Buku Lawas Part 19

Buku Lawas Part 19
Ranjang Pengantin
Paijo sangat bingung kali ini, tak hanya mbak Astrid, sekarang pakdhe dan budhenya malah memintanya untuk tidur sekamar bahkan seranjang dengan mbak Astrid. Sebenarnya alasan utama Paijo adalah rasa malu dan rendah diri saja, bagaimanapun juNga dirinya yang tadinya hanya seorang pembantu dan bukan seorang yang berpendidikan tinggi.
Terus terang Paijo sangat minder kalau dekat2 dengan mbak Astrid. Paijo merasa “bukan level” buat mbak Astrid, itulah yang selalu membebaninya selama ini. Bagaimanapun Paijo tahu dirilah siapa dirinya dan siapa mbak Astrid.
Katakanlah mbak Astrid mau merendahkan dirinya untuk Paijo brlum tentu itu berlaku selamanya. Ada masa dimana mungkin mbak Astrid merasa salah dengan keputusannya dan mengungkit2 masa lalu Paijo, itu yang ditakutkan oleh Paijo.
Banyak hal yang harus dipikirkan karena ini adalah realitas kehidupan dan bukanlah fairytale yang menceritakan ujungnya selalu berbahagia selamanya. Bukan pangeran kodok yang bertemu seorang putri raja dan akhirnya jatuh cinta dan hidup bahagia.
Ini soal Paijo yang hanyalah pembantu, yang dicintai oleh putri majikannya. Paijo benar2 dalam kondisi stress berat.
***
Namun Paijo tetaplah Paijo sang pembantu dengan dedikasi yang tinggi. Disuruh keselatan dia keselatan, disuruh macul dia macul. Disuruh ngelonin anak majikan dia lakukan juga sekalipun dengan sejuta keraguan dan rasa minder yang luar biasa.
Taatnya pada majikan sungguh sangat luar biasa, tanpa banyak bicara dan mengeluh.
Kali ini sudah 3 balikan Paijo mengusung barang2 ke kamar Mbak Astrid dengan wajah lesu dan seolah tak bergairah.
Papa mama Astrid yang melihat itu hanya tersenyum saja, bagi mereka sikap Paijo yang seperti itu biasa saja. Selalu begitu kalau merasa dia ga setuju tapi pasti ditaati.
***
Kali ketiga Paijo memasukkan segala bahan yang dibutuhkan untuk pengobatan mbak Astrid, tiba2 Astrid terbangun.
“Maasss sini dong peluuukkk”
“Eeh”
“Maasss”
“Iya sayang iya”
Kemudian Paijo duduk disamping Astrid.
“Mmmm bobok sini dong pelukiinnn”
“Mmmm iya iya geser sana dikit dong sayang”
Kemudian dengan malas2an Paijo berbaring, tiba2 mbak Astrid menghadap ke arahnya dan memeluknya sambil memejamkan matanya.
“Mmas jangan bangun ya, Astrid pengen disayang sayang sambil tidur”
“Iya sayang”
Kemudian Paijo mengelus2 kepala Astrid dengan lembutnya. Sambil sesekali menepuk2 punggung Astrid.
Astrid dengan cepat terlelap kembali dengan memeluk erat Paijo.
Paijo pun kemudian merasa kepalanya memberat dan ikut terlelap.
***
Papa dan mama Astrid melihat Paijo tak keluar2 dari kamar timbul rasa ingin tahunya, perlahan membuka pintu dan mengintip kedalam.
“Ssst paa, mesraaanyaa yaa”
“Duh maaa papa jadi pengen mesra2an juga maaa”
“Issssh katanya mau main catur sama Nakanishi mas”
“Haaah iya ya. Dah ma, tutup pintunya kita jangan lama2 ngintip jadi pengen soalnya”
“Hi hi hi papa nih mikirnya jorok we terus”
“Ha ha ha baru setelah 7 tahun bisa menembak ma, jadi pengen terus ma”
“Hi hi hi mama juga pengen ditembak kok pa, ayuk lah pa sejurus saja ga papa”
“Ha ha ha hayuuu ma”
***
Astrid terbangun dengan tubuh sangat segar, tidurnya kali ini penuh kedamaian sehingga benar2 tidurnya merupakan tidur dengan mutu tidur yang tinggi.
