Kamu Cantik Hari Ini Part 20

Kamu Cantik Hari Ini Part 20
“Aku lanjutin gak nih?”
“Iya laahh… kan udah di bus ke Pasuruan juga”
Memang aku yang mendarat di Surabaya melanjutkan ke kota Pasuruan menggunakan Bus yang jarak Surabaya Pasuruan kira kira 1 jam 30 menit. Aku yang duduk di bagian tengah bis, duduk bersebelahan dengan Rima. Sebelum naik bus tadi, di terminalnya, kami sempat mengisi perut seadanya untuk menghilangkan mual di perut diatas bus yang berlaju.
“Ini aku lanjutin ya”
“Bundaaaaa… jangan tinggalin Bella.. Bundaaaa”
Aku yang terkejut langsung mempercepat langkahku ke kamar Bella. Rupanya Bella ngigau karena panasnya badan dan mungkin kangen ibunya.
“Bellaaaa.. bangun ini bunda nak”
Haaaa?? Kok Rosi memanggil adeknya dengan panggilan layaknya seorang ibu ke anaknya.
“Maafin Bunda ya nak. Bunda gak akan ninggalin kamu kok. Bunda Cuma seminggu disana. Hikksss.. Maafin Bunda yah nak”
Aku yang hanya melihat dari pintu, hanya bisa terdiam seperti terpaku tanpa bisa berbuat apa apa. Permainan apa lagi ini? Pikirku
“Maafin bunda ya nak”
“Bundaaaaa”
“Kamu udah bangun nak?”
“Bunda kok nangis?”
“Bunda khawatir dengan kamu nak”
“Bella udah sehat kok, Bella kangen Bunda aja kok”
“Maafin bunda ya nak”
“Itu siapa bund?”
Bella menunjuk ke arahku. Iya akulah yang ditanya Bella. Lantas Rosi menjawab dengan ciuman di kepala Bella. Rosi lalu memberikan kode ke mbak babysitter untuk menemani Bella sesaat. Aku yang dihampiri Rosi hanya diam dan berpikir apa lagi ini. Rosi menarik tanganku ke luar rumah. Ke arah teras.
“Bang, tolongin Rosi lagi ya”
“Maksudnya?”
“Abang pura pura jadi ayahnya Bella sampai Bella remaja ya. Remaja aku janji akan beritahu Bella semuanya.”
“Haaah?”
“Aku hanya mencoba gak mau Bella nganggap dia gak ada orang tua bang. Jadi aku berpura pura menjadi ibunya. Dan selama ini aku bilang kalau ayahnya lagi studi ke luar negeri. Aku sebenarnya gak mau melibatkan abang. Tapi aku gak tau minta tolong ke siapa lagi. Aku ingat kata mama, jangan biarin siapapun selain aku yang merawat Bella. Aku janji ke mama bang.”
“Hmmm…”
“Setelah Bella sembuh, abang kemana aja gak apa kok, kan aku tinggal bilang kalau abang kembali ke luar negeri. Untuk beberapa hari aja ini bang. Aku mohon”
Aku yang saat itu hanya bisa berpikir bahwa menolong orang, lalu menerima permintaan Rosi. Lagian aku liat Rosi tampak beda jika dikaitkan dengan Bella. Jutek dan emosionalnya hilang sesaat jika hal yang berhubungan dengan Bella.
“Insyaallah bang coba” kataku yang menjawab Rosi sambil menaikkan kembali wajahnya yang menunduk karena lamanya aku berfikir.
“Maaf ya bang, kemaren sudah bohong ke papa, sekarang.”
“Sampai Bella remaja aja kok. Itu kata kamu tadi kan? Tapi bang mau Tanya satu hal.”
“Apaan?”
“Entar aja. Sekarang kita ke dalam ya. Kasihan Bella nya”
“Trus kamu mau aja? Bodoh kamu itu keterlaluan ya?”
“Main potong aja. Katanya tadi janji gak akan dipotong. Gimana sih kamu Rim?”
“Maaf deh.. Lanjutin lah”
“Entar aja. Aku capek cerita… aku telpon Bella dulu ya..”
