Buku Lawas Part 16

Buku Lawas Part 16
ILMU RAHASIA NAKANISHI
Sepulang dari desanya Paijo pergi ke rumah tuan Nakanishi. Hari ini memang hari Rabu, tapi berhubung hari sabtu kemaren Paijo sedang ke deaanya, maka jadwal kunjungan ke rumah tuan Nakanishi diganti hari Rabu.
Paijo pergi sendiri tidak lagi diantar oleh mas Dodik, karena Paijo sudah tahu caranya pergi ke rumah Tuan Nakanishi dengan kendaraan umum. Rencananya Paijo akan menginap selama 3 hari, pulang kembali ke rumah papa Astrid hari Sabtunya.
Semacam rapelan karena 2 minggu kedepan tuan Nakanishi hendak pergi ke Jepang mengunjungi kerabatmya disana.
Tidak seperti biasanya, dimana Paijo begitu sampai langsung tenggelam dalam kesibukan mengatur dan merawat tanaman bonsai dan bermacam tanaman di taman, kali ini tuan Nakanishi langsung mengajak Paijo ke rumah samping dimana tuan Nakanishi suka berlatih kendo (semacam ilmu beladiri ala Jepang)
Baru kali ini beliau mengajak Paijo kemari. Paijo sendiri heran kenapa demikian.
Begitu sampai di dalam, Paijo disuruh berganti pakaian dengan pakaian latihan untuk belajar kendo. Sambil bingung sendiri, Paijo tak bertanya macam2 dan langsung mengganti pakaiannya.
Setelah itu Paijo berdiri berhadapan dengan tuan Nakanishi seperti yang diminta. Tuan Nakanishi memberikan Hormat membungkuk ala jepang. Buru2 Paijo melakukan hal serupa, setidaknya untuk hal ini Paijo sudah memahami karena melihat di Youtube atau membaca buku2 di perpustakaan.
“Anakku, mulai hari ini aku akan mengajarkan ilmu bela diri khas keluargaku, ilmu bela diri yang akan membuatmu selalu waspada dalam hidup dan kehidupanmu.
Ilmu ini turun temurun diajarkan dalam keluargaku, sampai akhirnya aku kuasai sendiri. Dan karena aku tak punya keturunan maka ilmu ini aku wariskan kepadamu. Kelak kamu harap ajarkan kepada anakmu saja dan kepada orang jepang yang menurutmu baik.
Bagaimanapun ilmu ini adalah ilmu dari Jepang dan harus kembali ke Jepang, untuk itu aku mohon bantuanmu”
Selesai berkata, tuan Nakanishi kembali memberikan penghormatan sebagai wujud permintaan yang amat sangat.
“Baik tuan, saya akan pelajari untuk tuan, kelak kalau ada orang jepang yang saya temui dan saya pandang dia baik akan saya ajarkan ilmu keluarga tuan. Soal menurunkan ilmu ke anak saya, nanti akan saya pikirkan kelak bagaimana baiknya saja”
Paijo pun membungkuk tanda menerima permintaan tuan Nakanishi.
***
“Anakku, dalam pertandingan catur, ada istilah makan memakan bidak, kadang untuk menang kita harus merelakan menteri kita dimakan dulu oleh lawan sebagai pancingan.
Dalam kehidupan sehari2 kadang kita harus kejam dan bertindak seolah binatang demi berlangsungnya hidup juga.
Dalam banyak hal kita sering dihadapkan kepada masalah2 yang sulit dan memerlukan pengorbanan tinggi anakku.
Belajar bela diri di dalam dunia yang sudah tua ini merupakan keharusan. Bukan untuk mencelakakan orang, lebih dari itu untuk menyelamatkan orang. Sekalipun dalam menyelamatkan orang lain kita harus menggunakan kekerasan yang berakibat celakanya orang yang jahat.
Belajar bela diri sangat berguna untuk meningkatkan insting mu yang diperlukan dalam permainan catur. Kalau belajar bonsai kamu belajar kesabaran dan pengenalan tentang lawan2mu di permainan catur.
