Kehidupan Di Jakarta Part 43-44

0
1476

Part 43 & Part 44 – Kehidupan Di Jakarta

“Vin, ayo, dong jangan malu-malu” Kata tante CaN, yang hanya menggunakan pakaian dalamnya, dam sedang merangkak diatas gw.

“Tuh, tan, pasti, deh” jawab gw. Gw nggak semangat, Kalo sama dia, ini.

“Kamu, mau tante laporin?” Ancam dia. Tuhkan, mainnya ngancem, sih.

“Ya, elah, tan. Jangan ngancem, kenapa” kata gw.

“Abisnya, kamu gitu. Aku, kan, kangen sama kamu!”

Aduhh, gila! Serem, serem!

“Kan, tante udah punya suami” gw harus tetap usaha keluar dari lubang buaya ini. Semangat!

“Ah, suami, kan, cuma di depan umum. Hati tante, cuma punya kamu!” Sambil dia menahan tangan gw.

Aduhhhhhhhh, emak! Tolonglah anakmu, ini! Aanakmu, di sandera tante-tante ganass.

“Wadauuuu!” Dia menggenggam kencang penis gw. Apalagi, kena kukunya.

“Kamu harus turuti tante! Kalau nggak, tante bakal selalu hadir dalam hidup kamu!” Tuhkan. Gimana nggak serem coba.

“Tante mau apa?” Tanya gw.

“Tante cuma mau melepas rindu” Jawab dia.

“Tapi ini terakhir, tan. Jangan ada lagi”

“Tante nggak mau janji. Tapi akan tante usahakan” jawab dia.

Gimana, ya???? Ntar, dia nyepong gw, terus Gege kecil digigit sampe putus lagi.

“Oke. Tapi, aku yang atur semuanya” kata gw. Setidaknya, gw sudah mencoba melawan, dan sudah memberi penjagaan.

“Terserah kamu”

Demi kebebasan!

Gw mencium bibirnya.
Gw berusaha untuk, tidak menbangkitkan memori gw. Supaya nggak ada CLBK.

Dan, gantinya, gw Menghayal, kalau gw sudah berkeluarga dengan Monique. Dan ini, adalah persyaratan, menuju keluarga bahagia dengan Monique.

“Ah, elo, mah, setiap saat juga menghayalnya begitu” kata suara Sakti.

“Ya, makanya, gw ngomong gitu. Weeeeeeee”

Gw, mencopot kaitan branya, sambil tetap berciuman.
Lalu gw turun kelehernya. Kebetulan lehernya adalah titik lemahnya. Jadi gw berharap bisa cepat selesai.

“Yesss, Vin! I love you so much!” Kata tante CaN, saat tangan gw, ikut memainkan payudaranya.

Lalu dia mencopot baju gw. Sementara celana dan CD gw, udah di copot dari tadi, sama dia.

Gw melanjutkan ciuman gw di lehernya. Tapi tangan gw pindah ke dalam CDnya. Gw rasakan, klitorisnya sedikit mengeras. Dan gw nggak mau melewatkan hal tersebut.

Gw mainkan klitorisnya, dengan sesekali memencetnya dengan lembut.

“ha,ahhhh!” Teriak dia. Gw berharap, ini bisa cepet beres.

“Vin, aku udah nggak tahan, masukin!” Kata dia.

“Bentar, tan. Santai” Aduhhhh, ngomong apa gw.

Lalu gw turun, ke toketnya. Gw hisap toketnya secara perlahan. Dan gw rasakan CDnya tante CaN, semakin basah.

“Plisss Vin, aku nggak kuat” Yesss, ini dia yang gw cari.

Lalu gw mencopot celana dalamnya. Ternyata ada perubahan di vaginanya. Sekarang bulunya lebih rapih, ketimbang dulu.

Lalu, kita berada dalam posisi MOT.
“Ku, masukin, ya, tan”

“Iya, Vin” Dan……

‘Plung!’

Ada yang berbeda, rasanya. Apa jangan-jangan, gw salah masuk.
Coba gw cek. Bener, kok. Ah, bodo, lah.

Lalu gw menggerakkan badan gw.
Sampai beberapa lama, gw pengen ganti posisi.

“Tan, ganti posisi, ya”

“Jangan, Vin! Aku pengen lihat wajah kamu terus. Pliss, jangan” jawab dia.

