Kisah Dokter Anak dan Ojol Part 13

Kisah Dokter Anak dan Ojol Part 13
Berhubung usia Cecil dan Gilang terpaut lumayan jauh jadi timeline cerita Cecil jauh berada di belakang Gilang. Oleh karena itu saya mulai Part 2 ini dengan cerita Cecil buat mengejar timeline Gilang. Biarpun saya bilang begitu, bukan berarti di kehidupan Cecil ada hal yang menarik lainnya, sih, karena hari-hari dia diisi dengan kuliah, nongkrong dengan Ben, juga hidup layaknya suami istri dengan Grace. Kalaupun diceritain soal seksnya, tidak ada yang baru.
Semua itu berlangsung hingga perkuliahan mereka mau selesai dan Cecil masuk ke tahap koas. Cecil dan Grace ditempatkan di dua rumah sakit yang berbeda. Untuk dokter yang baru mau jadi, mereka dapat giliran kerja shift yang membuat mereka jadi jarang jumpa di kontrakan. Sekalinya libur, mereka kecapekan biasanya jadi cuma menghabiskan waktu di kontrakan untuk makan, nonton, ngobrol, dan tidur. Sesekali nongkrong dengan Ben kalau waktu senggang mereka kebetulan bersamaan.
Perjalanan kuliah Cecil dan Grace bisa dibilang lancar-lancar. Mereka selesai koas tepat waktu dan masuk ke fase-fase pendidikan berikutnya. Cecil yang bercita-cita jadi dokter anak mengambil spesialisasi untuk tahap berikutnya. Grace juga berniat untuk menjadi dokter bedah dan mau mengambil spesialisasi juga. Lagi-lagi mereka dapat rumah sakit yang berbeda dan tatap muka semakin jarang.
Di saat-saat inilah datang seorang lelaki yang namanya David. Saya susah cari nama palsu buat dia jadi panggil saja David. David ini setahun di atas Cecil dan sudah lebih dulu ambil spesialisasi. Karena mereka satu rumah sakit maka mereka sering bertemu. Karena David sudah lebih senior, Cecil sering minta nasihat David untuk berbagai masalah. Kalau ada kasus yang tidak bisa Cecil tangani, David menjadi orang pertama yang dia mintai tolong. Mereka pun jadi dekat dan kalau sedang tugas di rumah sakit, Cecil sering sekali bersama-sama dengan David.
Satu kejadian yang paling Cecil ingat adalah ketika dia sedang jaga di IGD malam-malam dan datanglah pasien anak yang usianya belum sampai lima tahun dengan luka sobek di paha. Cecil panik karena belum pernah menangani pasien sekecil itu dan anak itu harus dijahit. Cecil meminta tolong David. David membantunya ditemani oleh dokter senior yang kebetulan sedang ada di rumah sakit. Pasien dapat ditangani dengan baik tetapi Cecil yang mengalami syok berkepanjangan. Dia harus menjauh dari IGD untuk beberapa waktu. Cecil duduk-duduk di lobi sambil minum teh manis panas untuk menenangkan diri. David yang harusnya sudah pulang memutuskan untuk menemaninya. Mereka ngobrol panjang dan ternyata mereka punya banyak kesamaan. Cecil merasa nyaman dengan David dan dia pun merasa kalau David berpikir yang sama dengannya.
Selama hampir enam bulan dia bersama David, muncullah benih-benih cinta (wuek) di dalam diri Cecil. Dia makin senang dengan David. Setiap kali senggang, Cecil memikirkan dan mengirimkan pesan pada David. Waktu istirahat, mereka sering makan bersama. Kadang-kadang kalau sedang jaga bersama, David akan mengantarnya pulang.
Suatu hari, Cecil diajak nonton oleh David. Karena waktu jaga mereka kebetulan sama, maka malamnya mereka nonton berdua. Sewaktu nonton, tangan David dengan alamiah memegang tangan Cecil. Cecil menikmati itu. Mereka berpegangan tangan sampai Cecil diantar pulang ke kontrakan.
Gelagat bahagia Cecil dilihat oleh Grace. Grace mulai bertanya-tanya tapi Cecil mengelak. Dia memang suka pada David tapi baru sebatas itu. Maka dia masih merahasiakan itu dari Grace. Tapi lalu dia berpikir kenapa dia harus merahasiakan itu dari Grace. Grace bukan pacarnya. Mereka tidak pernah bilang kalau mereka pacaran. Walaupun, ya, mereka pernah bilang kalau mereka saling sayang. Tapi tidak sekalipun mereka meresmikan hubungan mereka. Grace juga, Cecil rasa, tidak merasa kalau Cecil adalah pacarnya.
Entah kenapa Cecil jadi bimbang. Meskipun dia yakin kalau dia dan Grace bukan pacaran, dia tetap takut menyakiti hati Grace kalau dia suka pada orang lain.