Maka belajar bela diri adalah cara kamu belajar menyerang dan melumpuhkan lawan dengan jitu baik cara maupun waktunya.
“Baik tuan, Paijo akan belajar sungguh2 sekemampuan Paijo”
Sehari itu Paijo benar2 tenggelam dalam dunia bela diri kendo.
Bagaimana kuda2nya..
Bagaimana mcara memegang tongkat kayunya yang seolah dimisalkan sebuah samurai.
Bagaimana bertahan dan bagaimana menyerang.
Bagaimana pernafasannya..
Bagaimana jurus2nya…
Bagaimana mengenali serangan
Bagaimana mematahkan serangan.
3 hari itu Paijo di dalam Dojo (tempat latihan) bela diri. Berlatih dasar2 ilmu keluarga Nakanishi. Sama sekali tidak keluar dan sama sekali tidak tidur.
Istirahatnya hanya berupa latihan pernafasan.
Beruntung Paijo sudah sering berlatih pernafasan untuk memijat sehingga bisa menjalankan pernafasan ala perguruan Nakanishi dengan tanpa kesulitan.
***
“Anakku, hari ini kita berlatih menggunakan tenaga dalam untuk menyerang. Coba lihat”
Tuan Nakanishi kemudian berdiri menggenggam pedang kayunya konsentrasi sejenak dan kemudian mengibaskan pedangnya. Sontak 5 buah lilin di jarak 10 meter itu padam terkena gelombang angin atau entah apa yang dikeluarkan dari pedang tuan Nakanishi.
Paijo benar2 tercengang, sebab jarak lilin yang dituju oleh tuan Nakanishi sangat jauh. Itu artinya bahkan tanpa.menyentuh sekalipun tuan Nakanishi sanggup menyerang lawan bahkan melumpuhkannya hanya dengan satu kibasan pedangnya.
Paijo benar2 tercekat.
Ilmu tuan Nakanishi benar2 nggigirisi (luar biasa) dalam pandangannya.
“Anakku coba kamu latih caraku tadi”
“Baik Tuan”
Dalam buku pijat jilid ke 3, Paijo setidaknya memahami bagaimana memijat jarak jauh sehingga kalaulah dia bisa menguasai maka perlu lagi baginnya memijat langsung di memek seorang perempuan, alalagi memasukkan kontolnya ke dalam memek hanya untuk memijat bagian dalamnya, namun ilmu tersebut baru dikuasai kulit nya saja.
Inti dasarnya adalah menyalurkan energi melalui alat atau benda lain. Tapi bagaimanpun kali ini berbeda karena ada jarak diantara tongkat kayu dan lilin dan jaraknya bukan sejengkal namun 10 meter.
Paijo hanya diam termenung mencoba menganalisa bagaimana proses yang terjadi secara konsep. Secara kasat mata seolah hanya kibasan pedang mematikan lilin, namun secara konsep bagaimana itu terjadi Paijo masih gelap.
Tiba2 Paijo teringat kata2 di dalam buku jilid 3 yang masih belum jelas waktu dibacanya berulang2
“Jarak itu bukan kenyataan, pandangan juga bukan kenyataan namun pikiranlah kenyataan itu sendiri”
Dengan mengandalkan loncatan pemikirannya yang belum tentu benar tapi itula satu2nya yang memungkinkan, maka Paijo berkonsentrasi melihat lilin di kejauhan sana namun mencoba berfikir itu hanya sejengkal darinya.
Konsentrasi dan pernafasan mulai dijalankan oleh Paijo.
Timbul keanehan….
Lilin di depannya tiba2 bergerak seolah dihembus oleh angin.
Semakin lama semakin keras…
Dan mati…
Tanpa Paijo menggerakkan pedangnya.
Tanpa bergerak sama sekali !!!!
Lilin itu mati….
Tuan Nakanishi tertawa terbahak bahak….
“Ha ha ha ha, tuhanku, engkau ternyata suka bermain2 denganku, disaat aku putus asa, kau kirimkan anak ini padaku…. Ha ha ha”
Dalam tertawanya ada seolah jeritan tangis yang memilukan karena penyesalan yang mendalam.
