Kamu Cantik Hari Ini Part 47

Kamu Cantik Hari Ini Part 47
“Sayang, kamu udah siap?”
“Udah kok yah. Udah nyampe Mbak Rima sama Uda Fano?”
“Belum sih. Kamu tambah cantik aja bund.”
“Ih. Ayah mah, bisa lambat bunda dandannya yah. Udah ih, ntar Radja nangis lagi. Gak kelar kelar bunda dandannya ayah”
“Radja kalau diasuh kakaknya gak rewel kok bund”
“Iya, rewelnya selalu pindah ke kamu. Meluk lah, cium lah, ganggu aja sih ayah ini”
“Hehehehe.. soalnya bunda tambah cantik sih.”
“Udah beranak dua juga dibilang cantik. Udah ih, ayah sana dulu, liatin Radja sama Bella noh. Sana sana sana”
“Iya sayang.”
MUUAACCHHH..
Tepat dua tahun setelah aku membuka surat yang diketik Afni langsung yang ku baca sambil mengenang memoriku bersamanya. Sekarang waktunya aku menemui Afni pertama kali sejak aku memutuskan untuk hidup bersama Rosi. Dimana Bella semakin pintar dan menjadi anak yang periang semenjak kehadiran Radja, anakku bersama Rosi.
Memang sesaat aku membaca surat dari Afni tersebut, aku ingin menemuinya langsung. Namun, aku malah menuruti permintaannya yang ditulis dalam surat tersebut. Ternyata dengan menuruti permintaannya di surat tersebut, aku malah sekarang bahagia dengan Rosi, dan sudah mempunyai pangeran kecil yang ku beri nama Radja Langit Putra.
“Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam. Eh tante Rima. Masuk tant.”
“Anak tante makin cantik aja. Kamu lagi ngapain sayang?”
“Lagi main sama Radja tante.”
“Emang ayah mana nak?”
“Ayah tadi ke kamar susulin Bunda, om”
“Haduhhh… tuh anak juga gak berubah ya. udah beranak dua juga.”
“Gak boleh gitu ih. Anaknya dengar nih. Eh, kamu jangan dengar ommu ini ya Bel yah”
“Hehehehe.. iya tant. Ayo tant, om. Masuk.”
Aku yang baru turun dari lantai atas sekilas mendengar percakapan princessku, Bella sedang mengobrol dengan Rima dan Fano yang baru saja datang. Dan benar saja, Bella meninggalkan Radja yang baru 11 bulan di ruang keluarga. Rima dan Fano memang belum dikaruniai momongan semenjak pernikahan mereka satu setengah tahun yang lalu. Dan sekarang Rima sudah menjadi dosen di Universitas ternama di kota ini. Dan Fano juga telah mempunyai sekolah music sesuai dengan cita citanya. Mereka menjadi pasangan yang tak pernah aku bayangkan. Rima bisa mencintai Fano setulus hatinya. Entah apa yang menjadi dasar seorang Rima melakukan itu. Namun satu yang aku yakini, yaitu ini adalah buah kesabaran Fano dalam menunggu cinta Rima.
“Elo mah ya Ndra, anak ditinggal. Ih, malah ke kamar.” Kata Rima saat aku menghampiri mereka.
“Aku ke dalam bentar kok. Lagian kakaknya ada jagain Radja kok Rim”
“Hai Radja. Hehehehe.. kamu waktu kecil mungkin begini ya Ndra.” kata Rima saat mulai menggendong Radja.
“Hahahaha.. Mungkin Rim. Hai Fan, sehat?”
“Alhamdulillah Ndra. Ma Rosi?”
“Di dalam, sadang basegeh.” (Di dalam. Lagi dandan noh)
“Basegeh dicaliak juo. Tambah lamo lah nyo siap.” (Lagi dandan dilihat juga, tambah lama lah dia siap.) jawab Fano.
“Hahahha.. iyo itu. sampai kanai usia gai. Ang mode itu lo kan?” (Hahahahah.. iyaaa. Sampai sampai aku kena usir lho. Kamu juga gitu kan?)
“Heheheheh… Rima ndak dandan se kamek Ndra.” (Hehehehe.. Rima kagak dandan aja udah manis Ndra) jawab Fano pede.
“Cieeee… lah pandai bagarah kini ang Fan. Hilang kalem ang. Hahahahah” (Cieeee…. Udah pandai canda kamu Fan. Hilang noh si kalem. Hahahahaha) godaku.
“Hahahahah… harus mengimbangi lah Ndra.”
“Bingung kamu ya Bel?” Tanya Rima melihat Bella yang bingung dengan omonganku bersama Fano.
