Kehidupan Di Jakarta Part 25-26

0
907

Part 25 & Part 26 – Kehidupan Di Jakarta

Ah, parah. Jalan macet banget!
Bisa mati gw.
Gw, abis nyuci mobil. Setelah tadi abis belanja sama Monique. Karena mau pergi ke nikahan, gw memutuskan mencuci mobil, supaya mobil enak dipandang. Dan si Monique, udah gw drop, di kostsan.

Sekarang jalan macet banget.
Mobil, sih udah beres, dan gw dalam perjalanan pulang. Tapi sekarang setengah enam. Sementara kita janji, jalan jam tujuh kurang.
Orang-orang lagi pada keluar, dari kandangnya.
Yang paling parah, saat ini, air yang menguap, jatuh dengan derasnya.

Iya, sekarang hujan deras.
Ini mobil, kan, baru gw cuci!
Baru kemarin gw menang lawan Jakarta.
Sekarang, dia langsung ngasih perlawanan. Ngelawannya, dengan cara yang bikin orang kesel, lagi. Anjritttttt.
Mana gw, belum mandi.
Wahhh, mati gw.

“Bro, Kalo lo nggak nyari jalan lain, lo bakal terlambat” suara sang Komisaris Sakti, menyambut kebingungan hambanya.

“Gw takut kesasar bro”

“Ya udah. Lo, ikutin mobil Inova warna abu-abu. Percaya itu akan membantu, lo”

Hee???? Ngikutin??? Kalo gw nyasar, gimana?????
Ah, tapi coba dulu, lah.
Dari pada, gw setak disini.

Wow, it’s magic!
Diluar dugaan, mobil itu membawa gw ke, terminal deket kostsan.
Ajaib, dalam waktu sebentar lagi.
Hebat!

“Tuanku, Adipati Sakti. Maafkan hamba, meragukan kesaktianmu. Hamba akan menuruti mu, dalam hal, kesasar”

Akhirnya, gw sampai di kostsan.
Si Monique, kayaknya lagi siap-siap.
Gw harus buru-buru.
Gw mandi secepat kilat.
Yang penting kena air.

Gw memutuskan, untuk memakai kemeja merah dengan jas dan celana hitam, Tanpa dasi. Karena terburu-buru, gw males, make dasi.
Gw kira cukup, lah. Dengan sepatu nikahan, kesayangan, gw. PAS!

Lalu gw turun, ke ruang makan. Ternyata Monique, masih belum beres. Nggak apalah. Lebih baik gw nunggu, dibanding si ibu kost yang nunggu.

“Jantan juga lo, bro” kata Adipati Sakti.

“Iyalah, dia udah lihat punya gw. Harus jantan, dong” jawab gw.

“Liat apa, Ge?” Tiba-tiba suara Monique, keluar.

‘Yang baju merah
Jangan sampai lolos’

Hamina-hamina-hamina-hamina.
Si Monique, cakep banget!
Dia pake long dress merah, dengan bahu sebelah.
Udah gitu, dandanannya, nggak Menor lagi.
Emang istri idaman.

“Et dah, Mon, lo cantik banget. Nggak nyesel, deh, gw” kata gw.

“Emang, tadinya nyesel? Lagian ampe segitunya, ya?” Kata Monique.

“Sumpah, Mon, ni gw ampe deg-deggan” seriusan, gw deg-deggan. Tanya aja si Sakti.

“Hihihi, makasih, ya. Lo, nggak pake dasi? Pake, gih, biar rapi”
Yah, pake dasi juga.

“Ya udah, gw ambil dulu”

Lalu gw memakai dasi gw dikamar.
Setelah selesai, gw balik lagi ke Monique.

“Let’s go” ajak gw.

“Ntar dulu, lo pake dasi, nggak rapih. Buru-buru, sih. Sini, gw benerin” Dia lalu membenarkan dasi gw.
Kapan lagi, gw bisa kayak, gini.

“Mon, sumpah, Mon, lo cantik” Kata gw, sambil dia membenarkan dasi gw.

“Udah, ah. Gw malu tau”

“Tuh, apa lagi, lo malu. Nambah cantiknya”

“Ge, udah!”