Seolah tuan Nakanishi menyesali mengapa lertemuan dengan Paijo baru ada disaat dirinya hampir2 putus asa.
Paijo yang melihat tuan Nakanishi tertawa terbahak bahak sambil menangis seolah sedih luar biasa segera bersujud menyembah kepada gurunya…
“Ampunkan saya tuan seandainya saya telah berbuat salah padamu tuan”
“Ha ha ha, anakku kamu bangunlah, kamu sedikitpun tak salah, aku hanya menyesali mengapa baru ketemu kamu disaat umurku sudah demikian singkat”
“Tuan, umur manusia mana bisa ditentukan oleh manusia tuan? Boleh jadi tuan masih berumur sangat panjang”
“Anakku, aku saat ini telah menderita sakit dalam yang luar biasa, tadi saja hampir2 aku tak bisa melakukan jurus pamungkas ilmu leluhurku. Kamu baru melihat saja sudah bisa menguasai apa yang belum aku kuasai. Ketahuilah yang kamu peragakan tadi adalah inti dari ilmu keluarga Nakanishi.
Pikiran meremas tulang.
Yang aku peragakan adalah kulitnya saja, aku masih membutuhkan gerakan, sedangkan gerakanmu seluruhnya ada dalam pikiranmu,
Anakku kamu benar2 malaikat yang diturunkan dari langit guna memberikan senyuman di bibirku anakku”
“Tuan kalau boleh, saya ingin memeriksa penyakit tuan, ijinkan saya mengobatinya tuan”
“Mmmm bolehlah kamu periksa dan kamu usahakan mengobatinya biar kamu tidak penasaran anakku”
“Tapi bolehkah saya mengobati tuan di rumah tuan saya ?”
“Kenapa anakku?”
“Sudah 3 hari saya meninggalkan rumah tuan, banyak kewajiban saya yang harus saya kerjakan disana, lagi pula, rasanya tempat saya lebih sesuai bagi tuan”
“Ha ha ha tempatmu lebih sesuai ? Mana bisa begitu ?”
“Sebab tempat ini seolah kuburan bagi tuan, banyak kenangan yang penuh kesedihan disini, di tempat tuan saya, tuan akan menemukan banyak gairah kehidupan tuan”
“Ha ha ha, ya sudah aku ikut bagaimana baiknya menurut kamu saja, sebentar aku mau telpon si Atmo dulu”
“Hei Atmo, dirumahmu ada tempat tidur sisa ga? Muridku ingin mengobatiku di rumahmu soalnya?
Ha ha ha ha
Kamu selalu ga mau rugi Atmo…
Ha ha ha iya iya aku akan jadi teman main caturmu disana dasar bajingan kau Atmo
Ha ha ha
Ok deh aku tunggu kedatangan sopirmu kemari, aku siap2 dulu Atmo, kira2 2 jam lagi aku siap Atmo.
Terima kasih ya Atmo,
Bye”
“Ha ha ha ok anakku, kita pergi ke rumah tuanmu, aku berbenah dulu ya, kamu cepat mandi dan bersiap2 pergi”
“Baik tuan, terima kasih sudah mendengar usul saya tuan”
***
“Maaa…
Maaaa dimana kamu sayang ?”
“Ada apa toh pa kok pakai teriak2 segala?”
“Ha ha ha Nakanishi mau nginap disini ma, entah bagaimana kisahnya, dia mau diobati oleh Paijo ma dirumah ini.
Ha ha ha….
Ternyata bajingan itu akhirnya bisa dibujuk juga oleh Paijo ma”
“Iya gitu pa?”
“Iya ma, sepat minta mbak Jum siapkan kamar buat tuan Nakanishi, kamar tamu yang di samping itu ma, biar dia senang bisa lihat paijo merawat bonsainya”
“Eeh baik pa,
mbaaaaak juuum
Mbaaaak Juuum”
Mama Astrid berlari kebelakang sambil memanggil manggil mbak Jum
“Ada apa ndoro?”