Seserem-seremnya dia, kalau dia sudah ngomong pliss, gw nggak bisa nolak. Karena wajah paling inocentnya, pasti muncul. Dan itu bukan buatan dia. Bisa dibilang, natural.

Gimana, gw nggak jatuh cinta, dulu.

Okelah, begini saja.

Ah, shitttt! Kondom!

Kalo, dia belendung, mampus gw.

“Tan, aku harus pake kondom”

“Aku lagi nggak subur, Vin” Mana percaya gw. Entar, dia ngejebak gw lagi.

“Tante nggak bohong kan?”

“Aku, memang terobsesi sama kamu, tapi kapan aku pernah bohong sama kamu?” Jawab tante.

Iya, sih. Kalau dipikir-pikir, tante CaN, nggak pernah bohong ke gw. Dia selalu berkata jujur. Mungkin ada hal yang dia tutupi, tapi dia selalu meberi tahu alasannya.

“Emang, tahu dari mana, lo, bro, dia jujur apa nggak?” Tanya suara Sakti.
Darimana, ya??????

“Ah, tau, dah, men. Biar masa depan gw, Tuhan yang ngatur”

“Vin, aku jujur Vin. Tolong percaya sama aku” pinta tante CaN.
Okelah, kalau begitu.

Dan hilanglah, keragu-raguan, dalam diri gw.

Hingga tibalah saatnya, dimana Gunung berapi, mau meletus.

“Tan, Gavin mau keluar!”

“Iya, Vin”

‘Crotttttt’
Gw menumpahkan, isi penis gw. Dan kita berdua istirahat.

Waktu udah agak malam, gw ijin untuk pulang.

“Tan, aku balik, ya”

“Kamu, nggak mau nemenin, aku?”

“Aku ada yang nungguin, tan”

“Oke, deh” Ada kekecewaan di wajahnya.

“Tapi makasih, ya, Vin. Sesuai janji, aku akan berusaha lupakan kamu”

“Iya. Bye-bye, cantik”
Wah, cari masalah gw.

“Bye, juga ganteng” jawab dia dengan happynya.

[table id=Lgcash88 /]

Ketika gw di lobby apartemennya, ternyata mama Wulan, udah nungguin gw. Mampus gw.

“Eh, ada mama. Wih, mama makin cantik, ya” mudah-mudahan, emak gw luluh.

“Vin.. Vin, baru kamu janji sama mama. Udah ngelanggar aja”

“Hehe, mama tahu aja. Ya Abisnya, kayak nggak tahu tante CaN, aja, nih. Ini, tangan Gavin ampe berdarah”

“Lagian kamu, mau nganterin dia pulang. Salah sendiri” kata mama.

“Orang udah di tek duluan, mam. Mama juga, nggak ngelarang Gavin”
Jawab gw.

“Lah, jadi mama yang disalahin. Udah-udah, nggak papah. Mama tahu, kok. Sebenarnya mama ngerti, tujuan tante kamu minta dianterin pulang” kata mama.

“Terus kenapa nggak di cegat?” Tanya gw.

“Ya buat, hadiah aja, ke tante kamu”

Eh, buset. Anaknya sendiri dijadiin hadiah buat tante-tante ganas.

“Kok, tega, sih, mam”

“Ya, maklumlah. Tante kamu, kan nggak bahagia. Cuma berapa orang yang bisa bikin dia Happy. Gara-gara kamu, tuh” jawab mama.

“Lah, kok, Gavin?? Orang tadi ampe kebabaslan, mam. Gimana, tuh?”
Kata gw. Masa gw disuruh tanggun jawab.

“Dia nggak mungkin hamil, Vin. Sebenarnya, rahim dia udah diangkat. Waktu lahirkan anak keduanya, dia pendarahan banyak banget. Makanya, udah dia sedih bertahun-tahun, gara-gara kamu, eh, ada lagi. Lagian, sekalian hadiah ulang tahunya” oh, pantesan ada rasa yang berbeda.
Gw jadi merasa bersalah. Ngomong-ngomong, anaknya, bukan anak gw, kan?

“Oh, gitu, mam. Udalah, mam. Jangan di omongin. Mending pulang aja, yuk. Apa mama mau mampir kekost an Gavin?”

“Boleh!” Jawab emak gw.

“Mama, bawa mobil?” Tanya gw.

