Buku Lawas Part 21

0
1667

Buku Lawas Part 21

Kitab Miyano

2 hari ini Astrid benar2 memasak khusus untuk Tuan Nakanishi yang memang suka sekali masakan Astrid. Astrid memang mengambil kursus masak memasak disela2 kuliahnya karena masak memang hobinya. Astrid menguasai berbagai masakan ala Sunda Jawa Jepang China Barat dan Padang, setidaknya masakan2 itu yang sering dia praktekkan selama di rumah dan selalu saja semua orang suka.

Kakek Astrid memang dulu menjadi koki di suatu kapal pesiar kala masih mudanya. Dan menjadi chef di suatu hotel bintang 5 selepas karirnya menjadi koki/chef di kapal pesiar.

Setelah menikah, kakek Astrid membuka restoran di kota Bandung yang terkenal waktu itu. Mama Astrid juga menguasai ilmu memasak dari kakek Astrid, tetapi Astrid adalah cucu beliau yang benar2 hobi memasak sehingga sejak SMA dulu sudah belajar memasak pada teman Kakek Astrid yang membuka lembaga kursus memasak.

Ternyata ilmu itu sekarang benar2 dikuasainya dengan baik, sehingga tak pelak sampaipun tuan Nakanishi yang merupakan seorang pemilih terhadap masakan selalu memuji masakan Astrid.

Kesehatan Astrid memang sudah pulih seperti sedia kala, penyakitnya sudah disembuhkan sehingga aktifitas seperti memasak bukanlah halangan baginya. Apalagi tiap pagi dan malam Astrid selalu melakukan pernafasan bersama agar lebih sehat dan segar lagi.

“Astrid, berat badanku naik 2 kg nih, kayaknya gara2 masakanmu ha ha ha, benar2 sedap masakanmu ini, aku jadi nambah2 terus nih ha ha ha”

“Hi hi hi papa Ito kok Astrid selalu yang disalahkan nanti Astrid buat masakan yang tak enak lho”

“Ha ha ha ya janganlah Astrid, papa Ito selalu pengen makan sejak kamu masakin Astrid, masakanmu hampir sama dengan masakan Miyano, setidaknya sebelum bertemu dengan Miyano, setidaknya papa Ito pengen makan sepuasnya”

“Hi hi hi, iya iya, papa Ito jangan sedih lah, Astrid akan masak semua yang papa Ito sukai lah. Astrid juga akan berusaha agar papa Ito sehat, nanti malam Astrid akan mulai belajar dari kitab mama Miyano biar bisa menyembuhkan penyakit papa Ito sama mas Paijo”

“Ha ha ha, terima kasih kamu telah mau belajar ilmunya mama Miyano Astrid, papa Ito sungguh sangat senang Miyano bisa punya murid kamu”

“Hei bajingan, ga usah bersedihlah, anakku sudah kamu ambil jadi anakmu, masih juga kamu cengeng, sebentar lagi kamu harus bisa menimang cucu. Jangan mati sebelum itu, aku sumpah2in kamu kalau mati sebelum menimang cucu”

“Ha ha ha, iha Atmo, aku bahagia ini, bukan bersedih, terima kasih membolehkan aku menikmati masa tuaku dengan ikut mempunyai anak perempuan yang cantik lagi pintar masak, ha ha ha
Lihat Atmo aku belum mau mati sebelum menimang cucu, ha ha ha”

Ya akhirnya Astrid diangkat anak oleh tuan Nakanishi karena sayangnya beliau dengan perilaku dan masakan Astrid. Pengangkatan itu bahkan diurus untuk disahkan secara hukum.

Bagi papa dan mama Astrid itu semua sebenarnya disetujui tanpa surat apapun sebab bagi kedua orang tua Astrid ini lebih karena demi membalas kebaikan tuan Nakanishi selama ini dan demi persahabatan yang sudah lama terjalin. Alasan utama lainnya adalah demi menumbuhkan semangat dan gairah hidup tuan Nakanishi di masa tuanya.

