pasti takut sama Pak Yudho. Ga usah takut sayang. Bapak nggak akan menyakitimu. Nikmati saja liburan ini. Iya kan sayang. Bapak sudah lama ngga liburan. Kamu tahu sendiri kan kamu sudah kuanggap cucuku sendiri. Jadi mulai sekarang jangan panggil Pak Yudho lagi. Ngerti. Kamu panggil panggil saja Oppa” tutur Pak Yudho hingga membuatku terharu.

“Hemmb.. iya deh Pak. Eh Oppa aja aku manggilnya. Hehehehe. ” ucapku menghiburnya.

Kubalikkan tubuhku menghadapnya. Lalu kulihat wajah keriputnya kini tersenyum ke arahku. Aku pun membalas senyumanya.

“Gitu dong.”

Cupp.

Oppa Yudho mengecup keningku lembut. Ah.. dan lagi putingku tiba tiba mengeras. Setiap ia menyentuhku, selalu saja darahku berdesir. Tapi aku benar-benar menikmatinya. Aku tak marah justru tersenyum kepadanya. Karena aku tahu ia tak akan menyakitiku. Mungkin ini hanya perlakuan Oppa ke cucunya.

“Gitu dong senyum. Cantik banget sayang .”

“Iya Oppa sayang. ” entah kenapa aku membalasnya dengan kata sayang. Yang jelas hatiku berbunga karena kelembutan sikapnya.

Kini tangan Oppa berpindah ke pundakku. Aku hanya menatapnya sambil tersenyum. Kemudian ia meraih tanganku lalu digosoknya dengan lembut. Sambil terus menggosok ia terus menatapku. Tubuhku semakin merapat ke tubuhnya hingga sesuatu membuatku tersentak. Ah ada sesuatu yang menyentuh perutku. Apakah ini kemaluan Oppa ?? Tapi aku ngga bisa melihatnya dengan jelas karena air terlalu pekat.

“Oppa lihatin Luna terus ngga bosen ya.”

“Ya enggaklah. Hohoho. ”

Ku rasakan aroma keringat Oppa begitu dekat. Tubuhnya kini berpindah menepel di belakangku. Sambil terus menggosok tanganku, sesekali kubalas gosokan pada tangannya yang berbulu ini. Cukup kontras jika dibandingkan kulitku dengan kulit Oppa. Tanganku terlihat putih bersinar sedangkan punya Oppa agak gelap dan keriput.

“Ih kesempatan ya meluk Luna dari belakang” ucapku pada Oppa.

“Hahaha. Luna sendiri yang bersandar pada tubuh Oppa.” jawabnya

“Yee. Gimana nggak bersandar tangan Oppa megang perut Luna gini.” ketusku lalu melepaskan tanganya pada perutku

“Hahaha. Eh sini tanganmu.” tangan Oppa menarik tanganku lalu di masukkan kedalam air ” Coba deh kamu pegang. Ada ikan lho.” ucapnya.

“Serius.?? Mana ??” tanyaku keheranan mencari sesuatu di dalam air.

Tanganku kemudian menyentuh sesuatu seperti daging. Setelah kusadari ini bukan ikan. Karena kalo ikan pasti bersisik. Terus apa yah.. kok tiba tiba jadi gedhe dan panjang. Ku elus sampai ke pangkal. Kurasakan ada rambut! Apa ini ! Kok mentok ke tubuh Oppa.! Jangan jangan ini penis Oppa..

“Ah oppa bohong! Ini kan titit Oppa!” bentakku

“Iya sayang. Katanya minta digosok. Gapapa kan? Luna cantik deh.” rayunya dengan mimik wajah memelas.

“Ih gombal!! Enggak boleh Oppa. Masa aku..”

Ahhhhmmmm tiba tiba jari Oppa menyentuh kemaluanku. Dan lagi ia mengulangi kejadian seperti kemarin. Aku hanya mendesah nikmat. Bukannya menghindar tubuhku malah menggelinjang memeluk tubuhnya.

“Oppa. Jangan disini. Ahhhmmmm…” aku mendesah saat jarinya menggosok kemaluanku.