“Nggak, tadi dianterin tante Berlian. Berangkatnya, sama supir tadi. Kamu?”

“Ada mobil, kok, mam” jawab gw.

“Mobil, siapa?”

“Punya tante Berlian. Gavin, nyicil mobil dia. Di kasih setengah harga.
Kapan lagi, ma, dapet mobil mewah setengah harga”

“Terserah kamu, dah”

Lalu kita berangkat menuju kostsan gw.

“Oh, ini kostsan kamu. Pinter juga kamu milih kostsan” kata nyokap gw, ketika dia turun dari mobil.

“Hehe, dapetnya juga kebetulan, ma, ayo, masuk, ma” ajak gw.

Kok sepi, ya??? Pada kemana ini???

“Eh, Gege. Gw pikir siapa” kata Monique, yang lagi duduk di ruang makan.

“Yang lain pada kemana, Mon?”

“Nggak tahu. Pada jalan, kayaknya”

“Eh, iya kenalin, ini nyokap gw” kata gw.

“Halo tante, saya Monique” kata Monique, sambil bangkit dari bangku.

“Oh, halo, nama tante, Wulan. Mamanya Gavin. Gavin nggak nakal,kan?” Aduh, emak gw ini.

“Nggak, kok, tan. Cuma emang kadang dia harus diperingatkan. Ayo duduk, tan” ajak Monique.

“Si Cat-cat, mana, Mon?” Tanya gw.

“Lagi tidur. Abis minum obat” jawab Monique.

Lalu meraka berdua asik ngobrol. Dan gw udah nggak dianggap.
Gw jadi kayak patung. Kayaknya meraka menemukan kecocokan.
Dua wanita paling gw takuti di dunia ini, cocok satu sama lain.

KELAR HIDUP, GW!

“Eh, tante sama Gege, udah makan belum?” Nahh, pertanyaan yang gw tunggu-tunggu. Hari ini perut gw baru di isi, si Peter, doang.

“Gw, sih, belum, Mon. Mama udah makan, belum?” Tanya gw

“Belum. Emang, mau beli?”

“Hohoho, jangan salah, kita punya chef hebat disini” kata gw.

“Siapa?”

“Ya, yang dari tadi ngomong sama, mama. Ampe, Gavin dikacanagin”

“Oh, kamu bisa masak. Boleh, kalau gitu” kata emak gw.

“Oke tenang, tan” jawab Monique, dengan eskpresi, kurang ikhlas.

“Ge, sini bentar, Ge!” Kata Monique.

“Kenapa, Mon?” Tanya gw.

“Sebenernya, gw mau nyuruh lo beli makan. Bukannya masak”
Upss, My bad.

“Yah, maap atuh, non. Aa, nggak tahu. Terus gimana, dong?” Tanya gw. Padahal gw udah mau pamer kehebatannya Monique. Gagal, deh.

“Ya, demi elo dan demi meluluhkan hati nyokap lo, gw rela, deh, masak buat kalian” jawab dia.

Heee????? Meluluhkan hati nyokap gw???? Demi gw juga, lagi.

“Lo, tapi udah makan belum, Mon?” Tanya gw.

“Sebenarnya tadi sore udah makan. Tapi biar afdol, gw sekalian” jawab dia.

“Mau gw bantu?” Tanya gw.

“Nggak usah. Entar Kalo nggak enak, malu gw sama nyokap, lo”

Beuhhh. Kalo ngomong, jangan jujur-jujur banget, napa. Sakit, tahu. Boong-boong dikit, nggak papah.

Lalu Monique, mualai memasak.

“Vin, kok, kamu nggak ngomong, kamu kostsannya campur?”
Wahh, emak gw, memulai penyelidikannya.

“Nggak ngomong, ya? Hehehe. Pikir Gavin udah ngomong”

“Awas, ya, kalau ada berita nggak bagus, nyampe ke telinga mama!”

Tenang, mam. Beritanya, nggak akan nyampe di telinga mama. Gw pastikan beritanya berhenti.

Nggak lama, makanan selesai.
Selamat makan!

“Masakan kamu, enak juga, Mon” kata mama gw.
Yesssss! Gw berhasil pamer.

“Makasih, tan”

Hingga tiba saatnya, nyokap gw mau balik. Supirnya udah nunggu di depan. Gw dan Monique, akan mengantar dia sampe gerbang.