“Iya tant.”
“Entar ayah ajarin dikit dikit ya sayang. Susul bunda gih. Ntar tante sama om nya kelamaan nunggu.” Bujukku kepada Bella.
“Iya ayah”
Sepeninggal Bella yang menyusul Rosi ke kamarku di lantai atas, Rima yang menggendong Radja juga meninggalkan aku dan Fano menuju taman belakang sambil bermain dengan Radja. Memang, Rima sering sekali mengunjungi Radja dan Bella disaat tidak ada kelas mengajar. Apalagi Rosi sangat bahagia dengan keakraban yang diberikan Rima. Rosi pun pernah berkata kalau ia serasa mempunyai kakak perempuan yang selama ini gak dirasakannya.
“Lah siap?” (Udah siap?) Tanya Fano disaat aku berdua dengannya di ruangan ini.
“Siap Fan. Agak grogi snek.” (Siap Fan. Walau agak grogi dikit)
“Wajar kok. Apolai iko partamo kali ang sobok inyo kan.” (wajar kok. Apalagi ini pertama kali kamu ketemu sama Afni kan.)
“Iyo Fan.”
“Den sanang ang tetap jo langkah ang. Walau den penasaran, baa kok bisa tanang gitu ang.” (Aku senang sih kamu tetap dalam pendirian langkah hidup ini. Walau aku penasaran juga, gimana bisa kamu tenang menjalani hidup seperti ini.)
“Kuncinyo yang dalam karateh tu Fan. Tapi makasih yo.” (Kuncinya ada dalam kertas itu Fan. Tapi Makasih ya)
“Selow Ndra.”
****
“Selamat menempuh hidup baru dr. Teguh Karya Pratama dan dr. Afni Pratiwi”
Aku yang berangkat bersama Fano dan Rima sampai di gedung pernikahan Afni yang identic dengan warna kesukaan Afni, ungu. Setelah disambut dengan papan bunga yang menghiasi pintu masuk gedung dengan indahnya, aku diikuti Rosi dan kedua anakku memasuki gedung yang memang didesain sebagai pernikahan mewah yang diidam idamkan oleh siapapun.
Antrian yang banyak membuat kami menikmati hidangan ringan terlebih dahulu. Aku yang sedang menyuapi Bella memakan Puding mini melihat sekilas ke atas panggung pelaminan, dimana Afni tampak cantik menggunakan gaun Ungu yang semakin manis dengan kerudungnya itu. bukan saja aku yang terkesima dengan penampilan Afni, Fano dan Rima yang juga mengenal Afni sejak lama mengakui hal tersebut.
“Ayah. Tante Dokter cantik ya yah.”
“Iya sayang. Anak ayah juga cantik kok.”
“Sudah cantik, baik lagi sama Bella.”
Aku hanya tersenyum dengan perkataan Bella. Namun, ada hal berbeda yang aku rasakan saat ini. Jika sebelumnya aku melihat Afni dengan perasaan seperti waktu aku bersamanya, tidak dengan sekarang. Aku yang memang kagum itu hanya memandang Afni tak lebih dari sahabat atau saudariku. Ya, aku ternyata berhasil melakukannya. Ini berkat permintaan kamu juga Ni. Terima Kasih Afni Pratiwi.
Setelah antrian untuk menyalami dan berfoto bersama penganten berkurang. Aku langsung mengajak Rosi yang menggendong Radja dan Bella ikut ambil antrian. Disaat antrian ini, Afni sempat tersenyum kepadaku saat melihatku yang menggandeng Rosi dengan kedua anakku. Senyum seakan mengucapkan terima kasih atas mengabulkan permintaannya.
“Selamat ya Ni. semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warrahmah.” Ucapku saat menyalami Afni setelah menyalami suaminya yang memang tidak aku kenal.
“Sama sama Ndra. makasih udah datang ya.” ucap Afni dengan manisnya.
“Tante Dokter cantik” ucap Bella memotong pembicaraanku sama Afni.
“Eh, Bella sayang. Masih ingat sama tante?”
“Iya dong tante. Kan Bella mau seperti tante kalau udah besar.”
“Entar kalau tante sakit, kamu yang harus obati tante ya.”
“Iya tanteee.. ini kado dari Bella ya tante.”
“Makasih sayang.”
“Selamat ya mbak. Ayo nak, salim sama tante Afninya.” Kata Rosi saat bersalaman dengan Afni.
“Ih, Bella udah punya adik yaaa.. gantengnya, siapa namanya mbak?”
“Radja mbak. Radja Langit Putra.” Jawab Rosi.