“Hehehhe enakan sayang. Kamu terus kocok punya oppa ya. Biar adil. Dan jangan bilang mama atau kak Sheila ya.” ucapnya sambil mencium leher belakangku.

Mau nggak mau aku kocok penis Oppa. Entah kenapa ukurannya semakin membuatku gelisah. Ahhhh… ini adalah penis pertama yang kupegang.

“Ahhhh… oppa… enak banget… aku bisa ngompol lagi Oppa. Please stop !!!”

“Yakin berhenti ?.” tanyanya padaku lalu melepasakan tangannya. Aku pun juga melepaskan penisnya. Ahhh..

Ahh. Kenapa dia berhenti ? Padahal aku mau kencing lagi. Nggak.. ! Itu ga boleh. Kenapa aku dengan rela menyerahkan tubuhku dijamah oleh Oppa. Menurut artikel yang aku baca. Aku sebenernya sedang mengalami proses foreplay. Sebuah proses sebelum melakukan hubungan sex. Ah.. untung aku inget! Tapi sentuhannya nikmat banget. Tapi aku harus bisa tahan. Tubuhku harusnya untuk suamiku kelak!

“Iya Oppa. Luna takut kebablasan.”

“Enggak bakal Luna. Oppa kan sayang kamu. Nggak mungkin Oppa merusak keperawanan kamu. Ini namanya petting. Sama sama menikmati tanpa harus gituan. Ah, kamu pasti belum paham.”

“Hah. Tapi kan sama aja Oppa! Belum muhrim! Ngga boleh !

“Luna sayang . Denger Oppa sini. ” panggilnya. Aku kemudian mendekatinya.

Agak ngeri juga sih tapi tubuhku seolah penasaran apa yang akan Oppa lakukan lagi. Jujur aku di ambang antara rasa takut dan penasaran.

“Kamu harus belajar biar ngga ada orang yang menyakitimu. “ucapnya lalu memegang pantatku.

“Luna juga sudah belajar. Tapi nggak perlu di praktekkan juga Oppa. Jadi Luna mohon. Oppa jangan ulangi itu lagi.”

Ucapanku kali kali membuatnya menunduk lesu. Entah kenapa aku jadi merasa bersalah. Aku mendekati Oppa lalu memeluknya berharap ia tak sedih.

“Iya Luna maafin Oppa yah. Tapi boleh ya Oppa mencium kamu. Kamu cantik banget Luna.”

“Cium ??”

Ahhhhh…. tiba tiba nafsuku bangkit saat Oppa menciumku dengan tiba tiba. Bibirnya menyosor bibirku. Lalu tiba tiba turun ke leher dan belakang kupingku. Ahhhmmmm….

“Oppa.. kok ciumnya berlebihan sih. Nanti dilihat orang lain Oppa. Ahhhhh…”

“Untuk membuatmu tahu kalo ini nikmat Luna. Hoooammm.. mmmm.” kini Oppa semakin berani dengan sedikit menurunkan tali pakaian renangku, pundakku dikecupnya.

“Tapi kita ngga boleh disini Oppa. Ooohhh geli Opaaaaaa”

“Sudah nikmati saja Luna!!

Ahhmm .. lidahnya menjilati kulitku. Seperti inikah rasanya dicumbu. Cukup! Aku ngga boleh kebablasan .

Tapi..

Ah tidak apakah ini..

Lidahnya tak berhenti di tengkukku. Dihisapnya dalam hingga membuatku seperti kesetrum. Ahhh… ooooohhhhhh

Ahhhh…. tiba tiba Oppa menurunkan tali pakaian renangku satunya. Lalu dengan cepat pakaian renangku diturunkan ke bawah. Kini payudaraku dapat terlihat olehnya. Ahhh… dengan cepat mulutnya mengulum putingku. Sambil sedikit meremasnya. Kini pakaian renangku berada di perutku. Kemudian Oppa menurunkannya lagi dengan mengangkat sedikit kakiku. Ahhh aku telanjang. Gila !!! Lalu dibuangnya pakaian renangku ke arah rerumputan.

