Kamu Cantik Hari Ini Part 35

0
1203

Kamu Cantik Hari Ini Part 35

“Kok lu keburu banget men?”
“Iya gua mau ke kosan dulu men.”
“Tunggu dulu dong men. Gua nebeng ya. Kan kosan lu searah sama kosan gua.”
“Motor lu mana?”
“Gua tadi nebeng sama Via men”
“Ya, pulang nebeng sama dia juga lah.”
“Kan dia ke Bogor siang tadi.”
“Tunggu aja. Gimana mau dapetin dia coba, nunggu bentar aja gak rela.”
“Gila lu men, gua nunggu sampai besok disini?”
“Hahahaha.. ayok. Ntar macet lagi..”

Sekarang aku menuju ke kosan untuk mengambil beberapa baju dan dokumen penting yang akan ku bawa ke rumah Rosi. Aku memutuskan untuk tinggal di rumah Rosi dengan beberapa pertimbangan yang memang sudah aku pikirkan terlebih dahulu. Saat ini, aku ditemani Andre yang nebeng ke kosannya yang searah dengan kosanku kalau dari kantor. Dengan bujukan, aku berhasil membawanya menemaniku ke kosan terlebih dahulu.

“Awas lu gak antar gua entar men.”
“Iyaaa… lu jadi cowok cerewetan ih.”
“Ya gua ingetin aja. Kan soalnya kalau ke rumah Rosi, lu gak lewatin kos gua.”
“Iya iyaaaa… udah kek perempuan aja.”
“Jaga jaga men.”
“Ntar lu masukin ya komputerku ke mobil.”
“Anjriiittt.. ini maksud lu maksa gua ke kosan lu ya.”
“HAhahahaha.. lu mau gua bantu dapetin Via kan.”
“Mau laahhh.. tapi gak gini juga Ndraaaa..”
“Canda meeenn..”

****

“Haaaa ini dia. Kemana aja sih Ndra?”
“Aku numpang di rumah teman buk.”
“Kirain gak bakalan ke sini lagi.”
“Ah, gak mungkin juga Bu, kan masih banyak barang barang nih.”

Sesampainya aku di kamarku, aku langsung ditegur oleh ibu kosku yang sudah sebulan ini aku gak ke kamar ini. Sekarang aku dan Andre sedang duduk bersantai di kamar, karena sedikit capek menghadapi macetnya jalanan tadi. Memang, kamarku ini selalu dibersihkan oleh pembantu kos yang tugasnya bersih bersih kamar disini. Sambil menghidupkan mp3 di komputerku, aku menikmati sebatang rokok bersama Andre.

“Men, gua salut sama lu”
“Apaan? Masih bahas yang dikejar kejar wanita?”
“Iya men.”
“Justru gua iri sama lu men, hidup lu bebas, gak ada beban untuk memilih. Kita mah liat hidup orang aja men, tapi yang ngerasa kan belum tentu bisa.”
“Iya sih men.”
“Gua nelpon Rosi dulu yah. Ngabari telat pulang.”
“Oke men, gua ganti lagunya ya. Kangen Michael Learn To Rock nih.”
“Cieee.. Melooowww”

Aku yang langsung menuju teras belakang kamarku meninggalkan Andre dengan melownya menikmati lagu yang ia putar. Aku yang berencana menelpon Rosi untuk mengabari kalau pulang agak telat sambil menikmati pemandangan yang selama ini tidak kurasakan.

“Assalamualaikum ayaaaahh”
“Waalaikumsalam nak. Anak ayah lagi ngapain?”
“Nonton yah. Ayah belum pulang?”
“Ayah telat pulangnya ya nak. Kalau Bella ngantuk, bunda aja yang boboin dulu ya nak.”
“Iya ayaaahh.. Ini Bunda yah. Daahh”

“Halo yang.”
“Iya yang. Lagi asyik nonton Bellanya ya?”
“Iya nih. Kamu dimana yang?”
“Ini bang mampir ke kosan dulu. Ini di kamar.”
“Ngapain?”
“Ada dokumen sama bawa computer ke rumah. Soalnya banyak data di sini nih.”
“Kenapa gak ajak Rosi sih. Kan bisa Rosi bantuin.”
“Gak usah sayaang. Ntar yang nemenin Bella siapa? Lagian bang bawa Andre kok.”
“Hmmm… iya deh. Rosi sekarang gak masak ya yang. Maaf ya yang.”
“Iyaaa.. pesan aja makanan dulu yah. Lagian kamu kan butuh istirahat juga yang. Lebihin aja untuk abang. Ntar bg panasin aja malam.”
“Sudah tugas istri kok nyiapin makanan disaat suaminya pulang.”
“Iya sayang. Love You.”
“Love You Too sayang.”
“Pintu jangan lupa dikunci ya yang. Bang bawa kunci cadangan kok.”
“Kunci cadangan?”
“Iya, buat jaga jaga sih, lagian kan itu bakalan jadi rumah abang juga.”
“Hmmm…”
“Kok diam? Garing ya rayuannya? Soalnya bang sih gak jago ngerayu.”
“Gak jago aja udah buat Rosi nyaman bang. Apalagi pandai ngerayu. Tapi kalau dipikir pikir, biarin gak jago ngerayu deh. Ntar istrinya ditinggal.”
“Bang sih gak bakalan tega ninggalin kamu dan Bella. dan hanya orang bodoh yang akan melakukan itu. Kamu masih ingat kan yang, kalau bang yang paling pintar bagi Bella.”
“Ya iyalah yang, kan kamu ayahnya.”
“Ya kan. Pasti anak ayah sekarang lagi angguk angguk noh, dengar ayahnya ngomong gini.”
“Hiiii PEDEEE…”
“Hahahaha.. walau pede, ada yang sayang noh.”
“Siapa?”
“Ini yang nelpon abang.”
“Hmmm… kalau sayangnya aja masih disana dan belum menyegerakan pulang mah, namanya gak sayang.”
“Iya iya sayangg.. selesai ini bang bakalan pulang kok. Love You”
“Perasaan tadi sudah lah. Aahh gak apa. Love You Too ayaahh.”
“Assalamualaikum Bunda sayang.”