***

“Papa Ito, nanti malam Astrid mau memulai belajar ilmu dari kitab mama Miyano, mohon do’a restunya ya papa Ito”

“Iya anakku, kamu baik2 belajar ilmu dari mama Miyanomu, sebisa mungkin kuasai agar mama Miyano mu bisa bahagia di alam sana ya anakku”

“Baik papa Ito, Astrid akan belajar baik baik, Astrid ingin menyembuhkan sakit papa Ito, biar nanti anak Astrid bisa kenal papa Ito dan punya 2 kakek yang hebat disampingnya”

“Ha ha ha, papa belum mau mati Astrid, ga usah mikir macam2 ya nak, ga usah terbebani oleh apapun, yang penting kamu bisa belajar dengan baik, itu saja”

***

“Sayang, kitab Mama Miyano sudah di terjemahkan kah ?”
“Sudah, bahkan terjemahannya sudah diperiksa oleh Papa Ito, sudah direvisi pula sayangku”

“Ooww ok kalau begitu, kita siap2 baca ya sayang. Begini mas mau jelasin dulu soal baca2 kitab model begini, beda soalnya dengan kitab2 pelajaran sekolah atau majalah kayaknya.

Ada banyak bagian2 yang tersembunyi dan disampaikan secara kias dan belum tentu sekaligus kita memahaminya langsung.

Jadi sebelum belajar isinya kita baca2 dulu sampai habis ya sayang, baca saja jangan dipikir dulu pokoknya baca dulu sampai habis.

Setelah itu kita baca lagi kedua kalinya pelan2 sambil diresapi.
Baca lagi ke tiga lebih lambat lagi kalau perlu perbaris kita kupas.

Baru setelah baca2 sampai 3x kita lanjut dengan praktek nya ya sayang ?”

“Mmmm Astrid manut saja mas, ikut mas saja baiknya bagaimana”

KITAB REMBULAN MATAHARI

Pembuka dan Penutup

Duhai anakku belahan jiwaku sentuhlah rembulanmu maka kau bisa memeluk mataharimu
Rembulanmu adalah rahasiamu
Mataharimu adalah wujudmu
Rembulanmu tak akan pernah bersinar gemilang
Mataharimu tak akan memancar

Duhai dewiku permataku, lihatlah airmata tumpah
Lihatlah bagaimana darah mengalir
Lihatlah bayang2 tubuhmu mengikuti langkah
Lihatlah bagaimana kuku kukumu tumbuh
Lihatlah keriput itu menjelma
Lihatlah rambut tumbuh memutih

Duhai permaisuriku
Penghias istanaku
Buku ini aku tulis untukmu
Agar kamu bisa mengalahkan para dewa
Agar kamu bisa mempermalukan api asmara
Dewi cintapun malu kepadamu
Dewa2 tunduk dibawah kerlingan matamu
Rwmbulan dan Matahari pun redup karenamu

Buku ini aku tulis dengan darah dan airmata cintaku kepadamu
Dengan segenap serpihan tulang dan sekaligus sumsumnya
Dengan keringat dan desah nafasku
Dengan setiap pukulan pahat dan hujaman cangkulku
Dengan setiap mimpi dan terjagaku
Dengan setiap detak jantung dan berkwmbangnya paru2ku

Buku ini hanyalah kertas usang
Buku ini hanyalah sisa kayu bakar
Buku ini hanyalah kesiasiaan
Buku ini hanya sampah
Buku ini tak berguna

Hanyalah pembuka
Hanyalah cerita luka
Hanyalah candaan semata
Hanyalah kisah sebelum tidur panjang yang bernama kematianku.

Kematianku yang kusiapkan untuk hidupmu
Kematian
Kematian
Kematian
Tidur panjangku

Duhai anakku
Kematian membuka pintu kehidupan

Membaca kalimat2 dalam pembukaan, dada Astrid berdegub kencang. Ingin rasanya dirinnya membacanya lagi dan lagi.

Namun Paijo mengamitnya,
“Sayang kita lanjut halaman kedua ya, jangan biarkan kamu terpaku dengan apa yang ditulis di pembukaannga ya sayang”

“Eeeh iya kangmas, cuma Astrid takjub dengan kata2nya dan ingin mengulang2 membacanya, itu saja kok”

“Mmmm iya sayang, pembukaan ini nanti mas akan jelasin semuanya kalau sayangku sudah membaca keseluruhannya 3x sayang, setuju?”