“Oppa. Kok dibuang. Luna telanjang ini Oppa. Kan malu kalo dilihat orang. Ahhhmmm..” rengekku

“Nanti oppa ambilin. Tapi kamu nurut Oppa yah Luna..”

“Ahh… tapi aku malu Oppa!!”

“Gimana nurut nggak ??”

“Iya deh Oppa menang.”

Entah mengapa dengan tubuh telanjang ini membuat nafsuku semakin bertambah. Aku seolah pasrah saat kedua tangan Oppa meremas kedua payudaraku. Ahhh..

Dengan penuh kelembutan Oppa kini memagut bibirku. Sambil sesekali mengihisap lidahku. Ohhh.. mmmphhhh

Tangan Oppa kini berpindah ke belahan pantatku. Sambil sedikit meremasnya ia mengangkat tubuhku. Tanganku dengan inisiatif merangkul lehernya. Dapat kurasakan penis Oppa berkali menyentuh vaginaku. Ahh.. gatel. Inikah rasanya?? Sensasinya membuatku melayang. Seolah aku lupa semua petuah Mama dan Kak Sheila.

Kulihat Rena dan Viona mengahampiriku. Tak ingin Rena mengetahui aku sedang telanjang kemudian aku merendamkan tubuhku sampai leher. Ah… tubuhku semakin menggelinjang

“Luna kamu ngapain sama kakek.” ucap Rena mengagetkanku.

“Eh Rena. Ini kakek minta di gosokin tubuhnya. ” jawabku lalu turun dari tubuh Oppa.

“Oh yasudah. Kalian lanjut gih. Aku mau mengambil minuman sebentar.” agak dengan wajah curiga Rena memandangiku yang hanya tinggal kepalaku saja. Dengan waktu yang bersamaan tangan Oppa sedang mengobel kemaluanku.

CEK CEK CEK CEK

Ohhhh gilaaaa… aku mau ngompol. Dengan irama cepat ia memasukkan jarinya ke dalam vaginaku. Aku hanya merem melek menikmati kocokan Oppa.

Setelah Rena beranajak dari kolam kulihat Viona malah melongo di sampingku. Kemudian dia meraba tubuhku. Aku yang sudah tanggung menikmati kocokan Oppa hanya meringis sambil mataku merem melek.

“Kamu bugil?? Ah Oppa juga???” tanya Viona terkejut melihat kami bertelanjang.

“Viona lepasin bikinimu. Nanti kamu juga akan merasakan enaknya. Tuh lihat Luna merem melek.” ucap Oppa

“Janng.. ahhhh.. terus oppaaaaaa!!” Aku malah meracau karena hampir meraih puncak.

AAAAAAAHHHHHHHH

Aaahhhh aku ngopooooooool

Aku kemudian menyandarkan tubuhku di tepian kolam. Ahh.. kenapa dengan mudahnya aku membiarkan Oppa menjamahku. Tapi jujur aku pun juga menikmatinya. Apakah aku harus merelakan keperawananku pada Oppa?? Ahhhmm penisnya bikin aku merinding.

Tanpa kuduga Viona melepaskan pakaiannya lalu dilemparkan ke arah rerumputan sama sepertiku. Entah belajar dari mana. Viona langsung mengulum bibir Oppa. Oppa kemudian mengangkat tubuh Viona.

“Luna perhatiin nih! Kontol Oppa akan menembus memek Viona.” Ucap Oppa lalu melepsakan tangannya dari kemaluanku.

“Masukin Oppa. Yang daleeeeem. Aku cemburu kalo Luna doang yang dienakin.” ucap Viona lalu sedikit membungkukkan badannya

“Viona. Kamu???”

Dengan posisi membelakang Oppa, Viona menarik leherku.

“Tenang saja beb. Gue udah ngga perawan. Loe bodoh banget dikibulin tua bangke ini.” bisiknya lirih ke telingaku.

“Sekarang loe ambil pakaian renangmu. Beritahu kakaku untuk menjemputku. Biar gue layanin tua bangke ini. Gue ngga tega elo digutuin . Cepaaaat !!!” perintah Viona membuatku tersadar.

