Kisah Dokter Anak dan Ojol Part 11

Kisah Dokter Anak dan Ojol Part 11
Setelah menjebol Tante Yuli, Gilang girang luar biasa. Teori Rita betul bahwa tidak ada orang yang tidak bisa diajak ML. Asalkan tahu teknik dan situasinya, semua orang bisa dijebol. Gilang pulang dengan sumringah. Berhubung prioritasnya masih lulus cepat dan kerja, Gilang persiapan sidang dulu. Dia puasa ML dulu sampai hari sidang.
Sidangnya berlangsung lancar karena memang Gilang sudah matang. Keluar ruang sidang, dia menunggu hingga semua peserta sidang selesai dan dapat pengumuman nilai sidangnya. Nilainya memuaskan. Setelah sidang, teman-temannya menyambutnya dengan hangat. Di angkatannya, dia adalah kelompok pertama yang lulus. Di antara teman-temannya, ada Ica yang menyambutnya dengan peluk. Lalu Ica dan teman-teman Gilang makan-makan di tempat makan seafood KW dekat kampus. Sambil makan, iseng-iseng Gilang mengirim SMS ke Linda.
“Lin. Saya lulus, loh. Barusan sidang.”
“Oh, selamat.”
“Hadiahnya, dong.”
“Hadiah apa?”
“Kayak enggak tahu aja.”
“Ya, sudah. Sini ke rumah.”
“Nginap, ya?”
“Boleh.”
Lancaaaar.
Pulangnya Gilang mampir ke kosan Ica untuk jatah seksnya hari itu baru naik motor ke rumah.
Di rumah baru ada adiknya saja. Adik perempuannya senang mendengar berita Gilang lulus dan waktu magrib tiba, ibunya sampai di rumah. Ibunya sempat terharu mendengar Gilang lulus. Ibunya mengajak Gilang dan adiknya untuk makan di restoran tapi Gilang menolak. Kata Gilang mending uangnya disimpan untuk pendidikan adiknya soalnya adiknya baru masuk kuliah. Tapi karena ibunya keukeuh, mereka ambil jalan tengah dengan pesan sate dari warung dekat rumah untuk dimakan di rumah. Selepas isya, barulah Gilang pamit untuk pergi ke rumah Linda. Gilang tidak bilang begitu ke ibunya. Dia bilang mau nginap di rumah teman laki-lakinya.
Gilang sampai di rumah Linda sekitar setengah jam kemudian. Rumahnya lebih sepi dari biasanya. Rupanya Tante Yuli membawa beberapa pembantu untuk acara arisan ibu-ibu jaksa dan tinggallah Linda dan dua pembantu yang tersisa. Saya lupa sudah bilang atau belum, kalau belum saya bilang sekarang. Linda punya sebelas pembantu dan mereka tinggal di bangunan yang juga berbeda dari rumah utama. Mereka kayak punya kos-kosan di belakang rumah. Next.
Gilang disambut Linda dan mereka ngobrol sambil nonton TV di kamar Linda.
“S.Kom, dong, ya, sekarang?”
“Yoi. Kamu gimana?”
“Masih ngulang beberapa mata kuliah, nih. Kamu yang kecepatan kayaknya.”
“Pengin buru-buru kerja.”
“Adik kamu masih sekolah, sih, ya?”
“Iya.”
Mereka diam sebentar lalu Gilang nyengir lebar. “Hadiahnya mana, Lin?”
Linda lalu duduk tegak dan menghadap Gilang. “Mau tanya dulu. Kamu belum pernah, kan?”
“Belum.”
“Terus enggak apa-apa sama aku buat yang pertama kali?”
“Justru saya yang mau tanya. Kamu enggak apa-apa kalau begituan sama saya?”
“Memang kenapa?”
“Kan, cewek-cewek biasanya mau mempertahankan keperawanan.”
“Oh. Enggak, sih. Aku mikirnya biasa-biasa. Cuma… yakin kamu mau sama cewek kayak saya.”
“Memang kenapa, sih?”
“Aku gendut.”
“Enggak. Montok.”
Linda diam. “Oke. Tapi aku enggak ada pengalaman sama sekali.”
“Sama.”
Dan malam itu menjadi malam yang tidak terlupakan bagi Gilang. Alasannya dua. Yang pertama adalah dia bisa memerawani Linda.
Bersambung.
Bohong, deng.
Gilang dan Linda duduk di karpet. Di karpet Linda banyak bantal-bantal besar yang nyaman. Mereka sudah duduk berhadapan dan berdekatan. Rambut Linda panjang dan sedikit basah. Dia baru mandi sepertinya. Linda pakai kaus oblong yang longgar dan celana selutut. Kulitnya lumayan putih dan bersih. Memikirkan kalau mereka akan ML saat itu juga membuat Gilang deg degan dan si jenderal sudah setengah berdiri.