“Iya, bunda”

“Cie-Cie, yang sama-sama merah. So sweet banget. Mau kenikahan apa mau nikah?” Kata Nia, si biang gosip.

Bisa, masalah ini. Lo muncul disaat yang tidak tepat.

“Nia, lo jangan, aneh-aneh, deh”
Noh, dengerin kata si Monique.

“Ya, elah, Mon, gitu doang aja. Udah gih, jalan. Entar telat, loh” Nah, Mon, dengerin juga kata Nia.

“Iya, Mon. yuk, jalan. Berangkat ya, Ni” kata gw.

“Ya udah. Bye Ni” pamit Monique.

“Hati-hati di jalan, ya”

Di perjalanan, gw cuma bisa menggerutu.
Karena gw melewati jalan yang tadi,
Macet parah.
Tapi bukan karena macet.
Justru kebalikannya.
Lancar Jaya.
Brengsek, nggak tuh.

Jakarta mempermainkan gw, dua kali.
(/Jakarta dilawan\)

[table id=Ads4D /]

Sampailah kita disebuah hotel mewah, tempat kawinannya.
Dan ketika masuk, pantesan si Monique cantik dan mewah, ini kawinan orang tajir!

Isinya orang kaya semua.
Untung, gw sama Monique, jadi gw terselamatkan.

“Mon, ini nikahan sapa, sih? Isinya, bikin minder semua” tanya gw.

“Ini nikahan, temen gw waktu kuliah. Keluarganya orang penting semua. Jadi maklumlah”

Selama di nikahan, si Monique jadi pusat perhatian, mengalahkan sang mempelai.

Dan semua orang bertanya, kapan nyusul.
Lumayan, gw dikira pacarnya, untuk membuat gw geer.

Sampai tibalah, saatnya dance.
Baru sekali gw nikahan, ada acara narinya.
Gw kebiasaan, ke nikahan yang nyawer biduan, sih,
bukan dansa. Sekalinya nari, nari koplo.
(Wah, gw kampungan juga, ya. Tapi, kan, asik)

“Hai, mau dansa sama gw, nggak” tanya seorang lelaki, yang tiba-tiba, nyemperin Monique.
Lah, bujuk, dah. Gw ada disini, JING!
Gw emang bukan pacarnya, tapi hormatilah gw.
Apa lagi, seorang perempuan datang bersama lelaki.
Mestinya lo ijin sama lakinya, kampret!
Gw sunat abis, lo!

“Ah, nggak, saya nggak bisa dansa” Jawab Monique dengan lembut.

“Oh, oke” jawab laki-laki itu, terus pergi.
Sukurin lo! Lagian main sikat aja.
Orang ada cowok gadungannya disini.

“Lo, nggak bisa dansa, Mon?” Tanya gw.

“Bisa, cuma gw males aja, sama cowok kepedean”

“Kalo sama gw, mau, nggak?” Tanya gw, sambil memainkan alis gw.

“Hehe, Ge.. Ge.., siapa juga yang nggak, mau. Yuk”
Hiiiii??? Jawaban yang aneh, membuat tingkat kegeeran gw bertambah.

Lalu kita berdansa, di lagu tempo sedang.
“Ntar, Kalo cowok tadi ngeliat, gimana?” Tanya gw, sambil berdansa.

“Ah, bodo amet. Bukan urusan, gw. Lagian jadi cowok pede banget. Udah ah, fokus ke gw aja!” jawab Monique.

Busettt, hati gw berbunga-bunga coiii.
“Ehemm, Menang banyak lo, bro” Kata Suara Sakti.

“Iya, men”

“Gw, ganti lagu, mau nggak?” Tawar si Suara Sakti.

“Boleh. Tapi yang romantis, ya”

“SIP!”

Lalu, lagu berubah, lebih pelan.

‘Wise men say
Only fools rush in
But I can’t help falling in love with you
Shall I stay?
Would it be a sin
If I can’t help falling in love with you?

