Kamu Cantik Hari Ini Part 5

Kamu Cantik Hari Ini Part 5
Ade Indra Putra
Rosi Wahyuni
Deanda Putri
Bella Wahyuni
Dimas Andre
”Ayaaaahhh.. Bundaaa jangan tinggalin Bella” Teriak Bella disaat kami sudah masuk ke kamarnya.
Ya, Bella sedang mimpi buruk. Aku lantas membangunkannya. Namun setelah aku bangunkan, tetapi ia tetap tidak bangun. Aku berpikiran bahwa itu hanya ngigauan dia aja. Mungkin dia kangen sama ayah ibu kandungnya.
“Yang, kamu tidur saja di kamar, biar aku tidur di sofa itu” suruhku kepada Rosi untuk kembali ke tidurnya sambil menunjuk sofa yang sengaja ku letakkan di kamar Bella itu. Rosi pun mengikuti perintahku, aku yang masih berdiri di samping tempat tidurnya Bella, mengusap usap kepalanya.
“Semoga kamu tidak mimpi lagi ya nak.”
“Itu karna Rosi ngajak dia bicara lagi setelah baca doa dan lupa ingatkan dia baca doa bang.” Kata Rosi yang kembali masuk ke kamar Bella untuk mengantarkan bantal dan selimut untukku.
Sebelum ia kembali ke kamarnya, aku mencium bibirnya dengan tulus sesudah kukecup keningnya menjawab pernyataan maafnya tadi. Ya hanya ciuman yang lembut karena nafsuku hilang seketika mendengar teriakan Bella.
Sebelum aku memejamkan mata, aku mengecek HP ku, dan aku terkejut ketika membaca salah satu pesan yang sudah lama tidak aku dapat.
“Ndra. Aku sebenarnya mendapat tugas untuk memeriksa pegawai di kantormu besok. Tetapi batinku belum siap untuk bertemu. Jadi, aku meminta izin ke atasanku.”
Afni. Rupanya ia masih mengingatku. Gimana kabarnya sekarang ya. Apa dia udah dapat penggantiku ya? Ah sudahlah, untung dia meminta izin, kalau tidak, apakah aku sudah siap bertemu dengannya? Lagian aku sudah berada di posisi rumit yang tak bisa aku tinggalkan.
*****
”Bella mimpi apaan semalam nak?” tanyaku disaat aku menyetir hendak mengantarkannya ke Tempat Penitipan Anak yang kami sewa.
”Gak ada ayah”
“Ayah sama bunda dengar lho” Ikut Rosi.
”Udah. Mungkin Bellanya kecapek an. Jadi ngigau dah. Ntar Bella jangan terlalu capek mainnya ya sayang. Apa yang disuruh si mbak, Bella kerjakan ya. Makan, bobok siang, Minum susu. Ya nak ya.”
”Oke ayah” sambil tangan kiriku menyentuh kepalanya yang duduk di pangkuan Rosi.
”Bye ayah, bunda. Jangan lama ya jemput Bella”
“Iya sayang” jawab kami beriringan.
”Assalamualaikum ayah, bund”
Mobilpun melaju ke kampusnya Rosi. Emang sih jaraknya kampus Rosi sama Tempat Bella agak lumayan jauh. Hal ini permintaan Rosi, karena ia sudah mengenal pemilik Tempat Penitipan Anak tersebut. Ibu Ita, pemimpinnya tersebut merupakan teman dekat mendiang ibunya. Ia yakin, kalau Ibu Ita akan menjaga dan merawat Bella dengan kasih sayang, walau bukan ia langsung yang merawatnya. Tapi dari perintah yang ia sampaikan ke karyawannya, pasti membuat Rosi tenang.
”Ntar sore sepertinya abang agak telat pulang deh. Soalnya ada pemeriksaan kesehatan mendadak.”
“Pemeriksaan?”
“Iya, ada kabar bahwa pegawai ada yang positif NAPZA”
“Ooooo
Ntar Rosi telpon buk Ita deh bilangin telat jemput.”
“Kalau kamu aja yang jemput dulu gimana? Tunggu aja disana, ntar abang langsung ke tempat Bella aja.”
“Kenapa?”
“Tadikan kita janji gak telat jemputnya.”
“Ya udah deh, ntar Rosi naek taksi aja. Ongkosnya?”
“Ambil aja di dompet bang, dalam tas, dibelakang noh.”
Emang Rosi sengaja ambil kuliah tiap hari dari pagi sampai siang. Bertujuan agar bisa menjaga Bella sore dan malamnya. Lagian kuliah Rosi hanya beberapa kok. Selebihnya digunakan untuk duduk manis bersama teman-temannya.