“Bawa pengaman enggak? Aku enggak mau kalau enggak aman.”
Gilang ingat kalau di tasnya ada sisa kondom bekas ML dengan Ica. Dia ambil dan menunjukkan pada Linda.
“Ih, kamu siap banget.”
“Ini hadiah lulus sidang dari teman.”
“Bohong.”
“Yeh, kalau persiapannya beli sekotak. Ini cuma sebungkus.”
Linda diam. Gilang juga diam.
“Mulai enggak?” tanya Gilang.
Linda mengangguk. Gilang mulai maju. Pertama dia pegang lengan Linda lalu menariknya dengan perlahan. Wajah mereka mendekat dan Linda menutup mata. Itu tandanya dia siap berciuman. Gilang menempelkan bibirnya. Linda menyambut dengan sigap. Mereka berciuman. Tangan Linda diletakkan di paha Gilang yang bersila. Kemudian Linda membuka mulutnya sedikit dan mengeluarkan lidahnya. Gilang melakukan hal yang sama. Tangan Linda bergerak ke pinggang Gilang dan Gilang memeluk Linda. Mereka kini bersandar ke tembok.
Bibir Linda lembut sekali. Napasnya juga enak. Pasti dia berkumur dengan mouthwash sebelum berciuman. Linda melingkarkan tangannya di pundak Gilang dan menariknya lebih dekat. Gilang menyentuh rambut Linda yang basah. Rambutnya juga wangi.
Gilang memberanikan diri menyentuh dada Linda. Dia remas dan merasakan kekenyalan yang belum pernah dia rasakan. Berbeda dengan Rita, Ica, apalagi Tante Yuli. Payudara Linda kenyal sekali. Gilang semakin terangsang.
Linda berhenti sejenak ketika dadanya diremas. Gilang mengira Linda akan protes tapi tidak ada kata-kata yang keluar. Dia cuma diam, menunduk dengan mata terpejam. Satu detik, dua detik, lalu Linda mencium Gilang lagi. Gilang meneruskan meremas dada Linda.
Gilang mencium pipi Linda, bergeser ke telinga, lalu turun ke leher. Linda mendesah. Kulit Linda wangi sabun, halus, dan lembut. Gilang meremas payudara Linda lebih keras dan sekarang dia pakai dua tangan.
Napas Linda mulai memburu. Gilang mengangkat kaus Linda dan Linda melepasnya dengan cepat. Branya berwarna biru dan dadanya bulat indah. Gilang membiarkan Linda melepaskan branya dan dia menelan ludah melihat payudara Linda. Ukurannya sama dengan Tante Yuli. bedanya, payudara Linda masih keras dan tampak tidak terjamah. Putingnya berwarna cokelat muda dan berdiri seperti mengundang Gilang untuk merasakannya. Tanpa menunggu lama, Gilang mencium puting Linda lalu menggigitnya lembut. Gilang memainkan puting Linda dengan bibir dan lidah.
Linda bergerak-gerak keenakan. Napasnya makin cepat dan dia mulai mendesah. Linda mengubah posisi duduknya menjadi berlutut agar badannya lebih tinggi dari Gilang supaya Gilang bisa lebih nyaman mengulum putingnya. Linda meremas rambut Gilang dan menekan kepalanya lebih dekat ke payudara.
Gilang membuka kausnya sendiri. Linda diam sebentar lalu menyentuh puting Gilang dengan jari. Kemudian mereka berciuman lagi. Gilang mendorong Linda agar jatuh terlentang. Gilang memelorotkan celana Linda. Lalu celana dalam Linda. Gilang menahan napasnya ketika melihat vagina Linda begitu bersih. Warnanya sama dengan warna perutnya. Kalau Ica, Rita, dan Tante Yuli, warna vagina mereka sedikit lebih gelap dari warna kulit lainnya, tapi Linda enggak. Bahkan Linda mencukur rambut kemaluannya. Gilang lalu mencium paha Linda yang membuat Linda bergetar. Lalu perlahan dia memberanikan diri mencium vagina Linda. Linda mengerang.
“Lang… Lang…. jangan dulu.”
Gilang cuek. Dia mencium vagina Linda, lalu memasukkan lidahnya. Badan Linda berubah tegang. Gilang berhenti sejenak. Itu kali pertamanya merasakan vagina dan dia tidak kecewa. Linda pasti sudah bersih-bersih sampai ke sana karena wanginya harum. Gilang meneruskan permainannya dan Linda mulai megap-megap.