Like a river flows
Surely to the sea
Darling, so it goes
Some things are meant to be
Take my hand,
Take my whole life, too
For I can’t help falling in love with you

Like a river flows
Surely to the sea
Darling, so it goes
Some things are meant to be
Take my hand,
Take my whole life, too
For I can’t help falling in love with you
For I can’t help falling in love with you’

“Monique, lo, cantik banget, sih” Cuma itu yang keluar dari mulut gw.
Gw berhutang banyak sama, suara Sakti.

“Sama, lo juga, ganteng”
Kata dia pelan.

Wahhhhhhhhhhhhhhh, Saktiiiii, telepon ambulance!
Gw mau pingsaannnnnnnn!

[table id=AdsKaisar /]

Setelah semalaman hati gw berbunga-bunga, hari ini gw fokus, untuk mempersiapkan, operasi perlindungan Tere.

Karena itu gw akan rapat, dengan para tetua Gege. Untuk membantu gw.

Sebelum rapat, gw mau sarapan dulu, pakai Mie instan.
Supaya, gw bisa berpikir dengan tenang.
(MSG itu penting. Untuk berpikir kearah yang salah)

Ketika di ruang makan, ternyata ada Tere, lagi di taman.
Ruang makan dan dapur memang terbuka. Jadi udara pagi masuk.
Si Tere, lagi bermain dengan Barton.
Heee??? Barton. Bahaya ini!

“Hai, kucing. Kamu lagi apa? Geli, nggak” kata Tere

“Meongg”

Jih, geli lagi, lo. Enak banget.

“Enak, ya?” Tanya Tere.

“Meong”

“Lucu, ya, men” kata Alex.

“Iya bro, adorable” sambut Kevin.

“Aduh, indahnya” tambah Boni.

“Sempurna, bro” si Radit, ikutan.

“Lah, lo pada ngapain, disini? Gw pikir udah pada berangkat” Tanya gw.

“Mengamati target operasi, bos” Jawab Mereka semua.

“Oh. Ayo, lanjut mengamatinya” ajak gw.

“Hihihi, kamu lucu ya, kucing”

“Meonggg”

“Lucuan juga, kamu Re” kata kita semua.
Kayaknya, si Barton, demen sama Tere. Bisa bahaya, nih.

“Aku pergi dulu, ya kucing. Bye-bye” Tere pamitan.

“Meong”

“Uwahhhhhhhh”
Semua laki-laki kehilangan kesadaran.

[table id=AdsLapakPk /]

“Oke, rapat dimulai. Gege kecil, kamu jadi notulen” Gege 1, memulai rapat.”

“Siap!” Jawab Gege kecil.

“Pertama-tama, saya harus sampaikan, bahwa kalian berlima kurang kuat.
Kalian butuh seseorang, yang bisa punya alasan, mengatur kehidupan Tere” kata Gege 3.

“Saya setuju, dengan Anda. Tapi siapa?” Tanya Gege 2.

“Komisaris Sakti, saya rasa itu tugas Anda” kata Gege 4.

“Baik, yang mulia” jawab komisaris Sakti.

“Untuk rencana berikutnya?” Tanya Gege 1.

“Kami sudah punya, skema pertama. Semuanya sudah siap” jawab gw.

“Bagus. Saran saya, gunakan Pak Yanto, untuk mengamati semua orang yang datang ke kostsan.
Perhatikan baik-baik, dari ujung kaki ke ujung kepala” Kata Gege 1.

“Siap, yang mulia!”

“Wahahahaha, ada rapat penting rupanya!” Supreme Gege, datang secara tiba-tiba.

“Semua tunduk!” Perintah Gege 1.

“Saya tahu apa yang terjadi. Saran saya gunakan Barton. Dia akan berguna pada waktunya. HaHaHaHaHa!” Perintah Supreme Gege.

Hmmm, seperti itu ya.
Baiklah, kalau begitu.

“Baiklah, yang mulia supreme Gege” Jawab gw.

“Baiklah rapat selesai! Gege kecil, hasil rapat kamu e-mail ke saya”
Perintah Gege.

Wah, ternyata kepala gw, canggih juga.

“Bubar!”