Meskipun terbangun, Astrid tidak beranjak dari posisinya yang nyaman. Kepalanya rebah di dada Paijo dan kakinya menimpa kaki Paijo.
Dada Paijo yang naik turun selaras dengan nafasnya bagi Astrid merupakan anugerah yang berharga. Kenyamanan dan rasa damai benar2 membuat Astris tak takut akan serangan sakit kepala yang sering timbul selama ini.
Astrid kemudian mencium pipi Paijo yang dicintainya, berkali2 diciumnya pipi Paijo dan dielusnya dadanya. Astrid benar2 merasa damai dengan suasana ini sehingga kemudian direbahkannya kepalanya dan kembali terlelap.
Menjelang hampir malam hari mereka berdua terbangun. Benar2 terbangun.
***
Paijo melihat Astrid dengan penuh keheranan, sesekali dirabanya kepala Astrid. Dibalik2 badan Astrid oleh Paijo sehingga dipijitnya beberapa titik yang diinginkan ternyata malah membuat Paijo kebingungan.
Sampai2 kaki Astrid juga dipijit-pijit oleh Paijo.
Begitu heran dan bingungnya Paijo sampai akhirnya bangun dan jalan2 di sekitar tempat tidur sambil memegang kepalanya seolah sedang bingung sangat.
Kemudian Paijo kembali mendekati Astrid yang juga bengong melihat Paijo kebingungan, dipegangnya pipinya dan dikecupnya dahinya.
Setelah itu dipengangnya kepala Astrid diperiksanya. Dibaliknya punggung Astrid dan dipijit juga.
Paijo semakin heran dan kembali berjalan2 sambil memegang kepalanya.
***
Astrid tersenyum2 sambil menutup mulutnya takut Paijo tersinggung.
Setidaknya dirinya sudah dicium pipi 2x dan cium bibir 3x serta berkali2 diraba dan dipijit, bahkan dibolak balik tubuhnya ga jelas ada apa.
Paijo masih bingung dan jalan sambil pegang2 kepalanya.
Bahkan sampai papa mama Astrid membuka pintu Paijo masih konsentrasi ala orang bingung tak hirau siapa yang membuka pintu dan masuk ke dalam kamar.
Melihat Astrid tertawa tertahan sambil menutup mulutnya dan Paijo kebingungan sangat, jelas papa mama Astrid heran dan takjub sekali.
“Nak Paijo, kenapa kayak orang bingung begitu? Astrid kenapa ketawa2 ga jelas gitu nak?”
Paijo seolah tak mendengarnya, konsentrasinya kali ini sangat tinggi.
“Pa ma, kayaknya Paijo menemukan sesuatu pada diri Astrid, dari tadi Astrid dah dicium pipi 2x dicium bibir 3x terus habis dicium dipijit dan dibolak balik badan astri diraba sana sini. Habia itu mas Paijo bingung lagi jalan kayak begitu pa ma”
“Eh, ada cerita model begitu? Eh… Astrid dari siang tadi kumat dah kumat lagi berapa kali ?”
“Astrid ga kumat2 sakitnya kok, tadi tidur nyenyak dah dipeluk mas Paijo”
“Eeeh ada cerita model begitu ?”
“Iiih papa dari tadi model model saja, apa sih maksudnya bicara begitu ?”
“Begini nak, tadi Paijo bilang kamu bakalan kumat paling lama 7 jam sekali begitu sampai 3 minggunke depan, belum2 gara2 kamu dikeloni Paijo jadi ga kumat2 ini sudah 10 jam lho kamu ga kumat.
Kayaknya kamu dicium2 tadi buat ngetest saja nak kira2 nambah waktu ga kumat ngga nya”
“Eh iya pakdhe begitu, cuma ada yang aneh nih pakdhe”
Paijo tiba2 berhenti berjalan dan menyela omongan pakdhenya, tapi kemudian kembali lagi berjalan berputar2 sambil memegangi kepalanya. Begitu terus sambil kadang menganggukkan kepala kadang menggelengkan kepala.