Gilang bangkit. Dia mencopot celananya dan mengeluarkan penisnya yang sudah luar biasa tegang. Dia maju dan mendekatkan penisnya ke wajah Linda. Linda diam sejenak. Dia melihat penis Gilang dan memegangnya. Tangannya maju mundur perlahan lalu dia mencium penis Gilang. Setelah beberapa kali dicium, Linda membuka mulut dan memasukkan penis Gilang.
Ini pengalaman pertama Linda dan terasa amatirnya. Tidak enak bagi Gilang tapi melihat Linda yang menutup mata, kepalanya maju mundur dengan khidmat, membuat Gilang makin terangsang.
Gilang mengambil kondomnya. Dia buka dan pasang. Tapi terasa janggal. Rupanya terbalik. Dia ulangi dan mendekati Linda. Linda sudah siap. Kedua kakinya sudah terbuka. Gilang naik ke atasnya, mencium Linda, lalu menempelkan penisnya ke vagina Linda.
Beberapa kali percobaan, Gilang tidak menemukan lubang vagina. Linda membantunya dan akhirnya terasa bukaan yang hangat. Gilang mulai mendorong. Keras. Linda mendesah.
“Sakit?”
“Iya.”
“Mau sudahan?”
“Tanggung.”
Gilang cuma basa basi memang. Mana mau dia berhenti?
Gilang mendorong lagi. Masih keras. Linda mendesah makin kuat. Gilang mencoba lagi dan kepala penisnya masuk. Gilang berusaha lebih keras. Didorongnya lebih kuat dan setengah penisnya masuk. Linda membuka mulut dan berteriak tanpa suara. Tangannya mencengkeram punggung Gilang. Gilang maju lagi.
Sempit sekali. Beda banget dengan Rita dan Ica. Apalagi Tante Yuli yang langsung slup masuk. Linda sempit. Terasa sekali menjempit si jenderal yang lemah. Gilang menggenjot satu kali, dua kali, tiga kali, dan pada genjotan keempat, penisnya mulai menyerah. Sempit sekali dan terasa enak, terlalu enak malah, sehingga Gilang sudah harus selesai.
Tidak kuat menahan, Gilang crot di dalam.
Gilang mencabut si jenderal, duduk bersandar ke tembok dan melihat Linda yang berguling sambil memegang vaginanya. “Sakit banget.”
Gilang diam. Dia keringatan. Capek banget menjebol perawan, pikirnya. Ada noda darah di kondomnya.
“Kamu berdarah kayaknya.”
Linda mengangguk. “Pasti. Sakit banget.”
“Maaf.”
Linda menggelengkan kepalanya. “Enggak enak, ya, seks itu?”
Buat Gilang, sih, enak bukan kepalang.
“Sakit, ya, ternyata,” kata Gilang sok-sokan.
“Iya.”
Butuh beberapa menit bagi Linda untuk menghilangkan sakitnya. Setelah kembali normal, Linda bilang kalau dia tidak mau lagi ML. Kecuali nanti kalau sama pacar yang dia suka sekali. Gilang mengiyakan. Sudah jebol, ya, dia sudah tidak butuh lagi, pikir Gilang.
Pukul sembilan kurang, Tante Yuli pulang. Karena sudah kemalaman, seperti biasa, Gilang menginap di ruang tengah rumah utama. Jam sebelas malam, Tante Yuli keluar dari kamar. Gilang memang belum tidur. Dia memang menunggu Tante Yuli keluar.
“Belum tidur?” tanya Tante Yuli.
“Baru saja saya mau SMS Tante.”
“SMS apa?”
“Enggak jadi. Takut lancang.”
“Apa memangnya?”
“Mau lagi Tante.”
Tante Yuli tersenyum. “Sini.”
Gilang masuk ke kamar Tante Yuli.
“Lang. Ini yang terakhir, ya. Nanti lagi kalau mau kita jangan di sini. Tante ada apartemen di daerah C. Kita ketemu di sana saja. Takut ketahuan Linda. Nanti Tante siapin kondom.”
Gilang setuju.
Tante Yuli mencium Gilang dan membuka bajunya. Beda dengan Linda yang slow motion, Tante Yuli langsung tancap gas. Keduanya langsung telanjang dan Tante Yuli naik ke atas Gilang. Penis Gilang masuk tanpa halangan dan Tante Yuli mulai naik turun. Daya tahan Gilang meningkat ketimbang dengan Linda. Habis Tante Yuli di atas, Gilang yang di atas, terus Gilang mencoba doggy style. Terus terakhir si jenderal dikocok Tante Yuli sampai crot di dada. Itu adalah alasan kedua kenapa Gilang tidak bisa melupakan malam itu.
Gilang baru saja ML dengan ibu dan anak.
—
Bersambung