Mungkin benar yang dikatakan oleh Viona. Hampir saja aku dengan rela melepaskan keperawananku. Kemudian aku menuju ke tepi kolam lalu beranjak mengambil pakaian renangku.

“Mau kemana sayang ??” tanya Oppa.

“Eh anu. Mau nyusul Rena oppa.” jawabku berkilah.

Aku malu banget. Beruntung pemandian air panas ini cukup sepi. Jadi tak ada yang melihatku. Kupakaikan lagi pakaianku. Kemudian aku berlari menuju tas ransel Viona . Dengan agak sedikit gugup kubuka hapenya lalu memberikan pesan singkat ke kakaknya.

Kakak tersayang…

Ah mungkin ini kakaknya Viona. Setelah aku mengirimkan pesan ini kulihat keadaan Viona kali ini jauh dari dugaanku. Kulihat tubuhnya diangkat sambil kedua payudaranya dicium oleh Oppa. Ahh.. kenapa aku jadi iri. Aku juga pengen. Tapi inget Lun lo masih perawan !!

Kulihat Rena dari kolam bawah nampak berlari membawa orange juice. Sementara Brenda kulihat wajahnya terkejut saat melihat Viona sedang bercumbu mesra dengan Oppa. Rena kini duduk di sampingku. Lalu matanya kulihat memandang Viona. Dengan raut wajah tak percaya Rena menghampiri Viona.

“Kakek ngapain yah. Kok Viona telanjang. Ahh.. kakek !! Viona diapain itu!! Kamu minum ini dulu ya Lun.”

“Ahh.. iiyy iyaa Rena.” ucap Viona

Sebelum Rena mengahampiri Oppa. Oppa sudah melepaskan Viona. Lalu tiba tiba Rena menceburkan tubuhnya meneghampiri mereka berdua.

“Kakek ngapain.!!” bentak Rena.

“Eh Rena. Gatau nih Viona maksa kakek buat nggedong Viona. Eh ternyata Vio ngga pake baju. Normal kan kakek terbawa nafsu.” jawab Oppa.

“Ahhhh kakek. Maaafin kakek ya Vio.” ucap Rena.

“Aku juga menikmatinya kok Ren” ucap Vio lalu kulihat Vio memandangku sambil mengedipkan satu matanya.

Brenda yang pendiam kemudian beranjak dari kolam lalu berjalan ke arahku. Tatapannya kali ini seperti orang marah.

“Loe ikut gue Lun!!”

“Ada apa Bren. ”

Kemudian tanganku ditarik oleh Brenda. Lalu aku di bawa ke kolam renang bawah. Sambil berjalan kulihat wajahnya seolah tahu apa yang terjadi barusan. Kemudian Brenda menceburkan diri di kolam renang bawah. Aku pun menyusulnya

BYUUUR …

“Lebih baik kita di sini kalo pengen nasib kita aman. Mereka berdua sudah tak perawan. Aku sudah tau semua. Loe itu polos. Dengan mudahnya loe di paksa aki aki itu. ”

“Aku kilav Bren. Aku juga ngga tahu tubuhku terasa menikmatinya.”

“Mikir Lun !!! Apakah segini saja otakmu ! Loe juara kelas. Masa hal ginian polos banget. Gue nakal tapi tahu cara bergaul yang benar. Gue ngga nyangka kalo akhirnya aki aki tua itu berani juga.” jelas Brenda kepadaku

“Viona tahu setelah aku beritahu. Jadi dia berinisiatif menggantikanmu. Habis ini kita pulang bareng mobil kakaknya Viona. Kalo lo mau lo bareng kita aja.” imbuh Brenda

Aku hanya mengagguk lalu kulihat ada seorang wanita menghampiriku. Ia berenang dengan gaya katak. Sekilas aku pernah melihatnya. Saat wajahnya muncul ke permukaan ternyata wajah ini memang sangatlah akau kenal.

“Luna????”

“Kak Shinta ???”

Kenapa ada kak Shinta. ?? Aku mengenal kak Shinta saat acara ulang tahun kak Reza. Kak Shinta adalah atasan kak Reza. Dia sangat cantik. Kulihat Kak Shinta memakai pakaian renang yang tertutup karena ia berjilbab.