“Buset, mam, itu mobil emak?” Gw melihat, sebuah sedan mewah bermerek Jaguar, lagi terparkir di depan kostsan gw.

“Iya, Vin. Kenapa?”

Et, dahhhh. Emak gw jadi tajir banget. Emang dia nikah sama, sapa? Pejabet, kali, ya? Apa, CEO?

“Udah, ya. Eh, Vin, sini bentar!” Kata emak gw. Lalu gw ditarik sama emak gw, sedikit manjauh dari Monique.

“Kenapa, mam?”

“Si Monique, itu kerja?” Tanya dia.

“Iya”

“Baik, sama kamu?”

“Baik. Lebih dari baik, malah. Kenapa?” Kenapa nih, emak gw.

“Perhatian, nggak?”
Waduh. Kayaknya dia ke semua orang perhatian.

“Nggak cuma ke Gavin doang, sih. Tapi Kalo Gavin sakit, dia yang ngerawat Gavin” kenapa sih, kok jadi kepo, gitu.

“Oh, oke Kalo gitu. Jangan yang aneh-aneh, ya. Kalau sampai si Monique kenapa-napa, kamu urusannya sama mama! Inget dia itu bibit, bebet, bobotnya, udah pas. Jangan bikin mama marah!”
Whattttttt!

Ini berita bagus atau buruk??

“Iya, mam. Tenang, aja. Gavin juga nggak berani macem-macem”

“Oke, deh. ‘Muach’” kata emak gw, sambil mencium kening gw.

“Monique, tante balik, ya. Kalo si Gavin bandel, hukum, aja” kata mama Wulan.

“Iya, tan. Monique bakal awasin si Gavin, biar nggak nakal” jawab dia.

Uwaah. Biasanya mertua dan menantu nggak bisa akrab.
Ini, dipatahkan semua hal tersebut. Padahal masih calon. Malah, pacaran, juga belum. Gimana nanti. Jadi takut sendiri gw.

“Ya udah, bye”

“Hati-hati ya, mam”

“Bye, tan”

Lalu emak gw pergi, dengan mobil mewahnya.

Dan sebelum gw dan Monique masuk, ada sebuah mobil yang berhenti di depan kostsan.

Lalu keluar seorang laki-laki botak, menuju pintu mobil, bagian satunya, untuk membukakan pintu.

Dan keluarlah…..
Tere.

FUCK!
What the hell!

“Makasih ya, Rob. Untung ada elo. Gw jadi bisa pulang” kata Tere.

“Iya sama-sama Ter. Demi elo apa sih, yang nggak. Gw balik, ya” jawab laki-laki, anjing itu.
Tangan gw langsung dicubit Monique.

“Bye, bye” jawab Tere.

Lalu laki-laki sialan, bangke, anjing, tai, bangsat itu pergi.

Dan….

‘Kretek!’

“AKKKHHHHHHHHHHHHHH!”
Kaki gw diinjak sekencang-kencangnya oleh Tere.

“Gege jahat! Bilangnya mau jemput lagi. Di tungguin, nggak dateng. Di telpon, nggak diangkat” kata Tere, sambil mengembugkan pipinya.

Uwah, marah aja masih lucu.

Mampus gw, gw lupa, tentang tuan putri.

“Sorry, Ter, soalnya ada tamu penting” jawab gw.

“Ah, Gege jahat!” Lalu di masuk kedalam.

“Gavin Tedjakoesoema, ikut gw, sekarang!”
Aduh, ibu kost, bisa ngamuk.

“Berdiri disini!” Perintah Monique.
Gw disuruh berdiri dipinggir kolam renang.

“Kenapa, lo bisa lupa jemput Tere?” Tanya dia.

Aduh banyak sebabnya. Gw pilih
yang masuk akal aja, deh.

“Ya, Abisnya gw abis ketemu nyokap gw. Udah lama gw nggak ketemuan sama dia” alasan gw, yang paling bisa diterima. Masa gw mau ngomong, gara-gara gw ngentot sama tante CaN. Bisa dimutilasi gw.

“Oke kalau itu alasan, lo. Gw yang ngomong ke si Tere. Tapi elo belum bebas, karena elo nggak ngabarin ke Tere. Sekarang, angkat kaki, lo. Terus jewer kedua telinga, lo!” Perintah Monique.

“Sampe kapan?”

“Sampe gw bilang cukup!” Lalu dia pergi.