“Eee Paijo lagi mumet ma, kita keluar saja daripada ikut mumet”
“Hi hi hi iya pa, mama juga mumet nih pa”
***
Sepeninggal papa mama Astrid Paijo segera mengunci pintu.
“Sayang, mas punya ide buat nyembuhin Astrid cantik ini, sayang nurut ya sama mas”
“Baik suamiku, Astrid nurut sama suami”
Mendengar jawaban itu Paijo naik ke tempat tidur memeluk Astrid dan kemudian melumat mulut Astrid. Begitu membara lumatan bibir Paijo yang memahami titik2 rangsangan wanita membuat Astrid benar2 terbakar secara tiba2.
Astrid tak kuasa untuk tidak membalas lumatan Paijo dan mencoba membelitkan lidahnya menerobos bibir Paijo. Tangan Paijo tak tinggal diam. Segera dirabanya seluruh titik pusat syaraf birahi milik Astrid.
Dengan seluruh kemampuan dan tenaga pernafasannya Paijo membangkitkan tenaga nafas Astrid guna mengimbangi tenaga milik Paijo. Dan pengaruhnya benar2 luar biasa, Astrid seolah dikendalikan oleh Paijo secara jasmani ruhani dan secara tenaga pernafasan.
Kontan saja Astrid bisa dibawa menuju puncak birahinya dalam waktu singkat. Terlonjak lonjak badannya terbawa arus birahi hingga kemudian Astrid menjerit.
“Aaaaachhhhhhhhh maaasssss”
Lagi2 Paijo tak berhenti, dan secara intens Astridpu mengalami orgasme secara beruntun.
“Aaaachhhhhhhh”
“Aaaaaaaachhhhhh”
Akhirnya Astridpun ambrug lemas dalam pelukan Paijo, matanya terpejam mulutnya akhirnya menyinggingkan senyuman yang paling manis buat kekasihnya.
“Haaaaah haaah haaah
Terima kasih sayangggggkuuuu”
Selanjutnya Astrid terlelap dalam tidurnya setelah mengalami orgasme secara luar biasa.
Paijo kemudian membaringkan Astrid dan menyelimutinya. Lagi2 Paijo mengecup kening Astrid menenangkannya. Setelah dirasanya Astrid sudah terlelap dalam tidurnya yang nyenyak, Paijo membuka kunci kamar dan berjalan keluar kamar menuju ruang baca.
Satu tujuan Paijo ke ruang baca, dia ingin mengambil buku pijat jilid 3 yang diletakkan di rak buku.
Kembali dari ruang baca membawa buku pijatnya, Paijo masuk kamar kembali dan membuka2 kitab tersebut dan sejenak kemudian dia larut dalam bacaannya tanpa menghiraukan waktu lagi.
Begitu larutnya sehingga papa dan mama Astrid kala memanggilnya seolah tak dihiraukannya. Melihat Paijo kembali masuk dalam bacaannya, papa Astrid kemudian menutup pintu kamar dan ke meja makan.
“Aassssshhhh maaf Nakanishi, Paijo saat ini kaya orang gila gara2 mengobati Astrid. Sikap dia saat ini seolah tak menghiaraukan sama sekali keadaan sekitarnya. Aasssshhhh”
“Sudahlah Atmo, saya sangat bangga padanya, saya benar2 rela dialah pewaris segala ilmuku bahkan ilmu milik Miyano. Anak itu benar2 luar biasa. Dia sanggup melakukan apa yang aku selama bertahun2 gagal lakukan hanya dengan sekali baca saja.
Sabar saja Atmo, dia begitu juga karena memikirkan penyakitku, lihat saja sebentar lagi dia akan menemuik Atmo”
“Darimana kamu tahu Nakanishi?”
“Ha ha ha, aku tahu karena aku sering melihat Miyano seperti dirinya kala terpaku dan fokus pada ilmu2nya
Ha ha ha dulu aku sempat marah2 karena merasa tidak dihargai, aku lihat anakmu untungnya nurut tak seperti diriku yang suka marah2 dulu itu, aaaahhhhsssss aku sungguh menyesali perbuatanku pada Miyano, Atmo.