“Kamu sama siapa. Ya ampun kamu berani banget pakai bikini. ” ucap Kak Shinta sambil mengeleng-gelengkan kepalanya.

“Punya temen kak. Ini sama temen Kak. Kakak sendiri sama siapa? ” tanyaku . Malu banget !!! Dilihat kak Shinta dengan hanya pakai bikini. Ahhhh.. !!

“Ini sama teman kantor kakak. Ada bu Nuri disana dan dua cewe temen kakak di sana. Trus ada Pak Rendy lagi ngopi disana. Terus Mas Teguh dan Agung sedang di Villa. Yah liburan lah. Pokoknya.”

Meski tak begitu mengenal semua. Tapi aku kenal Mas Agung. Ia sering ke rumahku. Dan kini ia sedang di Villa. Mungkin nanti aku akan bertemu dengannya.

“Wah banyak juga . Hahahah. Kakak udah dari tadi.?”

“Udah sejaman Lun. Ini sebentar lagi kakak mau ke puncak. Ada acara bakar bakar di villa. Mau ikut??”

“Enggak deh kak. Luna habis ini juga mau ke Villa kok.”

“Villa sini juga kah?” tanya Kak Shinta.

“Ia kak. Nanti kita bisa ketemuan kalo pengen lihat bintang. Hehehe.” ujarku .

“Ya sudah. Kakak tinggal bentar yah.”

Setelah kepergian Kak Shinta kulihat Brenda masih berendam tak jauh dariku. Setelah mengetahui aku sendiri dia berenang ke arahku.

“Siapa tadi.?”

“Kak Shinta. Temen kak Reza.”

“Cantik banget yahh. Hahaha.”

“Aku juga iri. Kak Reza bodoh. Padahal Luna tahu kalo Kak Shinta menyukai Kak Reza.”

“Cowok jaman sekarang mah buta semua. Ada permen yang terbungkus malah milih yang terbuka.”

“Maksudnya..?”

“IH LUNA BEGOO!!”

“Oh ya serius nih kita pulang Bren ?”

“Gatau deh. Kalo dijemput ya pulanglah. Emang loe mau di perkosa ??

“Mau banget sih gue Bren ! Hahahhaha!

“Tolol !!!! Loe tolol sumpah !! Dengar berita nggak loe meki yang disumpal pakai linggis. Ngeri tahu!!!Jadi mau nih diperkosa Lun??

“IHHH BRENDA. Gue ngga maulah. Mending gue lakuin sama orang yang gue cinta.”

“Nah gitu dong Luna!”

“Huuuu..”

[table id=AdsTbet /]


Nuri

Setelah cukup bosan aku di kolam bawah, aku dan Brenda memutuskan ke kolam atas. Kulihat tak aku temukan Rena , Viona, dan Oppa . Kemanakah mereka ??

Kulihat Brenda mengeluarkan hapenya. Lalu aku mengahampirinya. Kulihat wajah cemas Brenda saat mengotak atik hapenya.

“Ada apa Brenda??”

“Kakaknya Vio ngga bisa jemput. Katanya ada keperluan mendadak. ”

“Lo tadi juga hubungin kakaknya Vio?”

“Gue kenal banget. ! Kak Jimmy namanya.”

“Jadi nginep di Villa nih?” tanyaku.

“Iya semoga aki aki iti ngga merkosa kita ya Lun. Gue akan jaga loe !” ucap Brenda.

“Terus kemanakah mereka??”

“Rena ? Viona dan Oppa juga?? ” Brenda bangkit dari duduknya. Wajahnya melengos ke kiri kanan mencari mereka.

“Iya Brend. Mereka ngga ada. “ucapku

“Coba deh Lun. Kita lihat kamar ganti pria. Barangkali mereka disana.” Brenda menujuk kamar ganti pria yang di pojok.

Aku menganggukkan kepala. Lalu berlari ke arah kamar ganti pria. Dengan langkah mengendap-endap aku mengintip ke dalam ruangsn. Sebuah ruangan cukup luas yang ada showernya. Semacam tempat membilas tubuh. Brenda memegang tanganku erat. Lalu kuintip ada apakah di dalam.

