Kamu Cantik Hari Ini Part 15

0
1167

Kamu Cantik Hari Ini Part 15

Ade Indra Putra

Rosi Wahyuni

Dimas Andre

Via Wulandari

“Yakin lu men?”
“Iya men, aku aja awalnya heran men, tapi gimana lagi, ini faktanya. Rosi ingin berubah men.” Kataku menjawab pertanyaan Andre.
“Trus di elu nya gimana?”
“Gak tau gua.”
“Lu setiap bahas Rosi, klimaks lu masih aja Gak tau.”
“Gak tw juga gua men”
“Atau lu masih ngarepin Afni?”
“Entah. Gua juga heran abak bisa nerima mereka sih, walau belum 100 persen”
“Dia tahu kali di hati lo masih ada Afni.”
“Naluri bapak kali men.”
“Mentang-mentang lu udah jadi bapak??”
“Hahaha.. gak tau juga men.”
“Kemana lu?”
“Keparkiran ngambil HP gua tinggal. Mau ikut?”
“Gak ah.”

Akupun meninggalkan Andre untuk mengambil HPku yang tertinggal didalam mobil. Aku yang melewati Via didepan ruangannya memanggilku sekedar menanyakan kabar abak. Via ini sepupu jauh dari Uda Fahri. Berkat informasi Via juga aku bisa mendapatkan pekerjaan disini. Dan disaat aku merantau ke tanah Jawa ini untuk kuliah, Via dan keluarganya jugalah yang memantauku dari kejauhan. Sehingga sangat dekat aku sama keluarganya. Setelah menanyakan kabar abak,

“Senang ya, bisa bawa anak dan istri ke kampung.”
“Apaan vi. Gak juga.”
“Pasti senang ya si Bella, pergi ke kebun binatang kinantan bukan ragunan. Hehehe”
“Kok kamu tahu?”
“Dari Uda”
“Hooooo.. kirain sudah jadi dukun kamu.”
“Hahahha… mau kemana bang?”
“Ke Parkiran, ngambil HP tinggal”
“Cieeee.. yang bawa mobil istri.”
“Apaan sih dek. Bang tinggal dulu ya.”
“Ntar makan siang bareng ya bang.”
“Sipppp”

****

“In, jadi lagu KAU CANTIK HARI INI yang lu nyanyiin untuk Afni gak berlaku lagi?”

Itu isi bbm Rima. Aku sih terkejut dengan isi tersebut. Tapi aku pun tak heran, dimana Rima lah yang tahu segalanya tentang aku dulu. Aku dan Rima berteman sejak SMP, setelah ayah Rima yang juga prajurit dipindahtugaskan ke Bukittinggi. Rima ini asli Jawa dengan ibunya orang Sunda. Jadi dia gak bisa berbahasa minang. Kecantikan ibunya turun ke dia. Dan keberanian ayahnya turun ke dia semuanya. Wajar, anak satu-satunya. Teman-teman SMP ku dulu sih memandang aku paling beruntung, karena aku sangat dekat dengan Rima. Sampai sampai si mbak kantin SMP kami dulu menganggap aku dan Rima itu pacaran. Karena Rima sangat popular di SMP ku dulu, secara dia pintar, cantik, dan periang. Rima yang periang dan menyenangkan di mata orang, tapi aku melihatnya Rima yang usil tapi pengertian.

“Kebiasaan, tanya kabar kek, apa kek. Ini pertama bm, langsung nanya yang ada di benakmu itu”
“Hahahaha… maaf In. tapi sumpah, aku penasaran. Kok bisa ya?”
“Ntar aja aku ceritain. Siapa suruh gak hubungi aku lagi.”
“Somplak, kamunya yang ganti nomor gak ngomong.”
“Hehehe.. maaf deh Rim. Ntar aku ceritain ya. Aku lagi di kantor.”
“Upppsss… maaf deh.. aku tunggu lho.”
“Okay”
“Met kerja suamiku….”
“Anjrrriiiitttt,,,”
“Hahahahaha”

Aku bm an dengan Rima sambil senyam senyum membalasnya. Membuat Andre sedikit keheranan melihatku. Ia sepertinya berniat untuk menanyanya. Tetapi karena banyaknya tugasnya, diurungkannya niat tersebut. Ya, sudah lama komunikasi kami terhenti. Kira kira 2 tahun lah gak komunikasi lagi. Karena HP ku hilang di perkebunan milik Papa Rosi.