“Eh kamu cepat beresin kamar tamu yang disamping depan ya, ada tamu penting mau nginap di rumah ini, sprei nya ganti pakai yang motif bunga2 warna biru ya”
“Eeemmm ya ndoro, mbak Jum akan siapkan”
“Habis itu masak ikan salmon kesukaan papa Astrid ya. Minta mas Dodik segera belanja ke supermaket di depan sana. Semuanya tolong bantu2 ya mbak, penting ini”
“Eeeh baik ndoro”
***
Entah kenapa aura kegembiraan dan buru2 ikut mewarnai rumah itu sekaligus, semua bergerak cepat dan penuh kerja sama.
Semua orang sangat penasaran akan siapa yang datang. Semua orang ingin memberikan pelayanan yang terbaik mengingat betapa tamu yang datang kelihatan sangat penting di mata ndoro tuan dan ndoro putri.
Mbak Astrid dan Mas Kresna terpaksa mangkir dari kuliahnya gara2 disuruh cepat pulang demi menyambut tamu yang akan datang.
Semua orang bersiap siap, kamar tamu depan sudah dipersiapkan khusus, bahkan ndoro tuan dan ndoro putri sendiri yang memeriksa persiapannya. Jendela2nya sudah dibuka lebar2 sehingga hawa kamar itu sedemikian segarnya sekarang.
Bunga2 dipasang dan diatur sedemikian rupa sehingga terlihat semarak dan siap menyambut tamu.
Yang pasti semuanya heran dan semuanya luar biasa penasaran. Siapakah gerangan yang ingin disambut sebagai tamu agung ?
Seumur umur ikut ndoro tuan dan ndoro putri, belum pernah tuannya begitu semangat dan begitu senangnya menyambut seorang tamu.
Halaman depan disapu bersih bahkan sudah tak terlihat ada sehelai daun jatuh sekalipun.
Buah buahan sudah diletakkan di mampan dan ditata apik serta benar2 terpilih kesegarannya.
Tuan dan nyonya sudah berdandan rapih, sekalipun dengan baju rumahan tapi tetap saja sangat rapih.
Begitupun mas Kresna dan mbak Astrid.
Untungnya semua persiapan sudah selesai ketika sang tamu datang bersama mas Dodik yang menjemputnya.
Kemudian nampak turun Paijo….
Dan seorang yang sudah berumur setara dengan ndoro tuan, sudah mulai beruban dan jelas berwajah jepang atau korea, tuan Nakanishi…
“Ha ha ha Atmo sialan kau, gara2 Paijo akun terpaksa keluar Rumah ha ha ha”
“Ha ha ha, bajingan kaya kamu seharusnya keluar rumah dari dulu ha ha ha, mari silahkan masuk”
“Selamat datang tuan Nakanishi?”
“Heeiii Kinanthi, masih kena peletnya si Atmo rupanya kamu ya, ha ha ha, maafkan saya Kinanthi, Paijo benar2 bajingan, dia mau mengobati saya kalau dirumah ini ha ha ha”
“Gurunya bajingan tentu muridnya bajingan tuan hi hi hi”
“Ha ha ha Atmo, bajingan kau, istrimu kamu ajari memaki pula rupanya ha ha ha”
“Ha ha ha, jelas lah itu Nakanishi, eh kenalkan ini anak2ku Kresna dan Astrid”
“Hai anak muda, salam kenal ya, mmm anak lelakimu benar2 gagah Atmo, sepertinya bisa membuat bonsai dia rupanya ya”
“Ha ha ha, dia belajar sendiri, sebab bajingan macam kamu mana mau ngajari anakku”
“Ha ha ha, Kresna, sini nak”
“Ya tuan”
Kresna membungkuk ala jepang dihadapan tuan Nakanishi
“Mmm selama aku disini kamu mau belajar bonsai dari orang tua ini kah ?”
Mendengar kata2 tuan Nakanishi, langsung kresna menyembah ber”paikui” kepada tuan Nakanishi.
“Ha ha ha bangun nak, sejak sekarang kamu jadi muridku nak”
“Terima kasih tuan”
“Ha ha ha baik baik kamu ya, nanti kalau senggang kita belajar bersama dengan Paijo”
“Terima kasih tuan”
“Mmmm Astrid ini beda dengan kakaknya rupanya, mmmm matanya indah seperti ibunya cantik seperti ibunya….
