Suradi Adventure Part 39

0
1280

Suradi Adventure Part 39

ANASTASIA MELINDA LIEM 4

Pak Tono melajukan kendaraan memasuki jalanan desa yang kecil dan sepi. Beberapa kali mobil espass hitam itu menepi jika berpapasan dengan mobil lainnya. Melinda tidak banyak bertanya, dia hanya memperhatikan kanan kiri jalan yang berupa kebun-kebun tak terurus dan rumah-rumah khas pinggiran desa. Dalam kepalanya berloncatan berbagai pikiran tentang kasus yang melanda mertuanya dan kemungkinan besar Winardi melakukan penghianatan besar-besaran.

Tapi pertanyaannya, mengapa? Mengapa Winardi tega melakukan hal itu kepada ayahnya sendiri? Apa yang diinginkannya dengan uang 5 triliun itu? Apakah dia sengaja mengajukan kredit atas nama Halim Group dan menjadikan aset PT GCM dan PT PHB sebagai agunan? Apakah Kak Suzie tahu jika aset PT GCM dibekukan maka dia tidak akan punya apa-apa lagi? Kapan Papa Handono mengajukan kredit dan mengapa tiba-tiba langsung dituduh mengemplang duit negara?

“Aneh sekali.” Pikir Melinda.

Lalu siapa ke 4 orang lelaki yang mengaku sebagai penyidik KPK itu? Darimana mereka mengetahui Sistem Informasi dan Manajemen di lingkungan Halim Group secara ditail?

Dihibur suara berisik mobil espass dan angin lembut pinggiran kota, akhirnya Melinda pun tertidur.

Melinda terbangun ketika mobil berhenti di depan sebuah rumah dengan halaman yang sangat luas. Dia merasa asing dengan rumah itu dan merasa kurang nyaman. Seorang pemuda desa menyambut mereka dan bersikap sangat hormat kepada Pak Tono.
“Ini rumah bapak yang sebenarnya, Bu.” Kata Pak Tono. “Kami membangun rumah ini sudah cukup lama. Mungkin 3 atau 4 tahun yang lalu.”

Melinda tidak banyak bicara. Dia merindukan tas tangan dan HPnya yang ketinggalan di rumah kontrakan mereka di Guruminda, dia juga kangen Mami. Sudah seminggu tidak ketemu.

Ada kejutan lembut ketika Melinda memasuki rumah itu. Beberapa foto yang dipajang di dinding membuat dia tersenyum. Sebuah foto keluarga, Suradi dengan kedua orangtuanya dan kedua orang adiknya, membuat Melinda terpaku sejenak. Lalu foto-foto lain tentang Suradi yang masih muda, yang membuatnya teringat kembali akan pesona mandor muda itu. Tapi yang membuatnya tak sanggup menahan air mata adalah ketika dia memasuki kamar pribadi Suradi.

Kamar itu luas dengan ranjang single bed. Sebuah foto usang dirinya yang tembem dengan mata sipitnya, tergantung di dinding sendirian. Melinda ingat, foto itu diminta Suradi beberapa minggu setelah mereka jadian. Namun dia menolaknya.

Melinda menolak memberikan foto itu karena dia merasa malu. Tapi kemudian Mang Ujang mencurinya atas perintah mandor muda itu. Ketika mereka bertemu di Kafe Fizzis, Suradi memperlihatkan foto curian itu.
“Karena kamu menolak memberikannya secara sukarela, maka Kaka terpaksa mencurinya.” Kata Suradi waktu itu.

Foto itu ukurannya 5R atau sekitar 12,7 X 17,8 cm. Tetapi bingkainya besar. Di dalam bingkai terdapat sebuah tulisan pendek: kau telah mencuri hidupku.

Melinda terpana. Airmata meleleh tak terasa. Tapi dia merasa bahagia.

Bersambung

Daftar Part