Kisah Dokter Anak dan Ojol Part 12

Kisah Dokter Anak dan Ojol Part 12
Kita ke Cecil dulu sebelum lanjut kisah Gilang.
Setelah pertemuannya dengan Ben, geng mereka jadi bertiga. Si Ben ini orangnya cerewet kayak ibu-ibu. Suatu hari Ben memergoki Cecil dan Grace lagi cium-ciuman sambil bercanda di kontrakan mereka waktu masuk. Akhirnya Cecil dan Grace cerita soal hubungan mereka.
“Jijik,” adalah reaksi Ben pertama kali.
Cecil dan Grace tertawa.
“Enggak geli apa?”
“Enak malah, Ben. Cowok itu bau soalnya. Terus kalau tidur suka ngorok. Buluan. Beuh,” kata Cecil dan Grace mengamini.
“Tapi terus gimana caranya? Kan, kalian pada enggak punya titit.”
“Rahasia,” kata Grace.
Ben mulai memaklumi hubungan Cecil dan Grace. Dia juga mengerti kalau mereka bukan lesbian tapi hanya bersenang-senang. Ben juga tidak lama setelah itu punya pacar namanya Alina. Ben membocorkan soal hubungan Cecil dan Grace pada Alina karena Alina sempat cemburu kalau Ben main di kontrakan mereka. Setelah tahu, Alina jadi agak tenang walaupun agak risih.
Suatu hari setelah sesi esek-esek, Cecil dan Grace rebahan di kasur tanpa pakai baju. Kemudian Grace menoleh pada Cecil.
“Lu enggak kangen sama titit?”
Cecil meledak tertawa.
“Seriusan ini gua tanya.”
“Enggak juga, sih. Lu?”
“Kepingin nyoba. Sudah lama juga.”
“Terus mau gimana?”
“Beli dildo, yuk?”
“Di mana anjir nyari begituan?”
Grace mencetuskan ide dan Cecil menyetujui. Pada hari Jumat, Sabtu, dan Minggu, berangkatlah mereka ke Singapura. Saya dengarnya agak sebal sebetulnya. Cecil pergi ke Singapura kayak pergi ke kota sebelah. Tanpa pikir panjang dan pikir ongkos. Oke, next.
Di Singapura mereka menginap di hotel berbintang. Sengaja mereka pilih hotel yang biasa dipakai bulan madu. Mereka memesan kamar dengan jacuzzi yang airnya bisa berbuih. Sesampainya di hotel mereka menyempatkan diri untuk mandi berdua sebelum jalan-jalan. Tujuan mereka adalah toko peralatan seks.
Cecil dan Grace terkejut melihat begitu banyaknya peralatan seks yang dipajang. Grace yang awalnya cuma mau beli dildo jadinya tergoda beli yang lain. Setelah diskusi dengan Cecil, akhirnya mereka beli dua borgol dengan rantai panjang dan dildo yang menempel ke celana dalam kulit nan seksi. Mereka keluar dari toko itu sambil tertawa-tawa geli. Mereka sudah gila sepertinya.
Sampai ke hotel agak sore, makan dulu di restoran, bercanda, lalu naik ke kamar. Mereka mandi berdua untuk bersih-bersih.
Cecil dan Grace membongkar belanjaan mereka.
“Siapa yang mau diborgol dan siapa yang mau pakai dildo?” tanya Cecil.
“Lu yang pakai celana, deh. Gua mau disodok.”
“Deal.”
Waktu Cecil coba dan berkaca, dia terpingkal-pingkal. Konyol. Grace tertawa juga sampai batuk-batuk.
“Anjir mana bisa serius gua ngewe kalau tampilannya begini?” kata Cecil sambil cekikikan.
Mereka tertawa cukup lama dan setelahnya barulah mereka tarik napas dalam-dalam. “Yuk, serius, ah,” kata Grace.
Grace memakai borgol di tangannya. Cecil cekikikan lagi tapi tidak lama. Lalu mereka berciuman. Libido naik dan Grace rebahan. Cecil mengambil ujung borgol dan mengaitkannya di kepala ranjang. Melihat Grace diikat begitu membuat Cecil sangat, sangat terangsang.
“Grace…,” bisik Cecil.
“Apa?”
Cecil mencium Grace dengan kasar. Gigi mereka beradu, bibir tergigit, tapi rasa sakit itu menambah gairah Cecil.
“Cil… kalem…,” Grace memprotes tapi tidak lama. Karena tangannya diborgol, dia tidak berdaya ketika Cecil menciumi leher, turun ke payudara, menghabisi putingnya dengan bibir dan lidah, lalu dia turun ke perut. “Anjir… gantian… gua enggak mau diborgol.”
Terlambat.
Cecil membuka kaki Grace lebar-lebar. Grace melawan tapi Cecil lebih kuat. Cecil membuka mulut dan menjilat vagina Grace. Grace menjerit. Teknik Cecil sama tapi karena Grace diikat, nikmatnya jadi kali dua.