Justru Paijo lah yang kemaren membuka rahasia kenapa kami dulu gagal Atmo, hanya dengan sekali baca, mengalahkan segala rasa cintaku kepada Miyano. Aku terlalu egois, Miyano juga, berbeda dengan kondisi anakmu dan Paijo
Maka, berbesar hatilah kamu Atmo, anakmu akan segera sembuh, aku bahkan punya keyakinan bakal sembuh juga
Ha ha ha aku tidak sedang bermimpi Atmo, aku sedang serakah ingin melihat Paijo menjadi Besar sekarang ini”
***
KLETEK
Pintu ruang astrid terbuka tepat sejenak setelah makan malam usai.
Nampak Paijo dalam wajah kebingungan berjalan menuju tuan Nakanishi.
“Tuan, sekiranya saya punya keyakinan 50% saja bisa mengobati tuan, bersediakah tuan saya mulai obati sekarang?”
“Ha ha ha ha
Anakku, jangan kata 50%, sungguh 30% sajapun aku mau kamu mulai obati anakku.
Jangan takut gagal.
Itu jodohmu”
Paijo terjatuh menyembah tuan Nakanishi,
“Terima kasih sangat tuan, terima kasih atas kesediaannya
Mari tuan kita latihan di ruang ini tuan, biar saya masih bisa dekat dengan Astrid Tuan”
Kemudian Paijo mengganti pakaiannya menjadi mengenakan baju latihan aliran Dojo Nakanishi. Demikian juga tuan Nakanishi.
Keduanya lalu berlatih tapi kali ini latihannya agak aneh, karena hampir disetiap gerakan tuan Nakanishi, Paijo memberikan reaksi yang kadang aneh2. Kadang menotok kadang meraba dan menekan dan kadang dengan memukul daerah tertentu.
“Tuan tarik napas dalam2, lebih dalam lagi, tahan, terus tahan TAHAAAN……”
Dengan sambil berteriak, Paijo seolah memukul keras dengan telapak tangannya punggung tuan Nakanishi, begitu kerasnya sehingga timbul muncul suara pukulan yang keras.
“Lepassssss……”
Begitu berteriak lepas Paijo memutar tubuhnya menghadap ke arah tuan Nakanishi menotok dada tuan Nakanishi kuat kuat, sehingga muncul suara drukduk drukduk.
“Aaaaaarrrrggggggghhhhhhhh”
Tiba2 Tuan Nakanishi berteriak kencang seolah macan sedang marah.
Paijo kemudian menarik tangan tuan Nakanishi dan seolah memukul perut berulang drukduk drukduk.
Terakhir Paijo menotok punggung tuan Nakanishi bagian pinggang tepatnya.
Lagi2 reaksi tuan Nakanishi adalah berteriak kencang
“Aaaaaaaarrrgggggggghhhhhh”
Akhirnya Paijo seolah menotok leher tuan Nakanishi sehingga rebah terkulai. Anehnya beliau langsung tertidur lelap sekali.
Paijo kemudian mengangkat tubuh gurunya dan membaringkannya di kamarnya serta menyelimutinya.
Dengan cekatan Paijo membuat ramuan seduh dan meletakkan dimeja samping tempat tidur tuan Nakanishi.
“Pakdhe boleh saya minta tolong?”
“Apa nak, bilang saja”
“Nanti begitu tuan Nakanishi bangun tolong diminta minum ramuan saya.
Terus habis ini saya akan lanjut mengobati Astrid, maaf kalau boleh jangan diganggu, terus mohon kami berdua disiapkan makan oleh mbak Jum sama dengan makanan pagi tadi”
“Iya anakku, makanishi serahkan padaku, makanan juga segera disiapkan. Kamarmu dan Astrid aku sendir juga yang akan menjaganya nak. Jangan bimbang selesaikan saja apa yang menjadi tugasmu”
“Terima kasih pakdhe, saya pamit masuk dulu pakdhe budhe mas Kresna”
“Ya nak…”
“Yaa jooo, titip adekku”
“Ya sayang, mama berdoa selaku untukmu”
“Terima kasih pakdhe budhe dan mas Kresna, Paijo mohon do’anya”
Kemudian Paijo memasuki kamar pengantinnya dan menutup pintunya rapat2 sembari menguncinya.
***
Bersambung