Suradi Adventure Part 33

Suradi Adventure Part 33
METAMORFOSIS SURADI 8
Suradi duduk di pinggir ranjang dan mencium mata Melinda yang mengembang air mata.
“Maafkan kaka.”
“Pedihh…” Kata Melinda, manja. “Tapi…eennak.”
“Kamu suka sayang?”
“Ka… terusin…”
“Tapi katanya tadi pedih.”
“Aa.. aahh…” Kata Melinda dengan manja, dia memeluk lengan Suradi. “Ga mau… terusin…”
Suradi menatap wanita itu di matanya. Dia melawan balik. Mereka saling tatap lama sekali.
“Ka…” Bisik Melinda. “Terusin ya.”
“Kalau sakit lagi gimana?”
“Ga pa pa. Tadi sebetulnya enak banget… cuma…”
“Cuma apa?”
“Ka… boleh lihat ga dari deket?”
“Apanya?”
“Itunya.”
“Boleh, nih.”
“Dipegang ya… hi hi hi… lucunya kamu.” Kata Melinda pada kontol Suradi yang masih tegang. “Mulai sejak saat ini, kamu enggak boleh nyari yang lain.” Kata Melinda lagi. “Enggak boleh nakal, kamu cuma buat aku seorang.” Katanya.
Suradi tersenyum menyaksikan tingkah Melinda. Dia jadi teringat kepada Winda. Ah, sudahlah. Yang lalu biarlah berlalu.
“Mau terus bercanda atau terus diterusin.” Kata Suradi lembut.
“Becanda dulu bentar.” Kata Melinda, ekpresi wajahnya sama sekali tidak memperlihatkan seorang eksekutif top. “Kaka sini cium lagi bibir Lin lin.” Katanya.
“Dari awal lagi sayang?”
“Ga pa pa kan, Ka?”
“Ga pa pa. Kaka seneng koq bisa ciumin seluruh tubuh kamu.”
“Sungguh?”
“Ya. Sungguh.”
Mereka berciuman di bibir dan memulai lagi dari awal dengan lebih lembut dan tenang.
Melinda bahkan tidak banyak bersuara, dia hanya tersenyum kecil sambil menggigit bibir. Pemanasan yang panjang dan menyenangkan itu akhirnya tiba juga di ujung. Suradi memasukkan kontolnya ke dalam memek Melinda dan kemudian menggenjotnya. Wanita itu kini sudah mempersiapkan diri meraih semua sensasi yang bisa dipersembahkan oleh seorang lelaki sejati untuk dirinya.
Namun, meskipun dia sudah bersiap, ternyata Melinda keliru. Semua keliru. Dia tak pernah bisa mempersiapkan diri untuk dilontarkan ke langit ke tujuh lalu terkapar sendirian di daratan bulan yang super sunyi. Dia berputar sendiri melayang melewati bintang-bintang dan galaksi dalam kecemerlangan gelap yang sempurna.
Ketika cahaya hangat itu menyiram ketelanjangan tubuhnya, Melinda merasa nyaman. Sangat nyaman.
“Aku ke luar di dalem. Banyak.” Bisik Suradi.
“Aku ada di bulan.” Jawab Melinda. “Peluk.”
Ketika Suradi memeluknya, Melinda berada di tengah pulau kecil terpencil di tengah samudra biru yang luas. Dia tak merasa khawatir atau cemas. Dia juga tak perlu berpikir.
Tapi dering telpon itu menggangu sekali.
“Sayang, bangun. Telpon dari Mami.”
“Mmhhhmhh…”
Melinda terbangun jam 7 malam. Tapi dia merasa cuma tidur 5 menit. Suradi ke luar dari kamar mandi dengan dililit handuk pada pinggangnya.
“Tadi pagi kaka jemput mami di hotel, sekarang dia ada di sebelah.” Kata Suradi “Kaka udah ngobrol banyak sama Mami. Seharian bahkan.”
Melinda menatap Suradi dengan tatapan seperti bermimpi.
“Kamu belum makan sejak pagi. Nanti kita makan malam sama Mami ya?” Kata Suradi.
Tapi Melinda diam. Dia menatap Suradi dengan sayu.
“Kamu kenapa sayang?” Kata Suradi, dia lalu duduk di pinggir ranjang dan menatap Melinda. “Kamu lapar?”
Melinda menggeleng.
“Sakit?”
Menggeleng lagi.
“Jangan diem aja atuh, yuk sini. Mandi dulu.”
Melinda menolak pegangan tangan Suradi. Dia menunduk. Airmatanya menetes di pipi. Suradi mengangkat dagunya.
“Kamu… kamu menyesal?”
Melinda mengangguk.
Suradi menarik nafas panjang dan berat. Dia merasa bersalah. Tiba-tiba Melinda mencekik mesra Suradi dari belakang.
“Menyesal kenapa enggak dari dulu.” Katanya dengan mengikik. Suradi terbelalak, tapi terlambat, dia dihajar ciuman yang bertubi-tubi oleh Melinda.
“Lagi kaka, lagi!” Kata Melinda sambil menggesekkan dadanya ke punggung Suradi.
“Makan dulu.”
“Gak mau! Pengen lagi!” Melinda berkata sambil menarik handuk yang melilit di pinggang Suradi dan melemparkannya jauh ke kursi.
“Makan dulu, sayang. Kamu nanti lapar.”
“Bodo amat!” Katanya. “Kaka, ngentot lagi yuk.”
“Makan dulu.” Kata Suradi
“Gak mau, ngentot dulu.”
“Pokoknya kamu makan dulu.” Kata Suradi, tegas.
Melinda tiba-tiba membalikkan badannya. Dia menelungkup di kasur sambil menangis menggerung-gerung.
“Huk… huk… huk… gak mau… pengen ngentot dulu…”
“Jangan nangis sayang.”
“Biarin! Huk… huk.. huk… kakaaaaa… pengen ngentoootttttt.”
Akhirnya Suradi mengalah. Malam itu dia mengentot Melinda berkali-kali. Sampai akhirnya Melinda terlelap dan bangun siang pada keesokan harinya.
Bersambung