Tapi kayaknya nakal seperti bapaknya
Ha ha ha”
“Terima kasih tuan, cuma…..”
“Cuma apa nak?”
“Sepertinya tuan sangat pilih kasih, Paijo diangkat murid, mas Kresna juga, saya cuma dapat pujian sekaligus makian”
“Ha ha ha, aaseeeem Atmo benar kan dia mirip2 kamu, nakal dan sedikit licik, ha ha ha, enaknya diajari apa Atmo?”
“Ha ha ha kamu ini masih saja suka berbelit macam bajingan Nakanishi ha ha ha, bilang saja ga mau ngajari putri saya lah”
“Sialan kamu Atmo, ha ha ha terpaksa habis semua ilmuku di rumah ini, ha ha ha.
Paijo sini kamu nak”
“Ya tuan, kamu sekarang balik kerumahku, ambilkan peti berwarna pink di kamarku bawa sini”
“Baik tuan”
“Mas Dodik, tolong antar Paijo kembali ke rumah Nakanishi ya”
“Ha ha ha,
Astrid nanti kamu belajar ilmu yang Miyano miliki, nanti kamu harus belajar sama Paijo untuk bisa mengerti, sebab di dunia ini, sepertinya hanya Paijo yang paham ilmu milik Miyano”
Sembari berkata2 tuan Nakanishi nampak meneteskan air matanya, teringat akan istrinya yang sudah menginggal dunia.
Mendengar tuan Nakanishi hendak mewariskan ilmu istrinya kepadanya Astridpun melakukan sembah paikui kepada tuan Nakanishi.
“Ha ha ha, Astrid ingat baik2 ya nak, ilmu yang aku serahkan padamu adalah ilmu milik istriku Miyano, nanti sampaikan hormatmu sendiri di makamnya ya nak.
Tapi ingat, ilmu itu ga ada yang bisa mengajarkan kepadamu, bahkan aku sendiri tak bisa. Rasanya hanya Paijo yang bisa mengjarkan padamu. Kamu sanggup belajar kepada Paijo nak ?”
“Eeeh memangnya ilmu apaan tuan?”
“Nanti kamu lihat sendiri dan kamu periksa apa2 saja yang ada di dalam peti peninggalan Miyano, setelah itu putuskan sendiri kamu akan pelajari atau tidak ya nak.
Aku tak bisa menjelaskan kepadamu di depan orang lain.”
“Mmm baik tuan, tapi sebelumnya terima kasih tuan”
“Ha ha ha Bajingan kau Atmo, semuanya kamu kuras habis. Ha ha ha hari ini aku ingin makan besar, katanya kau sudah suruh istrimu masak salmon hah?”
“Ha ha ha, ayolah aku sudah terima baranmu, waktunya aku menjamu kamu kunyuk ha ha ha”
“Hi hi hi, mari tuan ke arah sini tuan”
“Ha ha ha, mendengar tadi sopirmu beli salmon, benar2 aku pengen makan nih Atmo”
Begitulah keakraban antara tuan Nakanishi dan keluarga Atmo, mereka kemudian menuju ruang makan dan melanjutkan perbincangan disana.
Kresna dan Astrid melayani tuan Nakanishi dengan penuh hikmat.
“Ha ha ha, benar kata si kunyuk Paijo, aku bisa sembuh disini, sepertinya aku kurang tertawa selama ini. Aku benar2 bisa tertawa terbahak2 disini, sekalipun aku akan mati sungguh aku puas telah memiliki murid2 yang luar biasa ini
Ha ha ha”
“Dasar bajingan, orang lagi enak2 makan bicara soal mati, itu nanti setelah aku puas main catur dwnganmu baru kamu boleh mati.
Ha ha ha”
“Aaayoo nanti kita main catur sampai puas Atmo, ingat Astrid, Paijo mengajakku kesini karena tahu ilmunya, camkan itu, itu pelajaran pertama buat kamu.