Saat mendengar jawaban Rosi, Afni langsung melirikku dengan senyuman. Rupanya Afni masih mengingat perkataanku dulu saat ia menanyakan nama yang akan aku berikan ke anakku kelak.
“Kalau cewek akan aku kasih nama Terry Monica Putri. Kalau Cowok akan aku kasih nama Radja Langit Putra.”
“Ibunya siapa?”
“Kamu lah”
“Kalau gak aku ibunya, namanya ganti dong?”
“Hmmm….”
“Gak usah ganti. Jodoh kan kuasaNya. Kita hanya makhlukNya yang akan menempati apa yang kita bicarakan kan?”
“Hmmm…”
“Jangan cemberut gitu ih yang. Kalau aku ditakdirkan bersama kamu, jurang Ngarai Sianok pun gak jadi halangan yang.”
KLEEEKKK….
“Ulangi ya. semua lihat kameraaa… SATU DUA …”
CKLEEEKKK
“Makasih ya Bella cantik. Sini tante cium dulu.”
Entah kenapa tidak ada rasa menyesal saat ini yang aku rasakan, hanya perasaan bangga sempat memiliki Afni, tak lebih. Mungkin juga ini dikarenakan surat yang berisikan permintaan permintaan Afni yang harus aku lakukan sampai pertemuan ini terjadi. Bahkan aku sekarang mendoakan Afni bahagia bersama pilihannya saat ini. Minimal seperti aku yang bahagia dengan Rosi sekarang ini.
“Makasih ya sayang” ucap Rosi saat berada di mobil hendak pulang ke rumah seusai menghadiri pesta Afni.
“Buat apa bund?” tanyaku sambil melihat kedua anakku yang sudah tidur di bangku belakang.
“Buat milih Rosi.”
“Apaan sih kamu bund”
“Rosi tau kok semuanya. Rosi maksa mbak Rima cerita ke Rosi. Soal mbak Afni.”
“Maafin abang ya yang.”
“Gak apa kok ayahhh.. abang aja bisa menerima Rosi apa adanya, masa Rosi gak bisa.”
“Makasih ya sayang.” Kataku sambil memegang kepalanya sambil mengusap usap pelan.
“Aku sayang sama kamu bang. Makasih ya, buat semuanya. Makasih telah milih Rosi dan tetap bersama Rosi.”
“Iya sayang. Abang juga sayang sama kamu. Abang juga ngucapin makasih telah menunggu abang pulih dari semua ini. Semoga ini awal kita ke depan ya sayang. Demi kedua anak kita.”
“Semalam, aku mimpi mama papa. Mama senyum liat aku yang sedang gendong Radja dan Papa juga senyum liat kamu gendong Bella. Aku rasa itu pertanda baik untukku”
“Kita doain Papa dan Mama selalu senang dengan semua ini ya sayang. Semoga abang tetap menjadi imam yang baik buat kamu ya sayang.”
“Aminn.. aku selalu doain itu kok yang. Dan, aku merasa doaku terkabulkan.”
“Hmmm..”
“Iya Rosi liat kok tadi abang mandang mbak Afninya gak kaku lagi. Rosi mastiin aja ya. emang betul ya?”
“Iyaaa.. bang akan menyesal kalau membuat kamu sakit hati yang.”
“Makasih ya sayang. Dan maafin Rosi telaahhh..”
“Ssstttt… ntar kedua anak kita dengar. Yang terpenting sekarang kebahagiaan kamu dan kedua anak kita ya.”
“Kalau Radja minta adek?”
“Ya kita bikin” kataku enteng menjawab pertanyaan Rosi.
“Aku maunya sih kembar yah.”
“Itu bisa diatur kok. Usaha dan doa aja kok di kita nya.”
Mulai malam ini aku sudah menetapkan untuk hidup bahagia dengan Rosi. Seperti Afni yang sudah menemukan orang yang tulus mencintainya. Semoga kamu juga bahagia dipelukannya Afni. Terima Kasih atas selama ini telah menjadi bidadari masa laluku. Sekarang bidadari itu sudah kembali ke alamnya dan tergantikan oleh Rosi sekaligus Peri Cantik menghiasi lika liku hidup ini. Dan Maaf, mulai hari ini “Kau” dalam nyanyi itu sudah pindah ke Rosi. Terima kasih telah mengisinya sampai aku menemukan Rosi.
Kau Cantik Hari Ini
Dan Aku Suka
Kau Lain Sekali
Dan Aku Suka
Tak Kan Kubiarkan Lagi
Kau Menghilang Dari Kehidupanku
TAMAT