Sambil berkata, Paijo mengerlingkan matanya dan tersenyum.

“Baik kangmas….”
“Ayo kita lanjutkan mambaca”

Begitulah malam itu mereka berdua membaca kitab itu sampai sekitar 20 lembar atau masih ⅓ tebalnya buku.

“Mmm…. Kita lanjut besok malam ya?”
“Kenapa mas ?”
“Biar malam ini kita tidak berat2 mengingat dan merangkainya sebelum tidur semua yang kita baca malam ini”
“Kenapa?”
“Setidaknya untuk keselamatan kita sendiri”
“Kok bisa?”

“Mmm sekarang saja sayangku merasa tidak agak mual2 ?”
“Haaaah ? Mmmm iya sih sedikit”
“Itu karena mencoba menyelaminya padahal kita lagi baca2 saja tanpa menyelaminya khan? Itulah daya tarik kitab2 kuno macam ini. Sayangku khan baru sembuh dari sakit, belum boleh berfikir terlalu keras, mmm tapi 20 lembar sudah cukup membuat siksaan di kala mau tidur sayang, nanti malam mas akan temani tidur kalau2 tenaga pernafasan sayangku bergolak gara2 pikiran terlalu larut didalam bacaan tadi”

“Mmmm iih senengnya… benar ini mau ditemani bobo Astridnya mas?”
“Mmm iya sayang”
“Aasyyiikkkkk”
“Hussh bobo ya ga ngapa ngapain ya”
“Hi hi hi, Astrid ga janji mas hi hi hi asyyikk”

***

Begitu senangnya Astrid akan ditemani tidur oleh Paijo nanti malam, cepat2 Astrid ingin ke ruang makan utk mengabarkannya kepada papa dan mamanya.

Namun begitu sampai di ruang makan, Astrid keheranan melihat semua yang duduk dimeja makan melihatnya dengan pandangan aneh.

“Eeeh kenapa semua lihat Astrid kaya begitu ?”

“Duuh naak kenapa kamu?” Itu rambutmu kok jadi pada berdiri nak?”
“Eeh beneran ma?”
“Iya nak, rambutmu coba lihat di kaca itu”

Segera Astrid ke dinding kaca yang memang dipasang untuk menambah kesan luas di ruang tengah.

“Maaaassssss Paaaaiiijooooo”

“Mmmm iya sayang?”
“Rambutku kenapa masss?”

“Itu karena sayangku susah sekali diaturnya. Mas tadi khan bilang baca saja, sayangku tadi mencoba mencerna sekaligus sambil baca, tenaga pernafasanmu bergolak, makanya tadi mas cukupkan baca2nya, mas ga mau sayangku luka dalam gara2 mempelajari kitab dengan cara yang salah sayang”

“Jadi, nanti malam mas mau menemani bobo buat ngobatin Astrid saja, bukan buat sayang2an ya? Iiih mas jahat deh”

“Hi hi hi, duh anakku kenapa marah2 sayang?, masmu itu sayang sama kamu lho, ga mau kamu menderita dan sakit, khan bagus tho? Makanya besok kalau belajar kitab yang nurut ya sayang?”

“Habisnya khan Astrid pengen cepet bisa biar bisa ngobati papa Ito ma, Astrid sayang sama papa Ito ma, pengen papa Ito cepet sembuh ma, hiks hiks hiks”

“Iiish anakku Astrid sayang, papa juga pengen sembuh anakku, cuma tidak dengan mengorbankan kamu sayang ya nak, kamu nurut ya nak sama masmu Paijo biar jalanmu benar dan lurus.

Papa ga mau kehilangan kamu gara2 kitab itu seperti halnya kehilangan mama Miyano nak, ya sayang.