Rahasia itu berjalan lumayan lama. Hingga akhirnya David memberanikan mencium Cecil ketika mereka nonton dan di situlah Cecil memantapkan hati. Ya, Cecil suka pada David. Mereka jadian malam itu.
Sehari dua hari Cecil menyembunyikan hubungannya dari Grace tapi hidupnya tidak tenang. Tidak mau bohong terus, pada satu malam ketika Cecil pulang cukup cepat, dia menunggu Grace pulang. Sekitar jam sepuluh malam Grace pulang dengan tampang lusuh. Dokter baru pasti mukanya lusuh kurang tidur. Beruntung Cecil sempat beberapa kali dapat jatah istirahat untuk mengisi ulang tenaga dan nonton dengan David.
Ketika Grace pulang, Cecil menyiapkan champagne dingin di dapur dan pasta hangat. Grace tersenyum melihatnya. Dia mencium Cecil lalu mereka makan berdua. Di tengah makan itulah Cecil memberikan berita soal dia dan David.
“Oh, ya? Anak RS ITU juga?”
“Iya. Lebih tua setahun, sih. Tapi enggak tahu kenapa kita sering banget jaga samaan.”
“Ganteng?”
“Lumayanlah. Badannya keras-keras tapi soalnya dulu suka olahraga.”
“Mantap.”
“Terus?”
“Terus apa?”
“Lu enggak marah?”
“Ya, enggaklah. Kita, kan, bukan lesbian betulan.”
“Syukur, deh. Gua sempat takut ngomong ini sama lu, Grace.”
“Takut gua cemburu?”
“Iya.”
“Kita bukan pacar, Cil. Lu jangan geer, deh. Memang, sih, gua nyaman banget sama lu. Sayang. Tapi, ya, sebatas itu saja.”
Cecil bersyukur.
“Eh, tapi….”
“Tapi apa?” tanya Cecil.
“Dia tahu soal kita?”
“Enggaklah.”
“Terus kita harus stop ngewe?”
Cecil diam. Sesungguhnya dia belum ada pikiran untuk ML dengan David. Cecil pun masih nafsu kalau lihat Grace. Jadi kalau bisa, sih, kegiatan seks mereka tetap jalan seperti biasa.
“Pengennya, sih, enggak,” kata Cecil.
“Bagus. Gua juga belum mau berhenti,” Grace tersenyum.
Oke, maka tidak ada lagi keraguan dalam diri Cecil. Dia bisa menjalin hubungan dengan Grace dan David sekaligus. Hubungan ini ditentang oleh Ben. Ben bilang Cecil itu biseksual dan biseksual harus bisa memilih salah satu ketika saatnya tiba. Cecil menyanggah kalau dia biseksual (padahal, mah, iya, cuma dia denial) dan mengatakan kalau Grace tidak keberatan. Ben cuma bilang kalau dia sudah kasih Cecil nasihat dan dia tidak mau tahu apa yang terjadi.
Suatu hari ketika Cecil dan Grace sama-sama dapat libur, mereka nonton film di sofa kontrakan berdua ditemani bir dan popcorn. Di tengah nonton, Cecil tiba-tiba dapat wangsit sange yang entah datang dari mana. Maka dia mulai menciumi Grace. Grace tentu membalas. Bibir beradu bibir, lalu lidah bertemu lidah. Cecil mengambil dominasi. Dia mendorong Grace sampai rebahan. Grace mulai menggerayangi Cecil. Tangannya masuk ke balik kausnya, meremas payudara Cecil dari atas bra. Cecil membuka kaus dan branya. Grace mengikuti.
Mereka berciuman lagi. Kini kulit sudah bertemu kulit dan kalau itu sudah terjadi, Cecil berubah menjadi agresif. Dia menggenggam pergelangan tangan Grace, menahannya ke sofa. Bibirnya menelusuri leher Grace, dada, payudara, lalu perut. Grace mendesah. Dia membiarkan Cecil mengambil kendali.
Cecil menarik celana Grace hingga lepas, lalu celana dalamnya. Kemudian Cecil menicum vagina Grace dan membuat perempuan itu menjerit kecil. Grace melepaskan satu tangan dan memegang kepala Cecil. Cecil menciumi vagina Grace, menjilatinya, lalu memasukkan satu jari ke dalam. Grace mengerang nikmat.
Cecil bangun, mencopot celananya, lalu duduk tepat di atas kepala Grace. Grace mencium vagina Cecil dan Cecil mendesah. Cecil menekan bibir Grace supaya dia bisa mencium vaginanya lebih dalam, lebih terasa. Tangannya meremas payudaranya sendiri. Seluruh badannya sudah terbawa.
