Suradi Adventure Part 49

0
1166

Suradi Adventure Part 49

ANASTASIA MELINDA LIEM 14

Akhirnya mereka tiba di sebuah rumah Type 21 yang sudah direnovasi. Esther agak terkejut waktu melihat mobil suaminya ke luar dari garasi dan meninggalkan rumah. Dia ingin memanggil suaminya tapi mobilnya keburu pergi jauh.
“Ada apa?” Tanya Suradi.
“Mobil yang barusan ke luar itu suami saya, Pak Sur.”
“Oh.”
“Katanya dia lagi di Cirebon.” Kata Esther sedikit mengeluh.
“Mungkin ada sesuatu yang harus diambil di rumah.” Kata Suradi. “Mungkin juga kangen sama Silvi.”
“Ya, mungkin saja.”

Namun ketika mereka memasuki rumah, Esther merasa heran dengan Tania yang wajahnya seperti ketakutan.
“Eh, Ibu, sudah pulang.” Kata Baby Sitter itu dengan suara agak gemetar. Dia melirik ke arah Suradi dengan lirikan takut. Tetapi Suradi tersenyum kepada Tania dengan senyum kebapakan yang tulus.
“Mana Silvi?”
“Lagi tidur, Bu.” Suara Tania masih gemetar.

Suradi yang berpengalaman itu hanya dalam hitungan detik langsung memahami apa yang terjadi. Matanya yang tajam segera menemukan sebuah celana dalam yang tergolek di bawah sofa. Suradi dengan cepat memungut celana dalam itu dan secara diam-diam tanpa diketahui Esther, memberikannya kepada Tania.
“Cepet pakai.” Bisik Suradi.

Tania terbelalak.
“Sssttt… Bu Esther takkan tahu.” Kata Suradi.

Esther ke luar dari kamar Silvi yang sedang lelap tidur. Dia tersenyum.
“Makasih ya, Tan udah bantuin ngerawat Silvi dengan baik.”
“Sama-sama Kak Esther.”
“Maafkan Kak Esther ya jika gajinya telat. Soalnya perusahaan Kak Esther sekarang sedang bermasalah.” Kata Esther.
“Ga pa pa, Kak. Tania sabar koq.”
“Sekarang bantuin Kakak beresin barang belanjaan yuk.”

Tania mengangguk.

Suradi ikut membantu membawa barang-barang belanjaan dari mobil ke dalam rumah. Sambil berbincang santai, mereka membereskan belanjaan itu di dapur, karena hampir semua barang belanjaan itu adalah kebutuhan dapur. Kecuali mainan Silvi yang berupa boneka dan leggo.

Ketika mereka berbincang santai, Silvi terbangun dan ke luar kamar. Dia memeluk Esther yang memberinya hadiah boneka dan leggo. Anak lima tahun itu meloncat-loncat gembira.

Selama perbincangan santai itu, Suradi secara lembut mengarahkan pembicaraan ke arah orang yang bernama Santoso itu. Secara sambil lalu Esther menjelaskan bahwa selama beberapa bulan terakhir ini, Santoso Halim sering mengunjungi Bu Suzie dan melakukan pertemuan tertutup.
“Saya enggak tau apa yang mereka bicarakan, Pak Sur. Tapi saya yakin Pak Santoso akan segera mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menyelamatkan Halim Group.”
“Ya, tentu saja.” Kata Suradi. “Eh, Bu Esther, kalau rumah Pak Santoso itu di mana ya? Kayaknya saya perlu juga menemui beliau untuk minta petunjuk.”
“Jangan Pak Sur. Pak Santoso itu orangnya kejam, sebaiknya Pak Sur menghindari dia.”
“Kan saya perlu proyek, Bu.”
“Kalau soal proyek, nanti Pak Sur saya hubungkan dengan Bu Suzie jika situasi sudah memungkinkan.”
“Wah, terimakasih.” Kata Suradi. “Kalau Bu Esther bilang Pak Santoso itu kejam, pasti kelihatan dari mukanya. Ada codetnya ya dekat hidung?” Suradi menahan nafas menunggu jawaban Esther. Dugaannya pasti tidak akan meleset.
“Koq Pak Suradi tahu? Memang, dia ada codetnya dekat hidung.”

Suradi berkata dalam hatinya. “Pasti Santoso gembong narkoba itu.”

“Saya kan cuma menerka saja, Bu. Kan tadi dibilang Pak Santoso kejam.”
“Dugaan yang tepat.” Kata Esther sambil tertawa. “Sssttt… Pak Sur, masih kuat enggak?” Bisik Esther. Dia mengedip-ngedipkan matanya.
“Masih.” Jawab Suradi, berbisik juga.

Esther lalu bangkit menuju ruang tengah di mana Tania dan Silvi sedang bermain leggo.
“Tan, mungpung sore cerah, bawa Silvi jalan-jalan ke taman sebentar ya. Biar kakinya kuat.”
“I ya, Kak.” Kata Tania. “Silvi, main ayunan yuk ke taman?”
“Holeee… main ayunan ke taman.” Jawab Silvi gembira.

Bersambung

Daftar Part