AAAAHHHHHH…

“Berhenti Lun.! Kita lihat dari sini saja.”

Sebuah pemandangan diluar dugaanku. Rena bergoyang di atas tubuh Oppa dengan tubuh telanjang. Sementara di sampingnya Viona jugs telanjang sedang berciuman dengan Oppa. Dan satu lagi seorang yang baru di kenalkan oleh Kak Shinta yaitu Bu Nuri sedang di sodok dari belakang oleh Pak Rendy. Seorang pria paruh baya yang baru ku kenal juga dari Kak Shinta. Lalu di mana kak Shinta ?

“Terus Pak Rendy.” racau Bu Nuri

“Hahahaha. Memek mu masih sempit aja Nuri !!!”

Ahhh… tiba tiba tangan Brenda meremas payudaraku. Kulihat ia gelisah melihat sebuah pergumulan panas ini. Sambil tangannya memegang erat tanganku. Wajahnya seolah berkata bahwa kita harus pergi.

” Lun. Lebih baik kita pergi. Gue takut malah ikut terangsang. ” ucap Brenda.

“Iya Bren. Ahhhmmm.. remasan lo enak banget Bren. Ahhhmmm..” ucapku lalu meremas payudara Brenda.

“Ih Luna jangan gitu dong. Gue jadi sange ini. Ahhhhmmmm….” desah Brenda lalu mencium bibirku.

MMMPPPOHH OHMMM

Gila ini Brenda !! Aku cewek dan dia cewek. Kulepas bibirnya. Dengan memasang wajah agak kesal kulihat lagi di dalam ruangan.

“Luna. Sorry tadi nafsu.. habis loe cantik banget Lun.” ucap Brenda kini memegang lenganku.

“Iyah. Gue masih normal Bren. Tahan dong jangan sange melulu. ” ucapku.

Rena mulai berganti posisi. Dengan berjongkok ia memaju-mundurkan badannya . Sedangkan Viona kini menyandarkan tubuhnya di lengan Pak Randy . Lalu Pak Randy meremas bongkahan payudara Viona. Ahhh…

Aku sungguh terpana dengan penis Pak Rendy. Tanganku mengelus kemaluanku yang sangat gatal. Brenda kini telah melucuti bikininya. Kulihat tubuh indah Brenda dengan payudara yang sekal dan bulat. Astaga Brenda apa yang kamu lakukan sih.!!!Tiba-tiba seorang lelaki memergoki kami yang sedang mengintip.

“Hay nona manis. Enak banget nih.. ”

“Ahhh.. anda siapa. ?”

“Saya petugas kebersihan di sini. Nama saya Bejo.” jawabnya

“Aku Luna Pak. Dan ini temen saya Brenda.”

Kulihat Brenda dengan wajah ketakutan menutupi bagian vitalnya. Sementara aku malah terpana dengan tubuh athletis Pak Bejo. Badannya kekar. Ahhh… pusing..

” Bapak ngga ganggu kok. Udah biasa di sini buat tempat pesta sex. Ini kan pemandian milik Pak Robby. Dan di sana itu anak buahnya. Pak Rendy namanya. Sementara lelaki tua itu adalah pamannya Pak Rendy. Mereka berdua sering banget ke sini. Eh ternyata mereka sekarang lagi bawa daun muda yang cantik-cantik. Hahaha.” jelas Pak Bejo.

Ohhh. Ternyata semua ini sudah di atur oleh Oppa. Jahat sekali kamu Oppa. Tiba tiba Pak Bejo melucuti celana kolornya. Lalu berdirilah tegak penis yang sangat panjang. Waaahh…

Astaga ini penis lebih besar dari penis Pak Rendy dan Oppa. Aku menelan ludahku. Mataku tak berhenti menatap penis ini.

“Kalo eneng mau. Boleh kok makai Pak Bejo. Pak Bejo kuat melayani kalian berdua.” ucap Pak Bejo lalu menarik tanganku untuk menyentuh penisnya.

“Engga Pak. Kita masih perawan. ” ucap Brenda.

“Ahh yang bener. Ahhmmm..” tangan Pak Bejo melepaskanku. Lalu ia membungkukan badannya ke arah tubuh telanjang Brenda.