Sesampainya di kampus, aku meninggalkan Rosi menuju kantorku. Letak kantorku, letaknya di tengah-tengah antara kampus Rosi dengan tempat Bella diasuh. Bayangkan saja, aku menempuh jarak yang lama demi dua wanita yang sekarang mengisi hari-hariku. Ditambah dengan antara kampus sama kantorku, sering dijalani oleh siKomo. Sambil menunggu siKomo pergi, aku hidupkan radio favoritku. Ya, aku senang mendengar lagu karena itulah kebiasaan dari kecil. Hingga kadangkala, sambil kerjapun diselingi lagu-lagu. Apalagi dengarnya dari radio, pasti kita tak bisa prediksi apa lagu yang akan diputar. Menambah pengetahuan tentang music juga kan.
”Tema kita pagi ini adalah Kisah Kasih di Sekolah ya. Untuk yang mau request, silahkan mengirimkan sms ke nomor 08121165*****.”
Ahhhh.. kenangan di SMA. Kenapa aku teringat semua itu ya? Semoga dia sudah memaafkanku batinku berkata sesaat mendengar suara penyiar menyebutkan tema balada pagi ini.
Setelah berkutat dengan macet selama 20 menit, akhirnya aku sampai di Kantorku. Suasana yang kagak biasanya, pagi ini serasa rame. Ini dikarenakan banyaknya orang yang berpakaian putih. Sudah datang aja dokternya. Batinku.
”eh, Ndra. Indra kan?” kudengar ucapan wanita didepanku saat aku melintasi gerombolan dokter yang sibuk mempersiapkan perlengkapannya. Jujur, aku tidak mengenal atau tidak mengingat siapa wanita ini. Aku kaget, hanya dia yang memanggilku dengan nama tengahku.
Gak ingat ya? tanyanya karena aku kelihatan bingung mengingat siapa ini.
Akupun hanya menggeleng memperhatikan wanita tersebut. Walaupun berhijab, tapi aku bisa melihat tubuhnya yang sesuai dengan wajahnya yang manis.
“Hahaha.. aku Dea ndra. Teman Afni, kamu sih udah gak pernah ke tempat Afni lagi. Jadi tak ingat denganku.”
”Dea?” aku masih bingung.
”Oh ya, terakhir kita ketemu, aku belum mengenakan ini ya.” Katanya sambil memegang hijabnya.
Aku baru ingat, dia ini Dea, Deanda Putri yang seringkali menggoda imanku disaat aku mengunjungi Afni dulu. Aku masih ingat lekuk tubuhnya yang membuat jakunku naik turun. Dada yang indah yang hanya aku bayangkan saking ketatnya pakaian yang selalu ia kenakan. Ditambah dengan pinggulnya yang indah. Dahulu aku akui bahwa dialah salah satu fantasiku.
”Sudah ingat?” imbuhnya seraya membuyarkan lamunanku anehku. Aku hanya mengangguk pelan menjawab pertanyaannya.
”Kamu kerja disini?”
”Iya de, kamu yang meriksa nanti ya?”
”Iya ndra. Tapi ini perdana aku turun ke lapangan lho. Biasanya aku di rs aja. Ini juga gantikan Afni. Dia lagi sakit.”
”Ha? Sakit? Sakit apaan, De?”
“Aku juga gak tw ya ndra. Aku mendadak diminta gantikan dia pagi ini.”
“Hmm.. ya udah de, aku masuk dulu ya. Ntar absenku telat. Ntar kita ketemu juga kan.”
“Iya hati hati ndra. Masih juga kek dulu ya hehehehe.”
Akupun meninggalkan dia sedikit berlari mengejar absenku. Bahaya kalau telat nih. Afni sakit? Sakit apaan ya? Kenapa selalu aku sepanik ini ya, kalau dengar dia sakit? Aahhh semoga dia gak apa apa. Dia kan sudah jadi dokter, dia pasti bisa jaga kesehatannya. pikirku.
Sekitar jam 10. Semua kamipun disuruh ke klinik di lantai dasar, untuk mengikuti serangkaian pemeriksaan yang dimaksud. Aku selalu ditemani Andre yang sedang mengintai mimpinya tersebut. Matanya yang sekan seperti robot scanner sibuk mencari mimpinya tersebut. Ada ada saja sahabatku ini.
”Men, kalau aku ingat-ingat. Itu lambang rumah sakit yang rada rada familiar bagi gua.”
“Hahaha.. masih ingat aja lu men. Itu kan rumah sakit tempat Afni tugas.”
“Haaaa iya ya. Pantesan aja. Eh, berarti ada Afni dong?”
“Gak tw gua men”
”Lu udah siap ketemu sama dia men?”
“Aaahhh.. pertanyaan yang tak bisa gua jawab men. Lu duluan aja lah. Nnek gua, gua ngerokok dulu.”
Bersambung