“Lah, gw ditinggalin. Ah, parah. Pecahkan saja gelasnya. Sakti! Sakti! Helep atuh”

“Bodo ah. Hehehe”

“Ah, elo mah, gitu. Nggak temen, ya”

“Terserah. Hehehe”

“Ah, elo. Lagian inikan salah, lo, juga”

“Lah, kok salah, gw?”

“Pas di part 42, elo, kan minta diceritakan masalalu gw. Cerita masa lalu aja butuh satu part sendiri. Kalo gw nggak ceritain, pasti gw inget, buat jemput Tere”

“Cari alasan aja, lo, bro”

[table id=iklanlapak /]

Gw baru tidur sekitar jam satu. Karena gw di hukum Monique.
Ah, gara-gara tante CaN, jadi lupa gw sama Tere.

“Udah, minta maaf belum?” Tanya Monique, pas gw lagi di ruang makan.

“Mana anaknya?” Tanya gw.

“Tuh, anaknya baru keluar kamar” jawab dia.

Lalu gw samperin si Tere.
“Ter, Sorry, ya gw nggak ngejemput elo” kata gw.

“Justru gw yang Sorry Ge, gw nggak tahu lo lagi sama nyokap, lo” jawab dia. Ternyata si Monique sudah cerita.

“Ya, tapi, gw salah juga nggak ngabarin, elo. Jadinya gantung, deh”

“ya udah, nggak papah. Lupakan saja” kata dia.

Oke gw bisa melupakan masalah ini. Tapi gw tidak bisa melupakan wajah laki-laki botak mesum itu. Gw harus buat dia menderita. Lihat Saja kau mahluk astral, engkau akan mati ditanganku!

“SPADA!” Hii? Sapa? Ada suara dari garasi.

“Masuk!” Kata Monique.

“Oh, elo, Ti. Gw pikir sapa. Nggak tahunya, makhluk terkutuk” kata gw ketika si Sakti dateng ke kost. Tumben.

“Iya, nih. Pengen lihat gymnya. Ada yang kurang, apa nggak” jawab dia.

“Oh, sip, dah, bro” jawab gw. Lalu dia menuju ruang gym.

“Emang lo kenal, si Sakti, udah berapa lama?” Tanya Tere.

“Udah, berapa lama, ya?? Gw juga nggak tahu. Tiba-tiba temenan, aja”
Jawab gw.

“Pertemanan yang aneh” celetuk Monique.

“Eh, lagi pada ngumpul” si Boni baru turun dari kamarnya.

“Ngobrol aja, bro” jawab gw.

“Oh”

“Eh, ada mas Boni!” Kata Sakti.

“Eh, ada abang Sakti. Udah lama bang?”

“Nggak baru bentar. Eh lo berdua sini, deh” kata Sakti, sambil ngomong ke gw dan Boni. Jangan-jangan sewa kost mau naik!

Lalu kita menuju ruang TV.

“Kenapa, bro?” Tanya gw

“Gw pengen curhat” jawab Sakti.

“Kenapa bang?” Tanya Boni.

“Pacar gw hamil. Terus minta tanggung jawab”

Uwahhhh, masalah besar. Parah ini.
“Terus” kata gw.

“Gw sih seneng-seneng, aja”
Lah, nggak salah??

“Terus, kenapa?” Tanya Boni.

“Jadi, gini. Gw sama pacar gw LDRan. Dan udah 7 bulan gw nggak ketemu dia. Nah, kandungannya dia udah 1,5 bulan. Dan seingat gw, gw baru ngesex dengan dia cuma sekali. Waktu pertama gw baru jadian sama gw” jelas dia.

Wah,wah. Nggak bisa didiamkan ini. Juragan kost harus ditolong.
“Ayo kita cari orangnya, bro!” Kata gw.

“Iya, bang. Kita hantam, tuh, orang” Tambah Boni.

“Hah, apaan? Orang gw cuma mau tanya kok. Kok, bisa, ya dia hamil? Apa gw bisa sex nirkabel, ya?”

Uwahhhhhh. Bunuh, gw aja.

Halaman Utama : Kehidupan Di Jakarta

BERSAMBUNG – Kehidupan Di Jakarta Part 43-44 | Kehidupan Di Jakarta Part 43-44 – BERSAMBUNG

Selanjutnya ( Part 41-42 ) | ( Part 45-46 ) Selanjutnya