“Enggak mau, enggak mau, enggak mau…,” Grace menggeliat-geliat berusaha melepaskan borgolnya. Cecil tidak berhenti. Tangannya meremas payudara Grace dan membuat gadis itu makin gila.
Cecil bangun. Dia membalik tubuh Grace hingga tertelungkup. Diangkatnya pinggul Grace sehingga pantatnya menghadap Cecil. Vagina Grace sudah basah dan napasnya sudah tersengal-sengal. Cecil menempelkan dildo di selangkangannya ke vagina Grace. Grace mendesah. Cecil menggoda Grace dengan menggesek-gesekkan dildonya di vagina Grace.
“Masukin!”
Cecil masih menggoda.
“Masukin, Cil!”
Cecil masih menggoda.
“Masukin, please!”
Cecil masih menggoda.
“Cecil! Masu-.”
Cecil memasukkan dildonya dan Grace kehilangan suaranya. Punggungnya melengkung, kepala terangkat, mulut menganga, dan mata terpejam. Cecil mulai menggenjot. Setiap gerakan membuat bandul yang ada di dalam celana dildo itu menggesek vaginanya dan membuat Cecil juga ikut merasakan kenikmatan yang dirasakan Grace.
Tangan Cecil memegang panggul Grace dan dia menggenjot lebih cepat. Grace menarik borgol, mulutnya masih menganga keenakan, dan matanya terpejam. Suaranya putus-putus terdengar. Saat itulah, Cecil melihat lubang pantat Grace. Dia berpikir sejenak. Berpikir. Berpikir. Lalu dia cabut dildonya, diarahkan ke lubang pantat, dan dia sodok.
“ANJING!”
Grace ambruk ke kasur. Cecil membelalak panik.
“Anjing, Cil!”
“Sakit?”
“Sakit, Setaaan!”
“Sori! Kirain bakal enak.”
Grace meringis dan menangis. Cecil diam lama menunggu Grace bicara.
“Sakit….”
“Maaf.”
“Tapi, kok….”
“Apa?”
“Ada enaknya.”
“Serius?”
“Iya.”
“Mau lagi?”
“Tapi pelan-pelan.”
Cecil menurut. Grace memasang posisi doggy lagi. Cecil mulai bergerak mengarahkan dildonya. Lalu dengan perlahan dia memasukkan dildo itu ke lubang pantat Grace. Grace mendesis nyeri.
“Lanjut?”
“Pelan.”
Cecil mendorong pelan. Dildo mulai masuk. Grace mengerang kesakitan.
“Terus?”
“Berisik! Masukin aja!”
Cecil bergerak maju lagi. Sudah lebih dari setengah dildo masuk tapi tidak mau lebih jauh lagi. Cecil menarik dildonya lalu memasukkannya lagi.
“Anjing enak banget…,” Grace berbisik.
Cecil menganggap itu adalah tanda bahwa Grace sudah siap. Cecil mulai menggenjot.
“Ah! Ah! Ah!” Grace menjerit keras. Cecil tidak peduli. Dia menggenjot lebih keras dan bandul di dalam celananya menusuk lebih dalam. Dia pun mulai keenakan. Cecil bergerak makin cepat, makin keras, dan jeritan keduanya makin nyaring terdengar di kamar hotel.
“Cil! Cil! Lepasin borgolnya! Borgolnya!”
Cecil masih menggenjot!
“Cecil! Borgolnya!” Grace berteriak.
Cecil berhenti. Dia melepas borgol Grace dan Grace langsung mendorong Cecil ke kasur. Kedua tangan Grace meremas payudara Cecil begitu keras Cecil menjerit kesakitan. Lalu mereka berciuman. Tangan Cecil menjambak rambut Grace. Grace melepas borgolnya dan melemparnya jauh-jauh. Cecil mencopot celana dildonya dan mereka berpelukan. Bibir mereka beradu lagi, lidah saling serang. Mereka berguling dan jatuh dari kasur. Tidak pedul, mereka masih berciuman.
Grace menempelkan vaginanya ke vagina Cecil lalu dia menggerakkan pinggulnya. Cecil mengikuti. Nikmat. Seratus kali lebih nikmat dari biasanya.
“Terus! Terus, Sayang, terus!” jerit Grace.
Cecil meremas dada Grace.
“Anjing, Cecil! Fuck!” cairan muncrat dari vagina Grace dan dia megap-megap di lantai.
Cecil duduk dan menunggu Grace kembali normal. “Gua belum selesai.
Grace dengan lemas memeluk Cecil dan menciumnya. “Lemes gua. Maaf. Nanti lagi.”
Cecil balas memeluk Grace. “Ya, sudah.”
“Gua sayang sama lu, Cil.”
Cecil tersenyum. “Iya. Gua juga.”
Dan besoknya mereka pulang ke Indonesia.
Di sini kita kembali ke Gilang yang sudah berhasil menjebol ibu anak dan baru saja lulus kuliah.