“Ahhhhhmmm… jangan pak.” ucap Brenda.

Kulihat Pak Bejo mencium kemaluan Brenda. Karena ia tahu Brenda sudah telanjang. Aku hanya menatapnya nanar. Ahhh… aku harus bagaimana. Sedangkan di belakang kulihat Viona semakin meronta .Dengan posisi berdiri Pak Randy menusuk vagina Viona dengan penuh irama.

“Iyyaaaah. Terusssss Pak…. enaaaaakk banget..” Racau Viona.

“LONTHE KECIL INI BINAL SEKALI. HAHAHAHAH” Pak Randy dengan kasar meremas payudara Viona.

“Luna kamu cepet pergi. Aku sudah sange banget. Biarlah aku lepas keperawananku disini. Ahhhmmm… terus Pak.” ucap Brenda

Pak Bejo sangat lihai memainkan vagina Brenda. Sambil kedua tangannya meremas payudara Brenda ia jilatin vaginanya sampai air liurnya menetes.

Jujur aku juga sangat terangsang. Tapi akal sehatku menuntunku harus pergi. Bagaimana dengan Brenda? Dia kan juga masih perawan.

“Bren kita pergi berdua.”

“Ahhhmm Luna.. .” rengek Brenda yang sudah terbawa nafsu.

“Neng Luna. Lepasin pakaiannya dong. Neng luna juga cantik loooh. Boleh kan Pak Bejo melihat tubuh indah Luna. ” ucap Pak Bejo yang kini meremas payudaraku. Ahhh….

“Jangan Pak.. ! Ahhhh,,,, !” aku mendesah saat tangan kasarnya menyingkap bikiniku.

Kini bikini itu telas lolos dari tubuhku. Kini Pak bejo dapat melihat ketelanjanganku. Ahhh,,, kulihat penis Pak Bejo semakin memanjang. Entah mengapa tanganku tanganku justru memegang penis ini. Ah besar sekali…..

“Bagus neng Luna kocok yang kenceng…” ucap Pak Bejo.

“Ahh nggak boleh..!” kulepaskan penis ini.

Ahhhhmmm… tatapanya seolah menghipnotisku. Aku harus tahan. Rayuannya hanya akan menjerumuskanku. Aku harus menarik Brenda. Harus !! Dia tadi sudah menyelamatkanku. Kali ini aku harus menyelamatkannya.

“Maaf Pak kita harus pergi. ” ucapku lalu menarik tangan Brenda

“Luna bikininya ??” ujar Brenda

“Ambil Brend. Ayo kita lari!!” ucapku lalu Brenda memunguti bikiniku dan bikininya.

“JANGAN LARI KALIAN !!” bentak Pak Bejo

Ku dengar di belakang suara semakin gaduh. Jadi tempat ini memang khusus untuk pesta sex ? Lalu bagaimana dengan kak Shinta? Apa jangan jangan Kak Shinta juga akan jadi korban?

Intinya aku harus lari!

Saat tanganku hendak meraih tangan Brenda tiba tiba ada asap tebal hingga membuat padanganku kabur. Tiba tiba kepalaku pusing. Ahhh…

AAAAAAAAHHHHH

AAAAAAAHHHHHH

[gelap]

[table id=iklanlapak /]


Ardhelia

“Aku dimana?? ”

“Kamu aman sayang.”

“Kamu siapa ?”

“Ardhelia. Tadi kamu kan yang kirim pesan ke Jimmy? Sekarang kamu sudah berada di Villanya Yudho. Tadi aku yang membuat bom asap.”

“Lalu mereka ada di mana.?”

“Mereka masih di tempat yang sama. Agar tak membuat kecurigaan. Aku hanya mengambilmu dan Brenda. Viona adik Jimmy , dia sudah dalam rencanaku. Untuk melindungimu.”