[table id=iklanlapak /]

Rapat selesai.
Gw akan temui Pak Yanto, untuk memberi dia tugas.

Pokoknya, operasi ini harus sempurna dan berjalan sukses.
Demi menjaga tuan putri, dari dunia kegelapan dan nenek sihir.

“Gimana, Pak, bisa?” Tanya gw, ke Pak Yono.

“Siap, itu mah, mas. Beres pokoknya” jawab Pak Yono.

Gw menyampaikan rencana kita semua ke Pak Yono.
Dan memberitahu tugasnya.

Lalu Pak Yono berlalu.
Dan gw, kembali ke kamar.

Hmmm, gw melupakan sesuatu.
Ah, iya gw belum hitung penghasilan.
Gw, belum lapor tante BeR, lagi.

Gw laporan dulu, dah.

Gw: “tan, kerajaan udah beres, ya”

Nggak berapa lama WA gw langsung dibalas.

Tante: “oke, sip. Nextnya sabar, ya”

Gw: “siap!”

Tante: “tante, kirimin uang jajan, tuh buat kamu”

Wiiiiiiii, duit lagi. Hantam!

Gw: “makasih, tan. Ngomong-ngomong, bayaran mobil, gimana, tan?”

Tante: “udah, kamu transfer aja, sebisa kamu dulu. Santai aja. Yang penting kamu jadi ada usaha”

Gw: “oke, tan”

Tante: “gimana si Clara? Asik, nggak?”

Gw: “tante Claranya sih asik. Tapi suaminya nggak asik”

Tante: “hahaha, iya si Clara cerita, Kalo dia nggak berasa 4some. lebih ke 3some”

Heeee? Buset, Client kasih FR ke mami. Baru sekali.
Gw lagi ditest, kali.

Gw: “iya, tan, tapi tante Claranya suka, kan?”

Tante: “dia Happy banget, kok, Ge”

Gw: “emang, tante, kenal tante Clara, dari mana?”

Tante: “dia itu, kakak tiri tante. Emang dia nggak cerita?”

Busettttt, gw di tipu lagi.
Bilangnya temennya, tante BeR.
Lagi-lagi gw ditipu berujung sex.

Gw: “pantesan, nama anaknya Gavin juga. Ternyata dia orang yang sama”

Tante: “nah, tuh, tau. Udah ya, Ge, tante mau kerja dulu”

Yap, keponakan tante BeR dan anak tante ClaR, adalah orang yang sama. Entah mengapa perasaan gw tenang, mengetahui berkurangnya orang yang namanya sama.

Gw: “yoi, tan”

Setelah laporan, saatnya gw menghitung penghasilan.
Mari kita chek.

‘Cha-ching’
Tante-tante loyal ada dalam genggaman gw.
Wahahahahahahaha.

Gila, men. Cashnya 5 juta.
Tapi, gw dapet cek bertuliskan
Rp 18.000.000.

Ngimpi apa gw.
Makin lama harga gw semakin naik.
Untung gw merki, Jadi duit kemarin-kemarin masih sisa banyak. Bisa nyicil mobil ini.
Makasih, Jakarta.
(/kemarin, aja, ngelawan gw. Sekarang terima kasih\)

Kok, gw bisa dapat client, tajir parah semua.
Ngeluarin duit, udah kayak pipis.
Minum nggak minum pasti kita pipis.
Apa jangan-jangan, pipisnya duit?
Makin ngaco, aja. Udah ah, yang penting duit.

Oke. Gw akan transfer duit mobil ke tante BeR. Karena lebih cepat, lebih baik.

Habis itu gw mau neraktir, anak-anak.
Sekali-kali, nggak papa, deh.
Biar, gw dapat cap, anak baik.
OUH, YEAAHH!

“Ngimpi lo, bro. Nggak ada anak baik kaya, lo”

Halaman Utama : Kehidupan Di Jakarta

BERSAMBUNG – Kehidupan Di Jakarta Part 25-26 | Kehidupan Di Jakarta Part 25-26 – BERSAMBUNG

Selanjutnya ( Part 23-24 ) | ( Part 27-28 ) Selanjutnya