“Ihhh… Bella atau Rosi sih”
“Keduanyaaaa.. kan Bella gak punya HP juga”
“Alasan kamu ajaaa… ya udah, aku tidur sejenak dulu. Ntar bangunin aku kalau udah sampai Pasuruan.”
“Iyaaaa”
“Assalamualaikum sayang”
“Waalaikum salam yah.. udah sampai ?”
“Belum, ini masih di bus sih bund. Bella mana?”
“Ini baru aja tidur siang. Kecapek an mungkin”
“Emang habis ngapain?”
“Tadi nolongin Rosi bersih bersih rumah”
“Maafin abang ya, abang malah harus tugas”
“Gak apa sayaaangg… kan tugas Rosi juga buat bersih bersih rumah. Bella juga nolong kok”
“Pasti gemesin kan”
“Iya yah, masa tadi nyanyi pakai microfon sapu. Hhahaha”
“Jadi kangen nih.”
“Ihhh.. gak boleh gitu yah, ayah cari aja nafkah dulu yaa.. itu kan untuk bunda sama Bella juga”
“Iya sayang. Makasih ya yang. Kamu gak istirahat juga?”
“Ini baru mau yah, tapi liat Bella tidur, capek ini hilang.”
“Kirimin fotonya nanti ya”
“Iya yah. Ya udah, ayah istirahat juga ya. Cepat pulang. Ingat aku sama Bella menunggu ya yah.”
“Insyaallah. Assalamualaikum sayang”
“Waalaikumsalam sayang”
****
Sesampainya kami di Pasuruan, saya yang mendapatkan jatah kamar hotel disalah satu kota itu langsung menempati kamar itu. Rima yang ikut dengan ku, mengambil kamar disebelahku. Meskipun awalnya dia meminta untuk satu kamar aja, tetapi aku berhasil menolaknya dengan alasan kantor gak memperbolehkan membawa ikut keluarga untuk dinas. Namun, walau dipisahkan kamar, Rima selalu berada dikamar ku. Hanya mandi dan mengganti pakaian saja ia ke kamarnya.
“Makan yuk. Udah lapar nih aku”
“Sabar Rim. Aku lagi tanggung nih buat materi”
“Emang besok langsung jalan?”
“Gak harus sih, tapi semoga bisa cepat mulai. Cepat mulai kan cepat selesai juga. Bisa pulang”
“Ihhh.. waktu kita berdua kapan?”
“Kamu itu ya… gak bosan apa godain ku terus”
“gak… ya udah.. kalau udah kelar, bangunin aku ya.”
“Tidur mulu kamu.. ya udah.. ayo makan”
“gitu laahh.. itu baru sahabat aku.”
“Satu satunya yang mau temanan sama kamu kan aku doang”
“Jadi terpaksa nih?”
“Gak sih, ehh.. dikit sih.. tapi kamu banyak bantu aku dulu sih Rim. Makasih ya”
“Iyaaaa”
“Ini yang orang males dari kamu. Ngambekan… keras kepala lagi”
“Biar aja”
“Hahahaha.. ayoooo.. mau makan apa cantik?”
“Makan hati”
“Hhahahaha”
Aku mengajak Rima untuk makan nasi goreng yang memang menjadi makanan kesukaannya. Mungkin hampir tiap malam ia makan nasi goreng sewaktu dulu. Nasi goreng dengan telur mata sapi setengah matang tanpa adanya “rerumputan” baik itu Salada dan mentimun sekalipun.
“Masih doyan ini ya kamu Rim”
“Ya iya laaahh”
“Masih ngambek sama aku?”
“Gak tau”
“Okeee.. aku suapin yaa.. supaya marahnya hilang”
“Terserah”
“Terserah, kok lahap kali ya”
“Bodo”
“Hahahahaha”
“Mang, bungkus 3 nasi gorengnya ya?”
“Afni?”
“Indra? Rima? Mang, bungkus aja dulu ya mang, ntar teman aku jemput. Makasih ya mang.”
Bersambung…