Grace mendorong Cecil ke lantai dan mencium bibirnya. Mereka berpelukan dan Grace menggerakkan pinggulnya ke pinggul Cecil. Lalu badannya bergerak turun sehingga vagina mereka saling bersentuhan. Grace menarik badannya ke belakang lalu menggesekkan vaginanya dengan vagina Cecil. Grace memejamkan mata ketika kenikmatan dunia menyerbu tubuhnya. Cecil mendesah sambil memegang paha Grace. Semakin lama semakin cepat Grace bergerak dan kedua vagina mereka sudah begitu basah. Cecil ikut menggerakkan pinggulnya dengan bergairah dan tidak lama mereka jatuh sambil menjerit penuh kenikmatan.
“David…,” desah Cecil.
“Siapa?”
“Hah?”
“Lu manggil siapa?”
Cecil menggeleng. Tanpa sadar dia memanggil nama David. Entah kenapa bayangan David muncul di benaknya tiba-tiba.
Besoknya, ketika Cecil jaga di rumah sakit, kepalanya kacau. Sejak semalam setelah ML dengan Grace, otaknya dipenuhi pikiran mesum soal David. Karenanya setiap kali David terlihat, Grace bergairah. Tapi dia terlalu malu untuk menunjukkannya.
Malam tiba dan Cecil harus jaga lebih panjang di rumah sakit. David belum pulang tetapi dia ada di ruangan lain. Tidak bisa berkonsentrasi kerja, Cecil mengirimkan pesan pada David untuk menemuinya di parkiran jam delapan malam. David tiba di sana dengan bingung.
“Sori,” kata Cecil.
“Kenapa?”
“Masuk mobil.”
David masuk mobil lalu Cecil memindahkan mobilnya dari parkiran ke tempat agak pojok di dekat pohon. Dia mematikan mesin lalu mencium David. “Gua enggak tahan.”
Cecil membuka kemejanya dan menunjukkan branya pada David. David bingung untuk sesaat tapi, ya, namanya laki-laki disodori tete, ya, langsung on. David memegang dada Cecil. Cecil mencium David. David ternyata lelaki yang berpengalaman karena tidak butuh satu detik, dia langsung bisa mengimbangi Cecil yang sedang overdosis libido.
David memegang pundak Cecil agar kepalanya tidak remuk di jendela karena Cecil menciumnya begitu penuh nafsu. Cecil memejamkan mata. Tangannya turun ke celana David dan membuka sleting celananya. David mempercepat prosesnya dengan membuka celananya sendiri. Dalam kesempitan mobil, David mesti pintar-pintar cari celah. Setelah berhasil, Cecil memegang penis David dan mengocoknya. David mengerang.
Cecil memasukkan lidahnya ke mulut David dan membiarkan laki-laki itu menikmati lidahnya. David membuka kemeja Cecil. Lalu tangannya melepas bra Cecil dengan mudah. Dia sudah pernah melakukan itu.
Cecil mundur ke kursi belakang. David mengikuti. Cecil melepas celananya sehingga dia benar-benar telanjang di dalam mobil, di parkiran umum rumah sakit. Bagaimana kalau ada yang lihat? Bodo amat. Memikirkannya membuat Cecil semakin bergairah. Penis David sudah tegang. Dia naik ke atas Cecil, mengarahkan penisnya ke vagina lalu dia dorong kuat-kuat.
Cecil mengerang ketika penis masuk ke dalam tubuhnya. David seperti sudah tahu di mana vaginanya dan masuk tanpa halangan. Ketika David mencabut penisnya lalu dimasukkan lagi, Cecil terbang ke awan. Ini kenikmatan yang berbeda lagi. Sudah terlalu lama dia menikmati gesekan vagina Grace dan gerakan jarinya, dia lupa bagaimana rasanya dimasuki penis yang ereksi maksimal.
Cecil memejamkan mata. Sambil terpejam, dia menaruh satu tangan David di dadanya untuk meremas. David mengikuti arahan Cecil. Pinggulnya tidak berhenti bergerak. Penisnya terus keluar masuk vagina Cecil yang sudah sangat sangat basah. Cecil meremas rambut David. Dia mendesah kuat-kuat. Tidak peduli ada yang dengar atau tidak. Ini enak sekali.
David tiba-tiba menegang, dia mencabut penisnya lalu menarik Cecil untuk bangun. Dia menembakkan sperma ke dada Cecil. Cecil menatap penis David yang tegang dan mengilap karena cairan vagina dan sperma. Lalu dia mengulumnya. David tidak siap. Sisa orgasmenya masih ada dan ketika penisnya dimasukkan ke mulut Cecil, ada sensasi yang luar biasa menjalar tubuhnya. Dia menjambak rambut Cecil dan membiarkannya melumat habis penis David.
Ketika penis David melemas, Cecil menatapnya dan memeluk David. “Lima menit. Tidur dulu.”
David diam dan membiarkan Cecil tidur.
—
Bersambung