Habis makan istirahat ya nak”

“Mmmm baik pa, iya pa Astrid salah karena ga nurut sama mas Paijo, maafkan Astrid ya mas”
“Iya sayang, yuk makan dulu gih, habis ini dikeloni deh sama mas”
“Iiih php doang kok mas Paijo ini, bilang saja ngobati Astrid, pake bilang ngelonin Astrid”

“Ha ha ha, Astrid, kadang pemilihan kata itu menyenangkan hati, anggap saja beneran Paijo ngeloni kamu lah, kan bisa seneng hatimu, jangan manyun2 gitu dong ha ha ha”

“Iiih papa ini, sukanya godain terus. Pokoknya sampai selesai belajar kitab, mas Paijo ngeloni Astrid terus sebodoh mau Astrid sakit mau kaga, ayo mas Paijo janji dulu”

“Hhhhaaaassshh janji apa tho? Duuh sayang iya sayang dikeloni deh sampai beres belajarnya hhhhaaduuuh iya dwh iya. Isssh ga malu sama papa mama apa sayangku bilang gitu ?”

“Biarin wweeek? Ayo cepet makan mas, habis itu kelonin Astrid mas”

“Iya sayang iya, makan cepet iya”

***

Malam itu Astrid dan Paijo lagi2 “terpaksa” tidur sekamar lagi.
Sebenarnya papa dan mama Astrid serta mas Kresna sudah tak mempermasalahkan soal itu, bagi mereka Astrid seolah sudah menjadi milik atau istri Paijo dengan segala perjuangannya merebut kesehatan bahkan jiwa Astrid.

Cuma memang mereka mengerti keinginan Paijo untuk menikah dulu sebelum mereka terlalu jauh bertindak seperti halnya tidur sekamar atau mandi bersama atau hal2 semacam itu.

Masalahnya adalah Paijo akan meminang Astrid setelah berhasil menjadi juara eksibisi catur dan menggunakan throphy nya sebagai mas kawinnya.

Cuma bagi Astrid itu bukan urusan besar, menikah adalah soal cinta ga peduli soal kasta ataupun derajat, Astrid cinta dan menerima Paijo apa adanya dan itu sudah cukup. Alasan2 Paijo agar nanti dirinya tidak malu bersuamikan seorang yang tak berpendidikan bagi Astrid itu semacam ketidak tulusan dalam mencintainya.

Namun Paijo sudah mengambil keputusan dan semua orang di rumah itu maklum bahwa ada perasaan rendah diri dalam diri Paijo yang memang sebaiknya dihilangkan dengan cara mengangkat derajat Paijo setinggi mungkin sehingga dirinya merasa layak menjadi pasangan hidup Astrid.

Semua memakluminya, bahkan sebenarnya cenderung menyetujuinya, sebab pernikahan adalah soal bagaimana merawat rasa bukan soal sesaat dan itu butuh banyak hal, salah satunya pengertian dan rasa nyaman. Kebanggan bagaimanapun juga adalah salah satu hal yang membuat pasangan merasa nyaman.

Ada banyak pernikahan tidak seimbang terjadi dan biasanya menggebu2 di awal2 hubungan mereka dan kemudian biasanya mulai mengalami keretakan setelah realitas hidup di masyarakat mulai menjadi hal2 yang mempengaruhi hubungan itu.

Gunjingan, pandangan miring dan cemooh orang lain biasanya lama2 memunculkan pengaruhnya saat pasangan itu mulai berselisih paham. Memang tak selamanya seperti itu, tapi kebanyakan kandasnya hubungan tak sebanding itu sering terjadi gara2 itu juga.

Cara Paijo mengundurkan atau menantikan urusan pribadinya dan lebih mementingkan kebanggan bagi ibunya sebelum dia menikah juga merupakan hal yang diacungi jempol. Tampak bahwa Paijo tak aji mumpung dan memberi kesempatan berfikir kepada Astrid bahwa boleh jadi perasaannya bisa salah paham dengan soal hutang budi, sebab cinta dan hutang budi tipis bedanya.

Papa dan mama Paijo sekalipun paham bahwa Astrid bersungguh2 mencintai Paijo bahkan sampai memutuskan hubungannya dengan pacarnya jauh sebelum dia diobati Paijo, tetapi memberikan ruang bagi Paijo guna meyakini bahwa putri mereka benar2 cinta dan sayang pada Paijo.

Soal rasa memang tak bisa dipaksakan. Biarlah waktu yang akan menentukan jalannya roda kehidupan.

***

Bersambung

Daftar Part