Kamu Cantik Hari Ini Part 1

Kamu Cantik Hari Ini Part 1
Ade Indra Putra
Rosi Wahyuni
Dimas Andre
“Kau Cantik Hari Ini
Dan Aku Suka
Kau Lain Sekali
Dan Aku Suka
Entah Ada Angin Apa
Kau Berdiri Disana”
“Kenapa setiap lagu itu lo matiin sih, men?” Tanya Andre
“Gak kuat dengarnya men, bayangan itu masih aja datang.” Timpaku
“Maaf men, gua sekarang gak bisa comment yah, udah ribuan kali gua bilang itu masa lalu, tapi lo masih nganggap lain” Sangkal Andre lagi.
“Udah, comment gak comment pun, gak ngaruh buat gua kok” Jawabku
Walau dilandasi dengan kegelauan hati beberapa saat, rutinitas ini tetap selesai. Ya, setiap dengar lagunya Lobow itu, seakan akan memberhentikan waktu sejenak. Membuat apapun aktivitas disekitarku tak berarti. Membuat apapun yang kulakukan pun tak berarti.
“PING!”
“Bg, jangan lupa jemput rosi. Jangan sampai telat!”
“Hufffttttt”
“Kenapa semakin lama aku berhubungan dengan Rosi Wahyuni, semakin lama juga aku mengingat itu ya? Apa ini karma ?” Batinku mulai lagi bergejolak.
“Lo gak pulang men? Kan kerjaan lo udah di acc sama pak Afdal? Atau jangan-jangan ……”
“Iya..” Jawabku
“Terkadang gua juga heran sama lo men, lo keren, baik, mudah bergaul, lumayan berada juga, tapi kok lo tahan sama dia sih?” Tanya sahabatku lagi. Walau pertanyaannya tak terhitung sudah berapa kali ditanyakan kepadaku. Dan tak sedikit yang aku jawab hanya gelengan ataupun diam terpaku seperti sekarang.
“Dia suruh jemput lagi? Atau malah minta ini itu?” Tanyanya lagi.
Dan lagi kujawab dengan diam terpaku memperhatikan BBMnya seakan bingung merangkai kata apa yang akan kubalas.
“Lo gak tw sih, gw bertahan dengannya hanya berlandaskan Bella bro. gak ada sedikitpun cinta lagi” Batinku menjawab sambil aku bergegas siap siap untuk meninggalkan kantor dan sahabatku itu.
“Gua doain lah yang terbaik buat lo ya men. Hati-hati!”
“Makasih banyak ya men!
Setelah sampai di parkiran dengan detak jantung yang cepat. Ya, aku sedikit berlari untuk mencapai parkiran tersebut. Kubuka box motorku mengambil jacket kesayanganku, disaat itu pula aku terdiam. Helm itu, ya helm itu. Entah kenapa aku gak mau menggantinya, walau setiap aku melihat benda itu aku terpaku seperti para malaikat sedang memukulku kedasar pijakanku.
“Eh, Bang Ade, mau jemput rosi ya?”
“Hahaha.. nampaknya rutinitasku diikuti banyak orang ya Vi?”
“Iya bang, emang gak mono bang? Kegiatan abang itu aja setiap hari?” Tanyanya lagi.
“Mau gimana lagi Vi..”
“Iyalah, namanya cinta bang. Via duluan ya bang.”
“Iya hati-hati, si var*o mah sering mencatatkan namanya di catatan kepolisian lalu lintas”
“Jangan didoakan lah bang, emang mau Via kenapa-napa bang?”
“Gak lah vi, namanya canda. Hati hati ya, salam buat mama.”
“Iya… mama nanyain abang mulu, katanya abang gak sayang lagi sama papa. Via pergi dulu bang. Hati hati juga ya bang”
Setelah Via benar benar meninggalkanku, aku masih terdiam, enggak, sekarang terdiam dan terpaku, tambah runyam saja. Dipikiranku bukan hanya sedikit kejenuhan bersama Rosi, dan yang baru dikatakan oleh Via Wulandari benar. Walau Papa pernah membuat aku drop, tapi bagaimana pun, dia Ayah Kandungku.
“PING!”
“Bg, rosi udah hamper kelar kelasnya, jangan sampai abg telat ya!”
Bersambung…