Gilang di wisuda dengan senang hati. Dia didampingi ibu dan adiknya. Selepas upacara wisuda selesai, dia foto-foto di gedung wisuda dengan teman-temannya. Ada Ica di sana tentu saja. Selain itu ada Regina juga yang ikut menyelamatinya. Dia menyalami Gilang sambil memeluknya. Gilang sudah senang diberi pelukan. Tidak dapat paling tidak dipeluk juga tidak apa-apa.
Hari-hari Gilang berikutnya diisi dengan mengirimkan surat lamaran kerja. Sambil menunggu panggilan, dia tentu saja ML dengan Ica hampir setiap hari. Dia tidak ada kontak dengan Tante Yuli hingga pertengahan bulan kedua dia menganggur. Waktu itu Tante Yuli mengirimkan SMS pada Gilang menyuruhnya untuk pergi ke apartemen C. Dia datang dan Tante Yuli sudah menunggunya memakai lingerie hitam yang seksi. Mereka ML dan ketika Gilang pulang menuju rumah, dia dapat panggilan wawancara kerja di Ibukota. Dua hari berikutnya Gilang wawancara di Ibukota kemudian lolos. Dia akan bekerja pada hari Senin minggu depan.
Gilang pulang dengan berita baik bagi keluarganya. Dengan bangga, Gilang berkata pada ibunya, “Mah, terima kasih sudah besarkan Gilang, biayain Gilang sampai hari ini. Sekarang Gilang sudah dapat kerja, ijinkan Gilang buat biayain Mamah sama Adek.”
Ibunya nangis sesenggukan. Adeknya, mah, cengar cengir.
Sebelum berangkat ke Ibukota, ada beberapa hal yang harus diselesaikan. Yang pertama adalah Ica. Gilang sudah bosan dengan Ica. Maka dia putuskan Ica dengan memakai alasan Rita: Gilang tidak bisa LDR. Setelah berargumen alot, Ica setuju. Sebelum berpisah, tidak lupa Gilang ngewe dulu. Hal kedua adalah Tante Yuli. Tante Yuli senang Gilang dapat kerja. Gilang pura-pura sedih dapat kerja di Ibukota karena dia tidak bisa ketemu Tante Yuli lagi.
“Ya, sudah, nanti kalau pulang ke sini, telepon Tante. Nanti kita janjian,” kata Tante Yuli.
Oke. Kalau Gilang sudah bosan dengan Ica, dia tidak bosan dengan Tante Yuli. Main dengan Tante Yuli lebih enak dan dia tidak mau kehilangan itu.
Jadi pergilah Gilang ke Ibukota. Dia bekerja di sebuah perusahaan konsultan untuk perusahaan-perusahaan multinasional di Indonesia. Gilang bekerja sebagai Account Relation Officer dan tugasnya adalah mengurusi semua hal dari mulai mencari klien, maintaining klien, project manager, sampai ke billing. Perusahaan-perusahaan yang dia pegang banyak sekali dan pasti dikenal orang. Yang paling beken adalah perusahaan yang memegang hak merek dagang minuman pengganti ion tubuh.
Karena Gilang tugasnya rangkap sepuluh, selain kerjaan di belakang meja, dia juga sering ikut ke lapangan kalau ada event. Yang paling sering adalah dia ikut dalam syuting iklan untuk memastikan syuting berjalan sesuai kontrak dan lain sebagainya. Maka di situ dia banyak bertemu artis. Di antaranya, CK, CI, RS, TS, ACS, DS, anggota grup cewek-cewek Ibukota yang namanya berinisial AZ dan JV, dan masih banyak lagi.
Gilang berada dalam satu tim kecil yang langsung bertanggung jawab pada Direktur. Direktur ini yang memegang perusahaan Gilang karena Presdirnya tidak pernah ada di Indonesia. Kita sebut Direktur ini Wita, seorang perempuan beranak dua, bertubuh tinggi, montok, putih, dan berjilbab syari. Nanti saya kasih mulustrasi sensornya. Untuk sementara diingat dulu saja nama Wita.
Kemudian yang perlu diingat lagi adalah nama satu artis yang singkatannya JE. Dari sekian banyak artis, JE inilah yang paling memikat hati Gilang. Maka Gilang mulai mencoba-coba mendekatinya. Nanti kita bahas lebih lanjut.
Lalu ada lagi teman kerja Gilang yang namanya Sandra. Sandra ini perempuan keturunan Bali yang kulitnya putih luar biasa, langsing, tinggi, cantik, dan Islami sekali. Bajunya lebih syari ketimbang Bu Wita. Sandra ini kerja di bagian Finance and Accounting di kantor Gilang dan dia pun akan menjadi bagian kisah Gilang.
Ini adalah akhir dari bagian satu kisah Cecil dan Gilang. Bagian duanya menyusul agak lama karena saya agak sibuk. Tapi di bagian dua nanti adegan esek-eseknya mulai berkurang karena di sinilah prahara hidup (tsaaah) mulai melanda kedua tokoh utama kita ini. Semoga masih menarik untuk diikuti
—
Bersambung