Aku yang menyelesaikan telponanku bersama Rosi sejenak menikmati rokok yang masih ditanganku. Entah kenapa aku berfikir untuk mencoba mengurangi atau bahkan menghentikan menjadi ahli hisap ini. Aku gak mau hal yang buruk ini akan mengganggu kebahagiaanku kelak. Walau susah, akan aku coba. Sekarang dengan lantunan lembut lagu The Actor terdengar di teras ini, aku menikmati rokok bersama melihat sekeliling kosanku yang memang memperlihatkan padatnya penduduk ibukota yang melakukan aktivitas beragam di sore itu.

Setelah ingin cepat cepat mengakhiri aktifitas ini, aku langsung membuka pintu yang memang tidak kurapatkan dan menuju kamarku. Namun aku terkejut dengan apa yang aku lihat sekarang ini. Afni yang sedang berdiri pas di depan pintu teras ini terlihat dengan wajah yang menurutku wajah yang tak ingin aku lihat dengan mata yang sudah meneteskan air matanya membasahi pipi cantiknya.

Sejenak aku melihat Andre yang mengisyaratkan bahwa ia tak bisa berbuat apa apa saat Afni datang dan Afni juga mendengar apa yang aku obrolkan dengan Rosi di telpon tadi.

“Ni, kamu udah disini?” tanyaku dengan nada yang serba salah.
“Aku salah apa sama kamu Ndra? kok kamu…..”
“Tunggu ni. aku bisa jelasin kok.” Kataku saat Afni memutar badannya dan ku pegang tangannya.
“Lepasin Ndra. Lepasin tanganku. Hikkksss.”
“Dengar dulu Ni. aku bisa jelasin kok.”
“Lepasin gak? atau aku teriak.”
“Aku gak bakalan lepasin kamu Ni. aku tahu aku salah, tapi dengerin dulu penjelasanku.”
“Lepassiiiiinnn… aahhhh… sakitt Ndraaa…” disaat pegangan tanganku menguat dengan sendirinya di tangannya.
“Men..” kata Andre yang telah berusaha menghentikan peganganku di tangan Afni.
“Lu diam aja Ndre, ini urusan gua sama cewek gua.” Jawabku sambil menunjuk muka Andre dengan tangan kiriku.
“Lepasin Ndraaaaa… lepasin tanganku… hikkksss.”
“Men, tangan Afni sakit tuh. Udah men..”
“Lu bisa diam gak sih men? Ni, aku mohon dengar penjelasanku dulu.”
“Aku gak mau dengar apapun Ndraaa… sakittt.. toloongg..”
“Men…”
“Lu gua bilang diam ya diam.”

Seketika tangan yang tadi memegang tangan Afni terlepas, dan langsung memukul Andre. Hal itu secara reflek aku lakukan dengan Andre yang tidak menahan tanganku yang sampai mengenai wajahnya. Sampai sampai ku lihat wajahnya Andre memerah jejak tanganku. Ku lihat Afni yang langsung meninggalkan kamarku yang ku liat di depan pintu sudah ada beberapa orang akibat teriakan minta tolong Afni tadi. Setelah aku kehilangan Afni, aku yang masih emosi dengan Andre berdiri tanpa tahu apa yang aku pikirkan.

“Lu kenapa sih men ha? Lu boleh mukul gua. Pukuuull.. gak nyangka gua lu begini.”
“Lu tahu apa men?”
“Sorry men, gua rasa Via salah sudah sampai kagum sama lo. Via salah. Sudah kagumi orang yang juga bisa kasar ke perempuan. Taik lo men. Lu pikir baik baik sekarang apa yang sudah lu perbuat. Sekarang, aku bakal antar Afni pulang, aku takut kenapa napa dengan dia. Semoga saja aku bisa memberikan sedikit penjelasan ke dia. Dan semoga dia bisa terima.”
“Sorry men, gua emosi.”
“Lu pikir aja apa yang mesti lu kerjakan men.” Kata Andre dengan memegang bekas pukulanku tadi dan segera meninggalkanku seorang diri.

Aku yang masih terdiam dengan apa yang barusan terjadi sampai terduduk di kasur. Aku mendengar kalau Andre menenangkan ibu kosku dan beberapa penghuni yang menyaksikan insiden di kamarku tadi. Dengan pintu yang telah di tutup Andre, aku samar samar mendengar pembicaraan di luar.

“Bu, bukannya itu cewek yang kemaren nungguin Indra seharian ya bu?”
“Iya.. itu ceweknya Indra, tapi sudah lama juga dia gak kemari. Ibu kira ia sudah tidak sama Indra lagi. Soalnya baru kemaren sih dia kesini lagi. Udah ah, bubar deh. Kalian ngapain lagiiiii.”
“Kan kaget buuu.. orang teriak minta tolong lagi.”

Bersambung

Daftar Part