“Namun kebinalannya memang susah di kendalikan. Kini Rena dan Yudho ku buat tidur saja. Sedangkan Randy dan Nuri, pasangan affair ini . Haissh.. sungguh gila manusia jaman sekarang. Mereka aku buat tidur juga tapi kupisahkan mereka berdua. Jika mereka semua mencarimu . Kau cukup keluar dari Villa. Letaknya tak jauh dari sini. Pakaian bikinimu kusimpan didalam tasmu. Aku sudah melakukan pekerjaanku dengan rapih. Jagalah rahasia ini. ! Aku harus pergi. Jika kau butuh bantuan. Segera hubungi kontaku. Sudah kuberikan nomorku di hapemu. Aku tak jauh dari sini.”

“Tunggu!”

Ardhelia siapa dia?? Wanita cantik dengan memakai jaket jeans ini akhirnya keluar. Aku berlari menyusulnya. Tapi kulihat dia sudah memakai helm dan berada di atas motor trail.

BRRRRRMMMMMMM

Kutemukan sebuah kontak namanya di hapeku. Tertera namanya “SAVIRA ARDHELIA” kulihat picturenya mawar hitam. Mawar hitam ??

Kulihat Brenda sedang tertidur dan sudah berpakaian rapih. Aku pun juga sudah memakai midi dressku. Bagaimana caranya dalam waktu setengah jam ia mampu menyelamatkan kami. Ardhelia siapakah dirimu?Kamu pasti tahu segalanya. Aku harus bagaimana. ??

Ah telepon kak Reza aja lah. Daripada bengong ga jelas gini. Lagi pula kemana juga si Rena !!

[Conection]

“KAKAK !!!”

“Hay.. !!!

“Kakak sibuk ngga..”

“Sebentar lagi kakak mau prenstasi Lun. Ntar malem aja vicallnya.”

“Ahh.. yasudah .Kakak hati-hati.”

“Kamu juga Luna. Gimana udah ketemu Black Rose??”

“Darimana kakak tahu.”

“Kan udah kakak bilang . Kakak akan selalu jagain kamu Luna. Meskipun kakak jauh. Hahahah.”

“Ihh aku kepo nih kaaak…!”

Tutuuuut

[End Call]

Kak Reza kenal Ardhelia. Darimana mereka saling mengenal ? Kulihat jam dinding menunujukkan pukul 12.00 . Ahhh… aku bosan. Keluar aja kali ya.

Setelah keluar kulihat Mobil Jeep Oppa masih terparkir. Apa aku harus masuk lagi ke pemandian air panas. Tapi nanti aku takut di perkosa . Akhirnya aku memutuskan kembali ke Villa. Tapi siapa itu??

Kulihat ada Kak Shinta sedang makan mie gelas. Ternyata Villa kak Shinta berdampingan dengan Villaku. Aku kemudian berjalan menghampiri kak Shinta.

[table id=Lgcash88 /]


Shinta

“Kak Shinta.!!”

“Luna ??? Sini duduk sini.”

“Kakak enak bener makan mi gelas ”

“Kamu mau? Ini kakak buatin satu.”.

Di samping kak Shinta kulihat ada seorang pria gondrong yang sedang benerin sandalnya. Tapi muka muka nya aku kenal orang ini. Iya dia kan Mas Agung.

“Mas Agung !!!”

“Eh Luna!! Loe kok bisa sampai sini?”

“Iya liburanlah Mas!!”

“JANGKRIK! Tahu gitu gue bisa kencan sama Luna.” ucap Mas Agung.

“Kencan palalo peyank!!” Ketusku pada Mas Agung

“Hahahaha.. iyo kan daripada Luna sendiri tho.” balasnya

“Omong opo sih koe mas.” ucapku dengan logat Jawa.

“Hahahaha…”

DUAAAAARRRRRRRR

Suara apa itu ???

“Jangan panik!!” ucap Mas Agung

“Kayak bunyi ledakan Gung!” ucap Kak Shinta.

Aku mendengarnya dengan jelas tapi suara itu cukup jauh. Ardhelia ?? Apa jangan-jangan ada hubungannya sama Ardhelia ??

Halaman Utama : The Best Employee

BERSAMBUNG – The Best Employee Part 05 | The Best Employee Part 05 – BERSAMBUNG

Sebelumnya ( Part 04 ) | ( Part 06 ) Selanjutnya