Semua tiada akan bergerak sampai ada yang menggerakkannya, sekalipun itu hanya sebatas rasa ingin bergerak”
“Baik tuan, saya masih bingung”
“Ha ha ha, kamu belajar sama Paijo ya nak, itu kunci dasar ilmu milik Miyano, nanti kamu pecahkan sendiri atau bertanya pada Paijo”
“Kresna”
“Ya tuan”
“Dengar2 kamu sudah membuat dasar2 bahan bonsai, nanti habis makan kamu siapkan semua, sore nanti aku akan memeriksanya”
“Baik tuan”
“Ha ha ha, masakan salmon isterimu luar biasa, rasanya hanya Miyano yang bisa menandinginya, aku benar2 puas makan hari ini”
“Hi hi hi, terima kasih tuan, rasanya baru kali ini ada pujian keluar, kalau mau nambah nambah saja tuan, ga papa kok”
“Ha ha ha, sialan Atmo, istrimu benar2 sudah kamu ajari ilmu mu ha ha ha, baik aku nambah makan lagi ya”
“Ha ha ha hayo habiskan Kunyuk, nanti malam istriku akan masak kepiting kesukaanmu”
“Ha ha ha ha
Benar2 Paijo sialan, disini aku bisa gemdut kalau begini caranya”
***
Tak lama setelah selesai makan, Paijo datang membawa kotak sebesar kardus Aqua gelas berwarna pink. Kotak itu entah terbuat dari apa namun jelas sangat indah mempesonakan.
Ada kilauan2 yang lembut terpancar seolah pendaran2 mutiara yang membuat kotak itu nampak bersinar lembut.
“Paijo ajak Astrid ke ruang baca, tiada seorangpun boleh melihat isinya selain kamu berdua.
Astrid kamu lihat2 isinya apa dan kamu putuskan segera untuk mempelajarinya atau tidak”
“Baik tuan…”
Astrid dan Paijo serentak menjawab.
Sungguh berbeda sikap tuan Nakanishi kala mengajari dan membahas ilmunya dengan saat mengajak papa dan mama Astrid berbicara.
Tak ada kata2 yang bersayap, tak ada gurauan disana. Semuanya lugas dan jelas serta dalam kalimat2 yang singkat padat.
Setelah Astrid dan Paijo pergi….
“Atmo boleh aku istirahat? Sudah 3 hari 3 malam aku tak tidur. Paijo kulihat masih kuat, namun setidaknya dia nanti malam harus istirahat juga”
“Ooh maaf, kamar mu kami sediakan di depan tadi kopermu sudah dibawa kesana, silahkan istirahat dulu, monggo”
Atmo kemudian mengantar Nakanishi menuju kamar yang dipersiapkan untuknya, kemudian meninggalkannya utk beristirahat.
***
Tampak wajah Atmo sangat puas dengan apa yang diperolehnya hari ini, bukan soal anak2nya yang diambil murid oleh Tuan Nakanishi, namun lebih karena melihat tuan Nakanishi saat ini menjadi bersemangat hidupnya.
Entah apa yang dilakukan mereka selam 3 hari ini, namun yang pasti sangat mengguncang emosi jiwa tuan Nakanishi sehingga bangkitnlagi semangat hidupnya.
Sebagai seorang sahabat, Atmo merasa tidak rela kalau tuan Nakanishi putus asa dalam hidupnya setelah ditinggal mati istrinya, berbagai upaya dilakukannya termasuk mengajak Paijo belajar bonsai padanya. Semuanya dilakukan oleh Atmo dalam rangka membangkitkan semangat hidup Nakanishi.
***
Diruang baca, dua sejoli kebingungan.
Ternyata setelah dibuka isi kotak hanyalah sebuah kitab yang sudah lama dan sebuah buku catatan serta kotak kubus kecil dengan banyak laci.
Kotak penyimpanan benda2 kecil bagi perempuan di jaman dulu di jepang.
“Mmm apa ini Jo?”
“Ga tahun mbak kayaknya mbak harus baca dulu catatan itu mbak”
“Mmmm gitu ya”
***
Bersambung…