“Ini gara-gara aa’ ya. Aku harus ke sini lagi?”
“Lagi? Maksudnya?”
“Ini punya papa aku. Aku itu dipaksa untuk masuk jurusan Pertanian ini.”
“Haaa? Pak Wahyu itu papa kamu dek?”
“Iyaaaa…”
“Haaaa? Kok bisa ya. Kebetulan banget?”
“Kebetulan? Bukaaaannnn.. ini siasat papa tau.”
“Haaaa? Maksudnya?”
“Issshhh.. banyak Tanya deh… gini, bapak Sudarmono itu teman baik papa. Dan yang menjadi konsultan di perkebunan ini ya Pak Sudarmono itu.”
“Lalu?”
“Masih kagak tahu juga? Aku tuuuu, gak niat kuliah di pertanian iniiiii, aku niatnya kuliah Ekonomi. Tapi papa gak izinin, jadinya aku terpaksa. Nah, pas tahu aku dihukum oleh Pak Sudarmono, papa ngusulin hukuman ini. Gitu….”
“Hmmmm… maaf ya”
“Gimana lagiiiii. Udah ini jalannya.”

Aku yang saat itu baru nyampe di perkebunan tempat hukumanku dari bapak Sudarmono. Aku tak menyangka, kalau perkebunan itu milik papanya Rosi, yang kala itu menjadi korbanku. Korban yang kena imbas hukuman karena aku mencontek kepadanya. Aku mengelilingi perkebunan itu dengan tujuan beradaptasi dengan lingkungan, karena selama 1 minggu masa hukuman itu, aku berada disini. Tetapi untunglah aku punya partner yang sudah hafal sekitar di kala itu.

“Men, lu ngelamun apaan? Tadi ajaaaa,, senyum gitu, sekarang ngelamun? Lu bawa hantu Sumbar?”
“Ada ada aja lu men. Ini aku lagi mikirin proyek di Garut.”
“Aaahhhhh.. gaya lu men, palingan lu mikirin anak yang punya proyek.”
“Sial lu men. Kapan jadi dukun lu? Sejak pulkam kemaren?”
“Taik lu.. jadi beneren nih mikirin anak yang punya?”
“Hahahaha.. kagak tau juga mbah.”
“Asu lu men, udah ah, Yok, makan yuk.”
“Lu duluan gih. Aku janjian sama Via.”
“Ahhh.. lu gak asyik lu? Udah gak mau nolongin gua deketin Via, malah lu ntar makan sama dia, gak ajak gua”
“Tenang men, gua tolongin entar.”
“Ya udah deh, gua percaya sama kakak ipar… lu kan tau, gua rela gak dapat dokter demi Via. Tolong ya kakak ipar”
“hahahaha.. segitunya lu men”
“Iya lah men. Gua duluan yaaa…”
“Hati-hati lu”

“Kamu kemana, dek?”
“Kesana bentar.”
“Abang ikut ya.”
“Iyaaa…”

Aku mengikuti Rosi dari belakang. Rosi menuju ke arah bangunan di tengah-tengah perkebunan. Bangunan terawat dan rapi itu bagaikan villa yang terletak di tengah kebun kopi. Sungguh indah. Tetapi Rosi tidak memasuki rumah itu, melainkan pergi kebelakang rumah itu. Alangkah terkejutnya aku disaat aku melihat sebuah makam yang terawat dengan indah.

“Maaf, ini makam siapa?”
“Ibuku.”
“Maaf ya.”
“Its oke bang. Eh aku manggil abang aja ya. Keliatannya bukan orang Sunda.”
“Iya, gak apa kok.”
“Yuk kita keliling lagi”
“Trus, gak ke dalam dulu?”
“Malaaasss…”

“Udah ah.. ngelamun ajaaa…” kata Via mengagetkanku.
“Hahahaha.. udah kelar?”
“Udaaaahh.. mikirin Rosi ya?”
“Hmmmm… Bella juga sih?”
“Aaahhh.. gak percaya…. Rosi aja tuuu…”
“Hahahahah… ya udaaahhh…. Yuk, makan yuk, udah lapar nih. Naik motor kamu aja ya. Maceeetttt…”
“Cieee… mobil istri tuuuu…. Yuk, Helm ku ada dua kok.”
“Haduuuuhhh…. Ampun dah… eh, bentar, ada bm nih.”

“Yah, jangan lupa makan ya. Jangan bakso yang dimakan. Nasi.”
“Ntar, Rosi duluan ke tempat Bella. Ayah jemput kesana aja ya, yah!”

Bersambung

Daftar Part